PERTEMUAN

Enam Tahun Kemudian

Zeehan berdiri bersandar di meja kerjanya, menatap jauh keluar jendela gedung tempat dia bekerja. Dia tidak pernah membayangkan akan berada di puncak kejayaannya saat ini, berdiri tegak menjadi seorang Presiden Direktur Rumah Sakit ternama di ibu kota, Darya Medika.

Apakah dia harus berbangga sekarang?

Pikirannya berkecamuk, setelah mendengar kepergian Lenka ke Australia bersama pria bernama Jovan. Pria tampan itu menarik nafas panjang. Perlahan dia kembali duduk di kursi kebesarannya.

"Ngapain kamu pergi dengan laki-laki itu, Lenka, kamu benar-benar liar , aku tidak menyangka, kamu akan menjadi perempuan j***Ng seperti itu," ucap Zeehan kesal.

"Aku terpaksa mengeluarkan mu dari rumah sakit ini, Lenka!" gumam Zeehan dengan penuh kebencian.

Zeehan menatap kembali selembar surat pemecatan yang dia tujukan untuk Lenka.

Hatinya sudah yakin untuk menandatangi surat itu. Hatinya sudah tertutup oleh kecemburuan dan tidak ingin melihat wanita itu berada di tempat yang sama dengannya.

"Pak Hendra, datang ke kantor saya sebentar!" titah Zeehan lewat interkom.

Tak lama seorang pria paruh baya berkaca mata bernama Hendra datang dan masuk ke ruangan Zeehan dengan tergesa-gesa.

"Ada apa, Pak?" Hendra menatap bos barunya dengan perasaan cemas. Zeehan memberikan sebuah amplop ke tangan Hendra.

"Berikan surat ini pada dokter Valencia!" kata Zeehan dingin.

"Kalau boleh tahu, surat apa ya Pak?" Hendra penasaran.

"Peringatan untuk dokter Valencia,"

"Tapi dokter Valen masih berada di Australia Pak," Hendra bingung.

"Berikan saja surat itu, setelah dia kembali ke rumah sakit ini," Zeehan menatap Hendra tajam.

"Baik Pak," Hendra keluar dari ruangan Presdir itu dengan perasaan tak menentu.

*****

"Stella, Valen kemana ya? Sudah 2 hari gue nggak lihat tu anak!" Kata Della.

"Valen mengambil cuti selama seminggu, dia pergi ke Australia bersama sepupunya," jelas Stella.

"Oh, pantesan gue nggak lihat dia dari kemaren, ngomong-ngomong gue kasihan juga melihat Valen gagal nikah," celoteh Della.

"Iya, makanya dia pergi ke Australia untuk berlibur dan menenangkan diri," kata Stella.

Lenka berangkat ke Australia, karena masih ada cuti nikahnya selama seminggu, dia memanfaatkan cuti itu untuk mengunjungi putranya di Australia.

Lenka menghabiskan waktunya bersama Zio dan Jovan untuk berjalan-jalan ke tempat wisata yang ada di Australia.

"Zio, kalau di Jakarta, kita nanti bisa mengunjungi Taman Mini, Zio ikut mama ya, ke Jakarta," bujuk Lenka lagi.

"Nanti saja Mama, Zio mau ke Jakarta, setelah Zio mulai sekolah."

"Beneran ya, Zio janji sama Mama," kata Lenka tersenyum mengulurkan jari kelingkingnya.

"Iya, Zio janji" bocah kecil itu mengaitkan jari mungilnya ke hari Lenka.

"Mama akan kembali ke Jakarta besok," kata Lenka mengusap kepala putranya lembut.

Putranya Kenzio, memang lengket dengan keluarga Bibi Julia. Dan menganggap Jovan sebagai ayahnya. Berkali-kali Lenka mengajak putranya itu ke Jakarta, tapi anak itu selalu menolaknya. Hingga, Lenka menyerah dan membiarkan Kenzio tumbuh bersama keluarga Bibi Julia.

