****Kita adalah koin****
****Dengan dua sisi yang berbeda****
****Menyatu dan bersama,****
****Tapi tidak bisa saling menatap****
****Tidak saling bertemu****
****Kita ada dalam satu genggaman****
****Tapi tidak untuk saling menggenggam****
****Yaa, itulah kita****
****Aku dan kamu****
****Bagai dua sisi mata koin****
****Aku utara, kamu selatan****
****Aku barat, kamu timur****
****Bisakah koin kita terlipat?****
****Agar aku mampu menggapaimu****
***
Pagi mulai menyapa, Hana yang ada kelas pagi ini jam sembilan nanti telah sampai di kampus. Melewati deretan motor yang terparkir menatap satu per satu motor yang terparkir rapi di sana. Ada kekecewaan terlihat di matanya saat menatap barisan motor yang terakhir.
"Apa dia belum datang?" tanyanya pada diri sendiri
Hana pun melanjutkan langkah ke arah kelasnya, mendapati kedua sahabatnya telah duduk manis di bangku mereka. Fiyah pun langsung menunjukkan kursi tempat untuk Hana duduki, Hana yang melihatnya segera menghampiri dan duduk di kursi tersebut.
"Tumben kami lebih dulu sampai? biasanya gerbang belum buka kamu sudah stay di depan," tutur Andini
"Kami kira aku satpam?" balas Hana
Fiyah pun menimpali, " Iya juga sih, tumben kamu agak telat datang, biasanya paling duluan."
"Motorku tadi tiba-tiba mogok di tengah jalan, untung pas daerah situ banyak bengkel, jadi aku titip saja," ungkap Hana
Pagi tadi saat hendak ke kampus, motor yang dikendarai Hana tiba-tiba saja mogok. Dia yang tidak tahu menahu masalah motor hanya bisa menghela napas dan mendorong motornya sampai bengkel terdekat. Untung saja daerah itu ada beberapa bengkel motor, jadi cukup dorong sedikit langsung sampai ke bengkel terdekat.
"Bensinnya habis mungkin?" tanya Fiyah
"Tidak, masih ada setengah kalau yang aku lihat dari indikatornya," jawab Hana
"Berarti minta ganti," celetuk Andini
"Jangan dong, baru beli tahun lalu juga," tukas Hana
Obrolan tentang motor pun berhenti saat pengacau suasana datang, siapa lagi kalau bukan Wira playboy tikus got kalau Andini bilang. Wira yang melihat ketiga temannya ini sedang asyik berkumpul langsung menghampiri mereka, karena tidak ada kursi kosong terdekat dia pun mengusir salah satu teman sekelasnya yang duduk di samping Andini. Anak yang diusir itu pun bangkit karena malas berhadapan dengan Wira, bukan karena akan bertengkar, tapi tidak ada gunanya menurutnya.
"Hai jutek!" sapanya pada Andini yang mukanya memang langsung memasang wajah jutek saat dia datang
"Hemm..." balas Andini
"Lagi bahas apa?" tanya Wira
"Motornya Hana masuk bengkel, tadi mogok tengah jalan makanya dia agak lambat datang ke kampus," jawab Fiyah
"Kok bisa, kamu marahan sama motor kamu makanya motor kamu ngambek ya?" tanyanya pada Hana
"Ya mana ada motor ngambek, paling karena belum ganti oli atau apalah kata orang bengkelnya tadi," jawab Hana
"Kamu sendiri tumben datang cepat biasanya kalau tidak bersamaan dengan dosen atau setelah dosen datang?" tanya Hana
"Biasa, ayang masuk pagi jadi harus dijemput pagi biar tidak telat," jawab Wira dengan entengnya
Hari ini Wira memang datang pagi karena Resti sang pacar ada kuliah jam setengah sembilan dan semalaman dia merengek untuk dijemput sama Wira. Jadi mau tidak mau Wira yang notabene kekasihnya pun bangun pagi dan menjemput sang kekasih terlebih dulu.
"Tapi tadi pas aku datang tidak melihat motor kamu terparkir," sela Hana
"Oh itu, aku pakai motor baru kasihan kalau bonceng cewek sefeminim Resti harus pakai motor sport makanya aku ganti jadi motor matic yang max max itu," jawab Wira
"Sampai segitunya ya?" batin Hana
Dan percakapan pagi itu terhenti karena dosen telah masuk ke ruangan. Selama pelajaran Hana hanya fokus menatap ke depan, melihat ke arah dosen yang menerangkan mata kuliah. Tapi pikiran dan hatinya tidak, pikiran dan hatinya berkelana memikirkan perhatian Wira kepada sang kekasih. Ingin dia memutar kepala menghadap ke arah Wira, tapi hatinya berkeras untuk tidak goyah menatap ke arah Wira. Dia tidak mau luka hatinya akan keluar lagi lewat matanya.
Saat jam kuliah mereka berakhir sore ini, Hana yang siap-siap pulang untuk mengambil motornya di bengkel dihadang oleh Wira di depan pintu kelas. Wira menyodorkan helm ke arah Hana. Hana bergeming melihat helm yang disodorkan kepadanya lalu menatap heran pada Wira. Wira yang mengerti kebingungan Hana pun langsung memakaikan helm di tangannya ke kepala Hana.
"Kamu mau ambil motorkan, ayo aku antar," ajak Wira
Hana melepas helm yang Wira pakaikan kemudian menyerahkannya kepada Wira. Wira hanya menatap helm tersebut dan balik menatap Hana.
