Butuh Pendamping

Oma Angela menoleh ke arah cucunya yang tampak melamun dan sepertinya bukan soal

pekerjaan. Apalagi ini hari Sabtu, tidak ada pekerjaan yang harus dihandle Pramudya.

Sebagai salah satu pewaris kerajaan bisnis Bank Arta Jaya dan Pramudya adalah salah satu CEO disana bersama dengan sepupunya Dewananda Hadiyanto, hari Sabtu adalah hari libur dan waktunya menemani Angela kontrol rutin.

"Kamu kenapa?" Tanya Oma Angela.

"Nggak papa. Hanya memikirkan cabang di daerah Cikini" jawab Pramudya.

"Bukannya sudah kamu bereskan?" Tanya Oma Angela.

"Sudah sih Oma. Hanya saja kan aku masih dongkol kecolongan 250 juta."

"Anggap saja pelajaran buat kamu, Pram untuk lebih waspada" ucap Omanya.

"Iya Oma."

"Oh, Minggu depan ada undangan ulang tahun Tamara, anaknya pak Hamid. Kamu datang ya"

pinta Oma Angela.

"Ogah ! Tamara itu sudah ngejar-ngejar aku sedemikian rupa sampai aku jijik sendiri lihatnya !"

"Tapi kamu harus datang, Pram. Bagaimana pun kan ayahnya rekan bisnis keluarga

Hadiyanto."

Pramudya cemberut karena dirinya tidak mungkin mengatakan pada Omanya kalau dirinya

hampir dijebak oleh Tamara di dalam kamar hotel. Beruntung Genta menolongnya dan

mengancam Tamara yang sudah setengah telan*Jang untuk menjebak dirinya.

"Makanya tho Pram, punya lah pacar. Biar bisa dibawa kemana-mana dan cewek-cewek ganjen

itu nggak bakalan deketin kamu!"

Entah mengapa, wajah Zara yang terlintas di benak Pramudya untuk menjadi kekasih sementara demi terlepas dari rayuan gombal Tamara. Akan aku cari tahu dimana rumahnya

Zara.

"Oma benar. Sudah waktunya aku mencari pacar."

***

Kantor Pramudya Hari Senin

Pramudya melihat undangan pesta ulang tahun Tamara sudah ada di meja kerjanya. Pria itu

mengambil undangan yang tampak mewah itu dan menatap nya sebal. Suara ketukan di pintu

kerjanya, membuat pria itu menoleh dan tampak asisten nya Genta, masuk ke dalam sambil membawa iPad untuk jadwal hari ini.

"Pagi Pram" sapa Genta kalau hanya berdua.

"Pagi Genta" balas Pramudya sambil melemparkan undangan itu ke atas meja.

"Lu mau datang?" Tanya Genta.

"Terpaksa kan? Bokap nya kan rekan bisnis kita. Sebenarnya gue malas... Kudu bawa pasangan tapi siapa.... Nggak mungkin kan gue pinjem Alina. Bisa dihajar sama Dewa tar..." Gerutu Pramudya. Alina adalah tunangan Dewa Hadiyanto, sepupu Pramudya.

"Janganlah. Mantan playboy itu bisa ngereog nanti..." Ucap Genta.

"Kasih ide dong Gen... Cari wanita yang bisa gue pakai semalam saja buat dampingi...."

"Lha pakailah artis atau model. Susah amat !"

"Ogah gue ! Yang ada gue jadi korban gosip dan Julid. Secara gue paling malas kena kepo."

Genta tampak berpikir. "Gimana kalau lu cari orang biasa tapi yang butuh duit? Kontrak

semalam gitu tapi cuma dampingi elu selama pesta. Mumpung masih ada waktu jadi elu bisa

training dia sebentar... Gimana? Orang biasa yang bisa di upgrade menjadi luar biasa..."

Pramudya bersandar di meja kerjanya yang mahal. Entah kenapa yang terlintas diwajahnya

adalah wajah Zara. Gadis itu kan butuh uang jadi dia pasti tidak akan menolak. Toh hanya

menemani gue pesta semalam saja, tidak perlu tidur bersamaku.

"Pram... Lu kenapa?" Genta melihat perubahan wajah sahabatnya.

"Gen, gue minta elu cari info soal gadis bernama Zara Aulia. Elu kan bisa cari orang. Nah, ini alamat kerjanya seperti yang dia bilang" pinta Pramudya sambil menuliskan nama mini market

tempat Zara bekerja.

"Memang elu kenal dimana?" Tanya Genta sambil menerima memo dari Pramudya.

"Rumah sakit waktu antar Oma kemarin. Anaknya butuh dana buat biaya cuci darah neneknya."

Genta mengangguk. "Gue cariin info soal dia. Tar gue kabari."