*****

Saat Lenka kembali dari Australia, dia dikejutkan dengan keluarnya surat peringatan dari pihak rumah sakit.

"Apa-apaan ini, pak Hendra? Kenapa saya diberi surat peringatan ini," kata Lenka marah, saat membaca surat peringatan yang diberikan atasannya.

"Saya hanya menjalankan perintah atasan Dokter Valen," ucap Pak Hendra lirih.

"Perintah siapa?... Pak Daniel? ...Saya sudah izin kepada beliau untuk mengambil cuti selama seminggu." Lenka tidak terima.

"Dan anda telat satu hari," lanjut Pak Hendra.

"Saya juga sudah konfirmasikan dengan Pak Daniel, pesawat yang saya tumpangi delay selama 2 jam, itu sebabnya saya telat sampai di Jakarta," jawab Lenka.

"Maaf, dokter Valen, sebaiknya anda bicara sendiri dengan bapak Presdir yang baru," kata pak Hendra akhirnya.

"Presiden Direktur yang baru?... Siapa?Denis??" Lenka menatap Pak Hendra horor.

"Bukan, putra Pak Daniel yang lain!" jawab Hendra menelan Saliva nya kasar. Dia merasa tidak enak hati, karena Valencia adalah dokter terbaik di rumah sakit itu. Namun dia tidak bisa membantah atasannya.

"Oke, saya akan bicara sendiri dengannya." Lenka menghembuskan nafasnya berat. Hatinya geram, ada masalah apa, hingga Presdir baru itu memecatnya, ataukah karena peristiwa malam itu? Lenka tidak habis pikir. Mau tidak mau Lenka harus menemui pimpinan rumah sakit itu, terserah pria itu akan memandangnya seperti apa.

Dengan langkah tergesa-gesa, Valen berjalan menuju ruangan kerja Presdir, di lantai 5 Tanpa mengetuk pintu, Valen masuk dengan wajah kesal.

Seorang berdiri membelakangi pintu, menghadap keluar jendela ruangan kantor nya. Kedua tangannya berada dalam kantong celana, sesekali pria itu menarik nafasnya perlahan

"Pak, kenapa anda memberi saya surat pemecatan secara sepihak, apa salah saya," teriak Valen dengan suara serak, karena menahan diri untuk tidak menangis.

Pria itu memutar tubuhnya dengan perlahan. Valen terpaku di tempat ia berdiri. Matanya membulat sempurna, tidak percaya dengan penglihatannya. Mata indah yang dulu pernah dia rindukan, menatapnya tajam. Kedua tangannya masih berada didalam kantong celana bahannya. Sudut bibirnya terangkat sedikit ke atas, sebuah senyuman sinis.

"Zeehan…!" ucap Valen lirih. Kertas berisi surat pemecatannya jatuh begitu saja di lantai.

"Ada apa, dokter Valen? Kenapa anda masuk ke ruangan saya tanpa permisi? Apa anda terbiasa seperti ini?" Zeehan menatap Lenka seolah hendak menerkam.

Lenka menelan ludahnya kasar, pria itu sepertinya ingin berperang dengannya.

"Kenapa saya dipecat? Apa salah saya?" Lenka mengambil kembali kertas yang jatuh kelantai, meremasnya dan melemparnya ke wajah Zeehan. Pria itu tidak mengelak.

"Karena anda tidak disiplin," kata Zeehan angkuh, sembari duduk bersandar di kursi kebesarannya. Dengan sebelah kaki kanan diangkat ke atas paha kirinya.

"Saya sudah minta izin sama Om Daniel," Lenka membela dirinya.

"Pemimpin di rumah sakit ini sekarang adalah saya, bukan lagi Bapak Daniel Aryadinata," ujar Zeehan tersenyum samar. Dia kembali bangkit dari duduknya. Berjalan pelan mendekati Valen.