"Tidak usah, aku bisa sendiri lagian bengkelnya dekat kok," tolak Hana halus
"Ya sudah, tadinya aku mau antar karena Resti masih ada jam kuliah, tapi karena kamu menolak jadi aku ke kantin saja sambil menunggu Resti,"
"Iya, kasihan juga sama Resti kalau nanti dia sudah selesai terus kamu masih mengantar aku," jawab Hana
"Oke, aku tau kok kamu memang temanku paling mandiri. Kalau begitu aku ke kantin duluan ya," ucap Wira seraya berlalu ke arah kantin
"Bye, hati-hati pulangnya!" sahut Hana
Wira yang berlalu ke arah kantin dan Hana yang menuju parkiran, dua arah berbeda yang mereka ambil. Hana melangkah dengan cepat menuju parkirar untuk keluar kampus, tapi saat melewati koridor dengan arah berbelok dia menatap ke arah yang Wira ambil, orang yang dia harap masih berjalan di sana telah menghilang dari pandangannya. Dia menghentikan langkahnya menatap lama berharap Wira muncul kembali dalam pandangannya, tapi hal itu mustahil karena orang yang diharapkan tidak kunjung muncul.
"****Apa kita betul tidak bisa berjalan searah Wir, apa kita harus selalu mengambil langkah yang berbeda. Tidak bisakah kita jadi sepasang sepatu saja, berjalan searah dan berdampingan, bukan seperti mata koin dengan dua sisinya yang tidak akan pernah searah," lirih Hana****
Dia melanjutkan langkahnya ke arah parkiran, memesan ojek online untuk mengantarnya. Saat ojek online yang dipesannya datang, sapaan dari arah belakang menghentikan langkahnya menghampiri tukang ojek tersebut.
"Kak Hana!" sapa Resti
"Hei Resti!" balas Hana
"Loh bukannya tadi Kak Wira izin sama aku mau antar Kak Hana ambil motor di bengkel ya? Kok ini nsik ojek?" tanya Resti bingung
"Tadi sudah nawarin, tapi aku tidak enak nanti kamu sudah mau pulang tapi Wira masih mengantar aku," jawab Hana
"Kak Hana kok bilang begitu, aku tidak masalah Kak."
"Tidak apa-apa aku bisa sendiri kok."
"Nanti deh Kak aku bilang ke Kak Wira, masa gitu sama Kak Hana. Harusnya kan dia mengantar Kak Hana dulu, baru balik jemput aku disini,"
"Resti serius tidak apa-apa,"
"Atau Kak Hana tidak enak ya sama aku takut aku cemburu kalau Kak Wira antar Kak Hana. Aku tidak akan cemburu Kak, aku tahu kok kalau Kak Wira itu teman angkatan Kak Hana, sama Kak Fiyah dan Kak Dini juga. Jadi aku harap Kak Hana tidak usah tidak enakan begitu sama aku," jelas Resti
Hana mengkerutkan keningnya mendengar penuturan aneh dari perempuan di depannya. Dari kata-katanya seingat dia tidak ada yang menyinggung masalah cemburu, tapi kenapa dia berpikir kalau dirinya cemburu makanya menolak tawaran Wira. Hana memicingkan matanya menatap Resti.
"Maksud kamu apa, bisa diperjelas kata-kata kamu tadi," tegas Hana yang tidak terima pernyataan Resti tadi
"Kak Hana jangan tersinggung, maksud aku bukan begitu. Kak Hana kan tahu kalau aku sama Kak Wira pacaran, aku hanya takut kalau Kak Hana jaga jarak sama Kak Wira karena aku. Aku tahu Kak Wira kok, meskipun kata orang dia playboy tapi menurut aku tidak begitu, buktinya yang aku tahu dia putus baru jedah waktu pacaran lagi, jadi bukan karena dia selingkuh, jadi aku bisa tahu kalau dia itu pasti setia," papa Resti panjang lebar
"Jadi pintar-pintar pacarnya saja yang menjaga hati Kak Wira agar tidak diganggu sama cewek lain," tambahnya
Baru saja Hana hendak melangkah menghampiri Resti, niat itu pun Hana urungkan setelah melihat Wira mendekat ke arah mereka.
"Sayang..." panggil Wira
"Kak Wira darimana saja?" jawab Resti dengan manjanya bergelayut di lengan Wira
"Kok kamu masih disini Na, bukannya mau ke bengkel?" tanya Wira kepada Hana
"Ini Kak, tadi aku bicara sama Kak Hana kalau tadi Kak Wira sudah izin sama aku buat antar Kak Hana ke bengkel. Tapi ternyata Kak Hana lebih milih naik ojol daripada diantar Kak Wira," potong Resti sebelum Hana menjawab
Hana yang malas berdebat dengan sesuatu yang tidak berguna lebih memilih memasang helm dari tukang ojek yang dari tadi menunggunya. Dia pun pamit pada Wira dan Resti tanpa mau menjawab pertanyaan Wira atau menceritakan tentang kekasihnya yang entah kenapa dia rasa memiliki rasa cemburj terhadapnya.
Melihat Hana yang telah keluar gerbang, Wira pun mengajak Resti untuk pulang karena senja mulai menyapa sore itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Haura Maqil
akhirnya up juga
2023-08-11
0