"Thanks Gen. Acara gue hari ini apa?"

***

Usai makan siang, Genta berhasil mendapatkan alamat rumah dan alamat mini market tempat

Zara bekerja termasuk data keuangan gadis itu.

Pramudya lalu menghubungi pengacara pribadinya untuk membuatkan surat kontrak yang berisikan perjanjian bahwa Zara akan menjadi pendamping pria itu selama pesta ulang tahun Tamara. Semuanya murni hubungan saling menguntungkan.

Pramudya akan memfasilitasi semua kebutuhan Zara untuk datang ke pesta itu. Garis besarnya, Zara hanya bawa badan saja sebagai tameng Pramudya.

***

Zara kembali bekerja di mini market dekat rumahnya tapi dirinya tampak tidak konsentrasi

karena neneknya menolak untuk melakukan cuci darah Minggu ini. Zara memang tidak ada uang sebanyak yang dibutuhkan neneknya tapi dia akan tetap berusaha bisa mendapatkan uang sejumlah itu.

"Zara, kamu kenapa?" Tanya Martina melihat rekan kerjanya tampak melamun.

"Uang aku sudah tinggal sedikit, BPJS sudah habis, nenek aku harus cuci darah besok

jadwalnya."

"Kuota BPJS kamu sudah habis? Padahal bayar terus kan?"

"Tapi tahun ini sudah habis. Aku harus menunggu tahun depan... Padahal masih dua bulan

lagi... "

"Bagaimana dengan donor ginjal?"

"Sudah aku ajukan dan nenek masuk dalam antrian panjang... Padahal aku ingin nenek dapat

donor ginjal supaya tidak Hemodialisa terus." Zara tampak pusing memikirkan biayanya.

"Uang kamu tinggal berapa di ATM?" Tanya Martina.

"Tinggal 600ribu. Masih kurang paling tidak satu juta..."

"Aku pinjami, kamu bayar pas gajian Minggu depan. Bagaimana?" Tawar Martina.

"Jangan Tina, kamu masih ada adikmu yang sekolah. Sudah nggak usah. Aku pikirkan cara lain

saja" tolak Zara.

"Tidak apa-apa. Nenekmu lebih penting, Zara."

Suara pintu masuk mini market berbunyi dan kedua gadis itu memberikan ucapan selamat

datang seperti SOP nya. Namun saat tahu siapa yang datang, mata Zara terbelalak. "Pak Pram?"

***

Pramudya dan Zara akhirnya berbicara di gudang mini market karena kantor dikunci pemilik nya. Gadis itu tampak bingung melihat gaya Pramudya yang tampak seperti pengusaha besar meskipun masih muda. Di tangan Pramudya, terdapat map yang terbuat dari kulit.

"Ada apa pak Pram kemari?" Tanya Zara yang bingung dari mana pria itu tahu tempatnya

bekerja.

"Aku tanya lah. Punya mulut kok nggak dipakai..." Jawab Pram cuek.

"Oohh... Pak Pram mau nagih hutang saya?"

Tanya Zara polos membuat Pram mendelik.

"Ish nggak lah ! Aku kemari mau mengajukan permintaan sama kamu."

"Permintaan apa pak?"

"Kamu mau kan jadi kekasih sementara aku? Aku sudah buat surat perjanjiannya dan yang

jelas, kamu akan mendapatkan bayaran yang cukup untuk biaya cuci darah nenek kamu...

Bahkan berlebih !" Pramudya menatap Zara dengan wajah serius.

Tapi pak... Saya kan tidak tahu bapak..."

"Hanya sementara Zara. Saya butuh pendamping untuk acara ulang tahun anak rekan bisnis

saya.”

"Kok bapak tidak mencari wanita lain yang lebih pengalaman. Saya hanya orang kampung pak,

tidak paham dunia seperti bapak..."

"Zara. Hanya satu malam saja... Kamu hanya cukup menggandeng tangan saya. Semuanya

saya yang urus ! Mau ya?"

"Maaf bapak... Nilai kontraknya berapa? Supaya saya bisa membagi biaya cuci darah nenek ..."

Pramudya menyebutkan angka yang membuat Zara melongo tidak percaya. "Pak Pram...

Serius?"

"Serius lah!"

***

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

Tri Yoga Pratiwi

Tri Yoga Pratiwi

oh... ini cerita pramudya sepupu nya dewa ya, kirain awal mula keluarga nya bagas hadiyanto 🤣

2023-12-23

1

Wahyuni Latif

Wahyuni Latif

ish kyk dewa yaaa sepupu kan mirip

2023-08-13

1

ellyana imutz

ellyana imutz

lha ko meh mirip dewa dikit ..pram modus e pinter banget y dr kontrak sementara belnjut paten ..mg g hbs manis sepah d buang y

2023-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!