"Kau….!" Valen tercekat, saat mendengar Zeehan menyebut nama itu, dan Zeehan memiliki nama belakang yang sama dengan Daniel.

"Kenapa? Kaget?" Zeehan tertawa sinis. "Aku sekarang bukan lagi, Zeehan si nelayan yang miskin VALENCIA KAYNARA."

Valen menatap Zeehan tak kalah tajam, matanya berkaca-kaca.

"Jadi, kau memecat ku hanya karena dendam masa lalu, ZEEHAN ARYADINATA. Asal kau tahu, aku pergi karena ibumu tidak menyukaiku, dia memperkenalkan Sherly sebagai calon istrimu, lalu aku ini siapa?" Teriak Lenka dengan suara bergetar.

"Kau meninggalkan aku, karena kau takut aku tidak bisa membahagiakanmu, kan? Kau takut hidup miskin denganku," kata Zeehan memegang dagu lancip Lenka dengan keras, Lenka menepis tangan Zeehan dengan kasar.

"Dan kau menikahi Sherly, perempuan yang lebih tua darimu, demi apa? Demi uang, kan?" balas Lenka.

"Aku membutuhkan Sherly, untuk menjaga ibuku. Orang tuanya yang membiayai kuliahku di Jakarta," ungkap Zeehan.

"Oh ya!" Lenka tersenyum mengejek.

"Aku menikah dengan perjanjian, aku akan mengakui anaknya sebagai anakku, dan menikahinya, dan sebagai imbalannya, mereka membiayai kuliahku sampai selesai," terang Zeehan jujur.

"Hah, lucu sekali kamu Zeehan," Lenka tertawa miris

"Dengar Lenka, Valen, atau siapapun namamu, aku hanya tidak mau perempuan murahan sepertimu ada di rumah sakit milikku," tekan Zeehan kasar.

Valen meradang, saat pria yang dikenalnya itu menyebutnya murahan, sebuah tamparan melayang di wajah Zeehan."Berani sekali kau menyebutku murahan, Zeehan,"

Zeehan mengusap pipinya yang terasa panas.

"Apa namanya kalau bukan murahan, setelah gagal menikah dengan Denis, kau tidur dengan dokter Han, setelah itu, kau pergi ke Australia dengan laki-laki lain, siapa dia pacarmu yang lain, aku tidak menyangka kau segampang itu, Lenka. Aku jadi bertanya-tanya, siapa ayah dari anak yang kau lahirkan?" Kata-kata Zeehan yang setajam belati, mengiris jantungnya. Perih.

Lenka mengatur nafasnya yang terasa sesak. Bagaimana bisa, Zeehan tahu kalau dia tidur dengan dokter Han, apakah laki-laki itu membuntutinya. Apakah pria itu tidak menyadari, kalau dia lah yang menanam benih itu di rahimnya?

"Ya, aku memang murahan, aku tidur dengan banyak pria kaya, lalu apa bedanya kau denganku, Zeehan. Kau menjual dirimu pada keluarga Sherly, hanya agar kau bisa mencapai ambisimu, kau juga tidur dengannya, bukan? Lalu apa bedanya kau denganku?" Lenka memukul dada Zeehan dengan kedua tangannya. Pria itu menahan kedua tangannya erat.

"Berapa bayaranmu?"

"Hah, kau tidak akan mampu membayar ku, Zeehan, sekalipun kau jual rumah sakit ini. Aku membencimu Zeehan, aku menyesal pernah mengenalmu."

Lenka menarik nafas sesaat. Zeehan terpaku mendengar ucapan Lenka.

"Baiklah, aku akan pergi, lepaskan aku ZEEHAN ARYADINATA!" Lenka menarik tubuhnya dari dekapan Zeehan. Lenka keluar dari ruangan itu segera dan membanting pintu dengan kasar.

Zeehan menghembuskan nafasnya perlahan. Hati kecilnya tidak tega melihat wanita yang dicintainya itu menangis. Namun kemarahan dan kecemburuan telah menguasai hatinya.

Ya, Zeehan cemburu melihat kemesraan Lenka dengan Jovan beberapa hari yang lalu. Saat Jovan datang mengunjungi Lenka dirumah sakit.

Lenka mengumpulkan semua barang-barang pribadinya yang ada diatas meja kerjanya. Wajahnya tampak menahan amarah.

"Lho Val, Lo kenapa? kok barangnya di beresin," tegur Stella heran.

"Gue di pecat," Lenka mendengus kasar.

"Kok bisa? Lo itu kan, dokter terbaik di rumah sakit ini, kesayangan Pak Presdir lagi," ucap Stella tak percaya.

"Lo tanya saja tuh, sama Presdir yang baru! Songong amat tu orang, kesalahan gue hanya telat sehari masuk kerja, gue langsung dipecat, gila nggak tuh orang," jawab Lenka kesal.

"Atau jangan-jangan dia suka sama Lo," goda Stella

"Justru karena dia benci sama gue, dia pecat gue seenaknya, udahlah Stella, gue pergi dulu, gue mau cari rumah sakit lain saja," kata Lenka.

"Kalian saling kenal?" tanya Stella penasaran.

"Tidak," jawab Lenka berbohong.

"Lo ajukan banding sama Pak Daniel, mungkin Pak Daniel bisa membantu," ujar Stella.

"Nggak, gue nggak mau memohon pada siapa pun, bye Stella, gue pergi dulu ya," Lenka keluar dari ruang kerjanya. Berjalan dengan tergesa-gesa, menyusuri koridor rumah sakit, menuju tempat mobilnya di parkir.

Dengan kecepatan sedang, Lenka memacu mobilnya menuju apartemennya.

Sesampainya di Apartemen, Lenka membaringkan tubuhnya di ranjang, tubuhnya terasa lelah. Pikirannya kacau, pertemuannya dengan Zeehan justru menambah kepedihan di hatinya.

"Aku membencimu Zeehan!" Teriak Lenka.

"Aku menyesal telah mengenalmu, seharusnya aku tidak jatuh cinta padamu,"

Lenka menangis terisak-isak.

Awalnya, Lenka merasa hatinya bahagia saat melihat Zeehan berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang dokter, dia ingin memeluk pria itu dan mengucapkan selamat.

Tapi sikap arogan Zeehan membuat Lenka merasa ilfil. Rasa rindunya berubah menjadi kekecewaan dan kebencian yang mendalam.

*******

Zeehan membaringkan tubuhnya yang lelah di ranjang big size miliknya.

Pikirannya terusik dengan kata-kata Lenka tadi siang. Ya, dia juga sama dengan dengan pria yang menjual dirinya demi uang. Demi cita-citanya menjadi seorang dokter.

Zeehan mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas, menyalakannya dan membuka kembali potret kebersamaan dirinya dan Lenka di pulau kecil yang dia klaim sebagai miliknya.

"Maafkan aku Lenka, aku tidak bermaksud menyakitimu, aku mencintaimu lebih dari segalanya," bisik Zeehan setelah menonton video mereka berdua di atas rumah pohon, yang dia rekam diam-diam. Zeehan tersenyum getir. Dia telah menyia-nyiakan cinta Lenka yang begitu tulus padanya. Gadis yang dulu mencintainya begitu dalam.

Ingatannya kembali pada sebuah botol yang dia kubur didekat rumah pohon, berisi kata-kata harapan untuk cinta mereka berdua kelak. "Apa isi kertas yang ditulis Lenka," batin Zeehan.

Bisakah mereka berdua kembali ke tempat itu suatu hari nanti, atau dia tetap menjadi rahasia pasir putih di pantai Wane.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Inka

Inka

duh emang setuju sama Lenka, pindah-pindah sekolah dan harus adaptasi di lingkungan baru kan emang nguras energi 🥺😣

2023-09-04

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!