Terima Kasih, Hana!

Untuk mengembalikan suasana yang sudah mulai tidak kondusif karena kabar yang dibawah Andini, mereka bertiga memutuskan untuk tidak membahas masalah yang membuat heboh seisi kampus. Mereka lebih menikmati makanan dan minuman yang baru mereka pesan dari kantin kampus. Canda tawa mulai menghiasi bangku taman yang mereka tempati, terkadang membahas mata pelajaran, tentang dosen mereka, tugas yang menumpuk, atau bahkan curhatan ringan dari ketiganya.

"Seru banget, lagi bahas apa sih?"

Mendengar sapaan pertanyaan dari seseorang yang sangat familiar ketiganya pun berbalik arah ke suara tersebut. Ketiga perempuan yang disapa tersebut menunjukkan tatapan dan ekspresi yang berbeda. Andini dengan ekspresi kesalnya, Safiyah dengan ekspresi cemas yang lebih ditujukan kepada Hana, sedangkan Hana tersenyum dan menyambut sapaan dari teman seangkatan dan sejurusannya itu.

"Hei Wira, hanya bahas hal yang biasa tidak ada yang seru seru banget kok" jawab Hana sambil menggeser sedikit badannya karena melihat Wira yang hendak duduk di sampingnya.

Jika kalian berpikir atau bahkan bertanya-tanya bagaimana kondisi hati Hana sekarang, jawabannya adalah sudah biasa. Tidak ada rasa gugup, cemas, salah tingkah, bahkan malu-malu yang biasa ditunjukkan perempuan kepada orang yang disukainya. Duduk bersebelahan atau mengobrol dengan Wira adalah hal yang biasa baginya, karena apa, karena mereka memang berteman akrab, jadi untuk sekarang hati Hana sudah terbiasa dengan semua itu. Ya bisa dibilang Hana adalah perempuan yang pandai menunjukkan sikapnya kepada semua orang. Sifat baik dan ramahnyalah yang membuat orang lain betah bersamanya, baik teman yang lain, sahabatnya, bahkan Wira sekalipun. Hana yang selalu memperlihatkan sifat terbuka kepada Wira terkadang membuat kedua sahabatnya ini menjadi khawatir terhadap perasaan Hana.

Mereka khawatir dengan kondisi seperti ini hati Hana akan terluka. Mencintai seseorang dalam diam itu sulit, apalagi jika harus berhadapan setiap hari. Entah doa apa yang harus mereka panjatkan, doa agar perasaan Hana terbalas, tidak mungkin mereka tidak akan meminta itu karena mereka tahu siapa yang disukai sahabatnya, seorang playboy yang sangat terkenal, bahkan baru semester empat dia sudah memacari delapan mahasiswi di kampusnya. Jadi Wira bukan laki-laki yang tepat untuk sahabatnya, tetapi kalau mendoakan agar perasaan Hana terhapus untuk Wira, itu juga tidak mungkin karena Hana adalah perempuan yang ramah, humble, baik, enak diajak bicara dan hal itulah yang bahkan Wira pun suka mengobrol dengan Hana. Terbukti sekarang, disaat mereka bertiga sedang mengobrol, Wira sang cinta dalam hati Hana lebih memilih mengganggu kegiatan mereka bertiga daripada tetap bergabung dengan teman-teman lain yang juga sedang berkumpul disekitar situ.

"Ya serulah obrolan kita, secara baru saja ada kejadian yang membuat heboh seisi kampus. Katanya ada playboy cap tikus got yang nembak mahasiswi di aula olahraga." sindir Andini

"Iya, kamu enak Din, hanya mendengar dari anak-anak kan berita itu. Nah kalau aku, melihat langsung kejadian itu, baru mau aku ceritakan ke Hana kamu sudah lebih dulu cerita." tambah Fiyah

Ya benar, kalau Andini hanya mendengar kabar itu dari mulut mahasiswa lain, beda dengan Safiyah yang melihat langsung adegan tersebut secara live. Dia yang tadinya hendak ke kantin menjadi penasaran karena mahasiswa lain berlarian ke arah aula olahraga yang membuat jiwa keponya menariknya ke tempat tersebut.

Wira yang mendengarnya pun tak bisa membendung tawanya, membuat kedua teman yang menyindirnya tambah kesal tapi berbeda dengan Hana, melihat Wira sebahagia itu rasanya sangat nyaman, hatinya hangat melihat orang yang dia suka bahkan mungkin cintai bisa tertawa selepas itu.

"Ini kalau kalian mau lihat adegannya." seru Wira sambil menyodorkan ponselnya ke depan Hana, karena jarak yang paling dekat dengannya memang Hana.

Hana pun menerima ponsel tersebut kemudian menekan play untuk melihat adegan penembakan yang dilakukan Wira kepada junior angkatannya. Mungkin karena ini momen seru dan romantis sehingga salah satu teman Wira mengabadikan momen penembakan panah cinta tersebut.

Video pun terputar menampilkan dua orang yang sedang berdiri di sebuah aula olahraga, Sang laki-laki yang menggenggam tangan perempuan dalam video itu dan Sang perempuan yang terlihag malu-malu sambil menyelipkan rambut ke belakang telinganya menggunakan tangan lainnya.

"Bagaimana Resti, apa perasaanku kamu terima?" tanya pemeran utama yang tidak lain adalah Wira

"Tapi Kak, aku malu!" jawab Resti si pemeran utama wanita sambil melirik sekelilingnya yang sudah dipenuhi mahasiswa untuk menonton live streaming penembakan cinta

"Kenapa harus malu, itu bagus lagi jadi mereka bisa jadi saksi kalau kita memang pacaran." gombal Wira yang berhasil membuat Resti menundukkan mukanya karena malu kemudian mengangguk tanda menerima perasaan Wira

Belum selesai semua video terputar, Hana sudah menghentikannya dan mengembalikan ponsel milik Wira.

"Ya kok selesai, itu masih ada adegannya Hana." protes Andini yang masih mau melihat kelanjutan penembakan tersebut.

"Iya, setelah itu ada adegan si centil itu langsung memeluk Wira." lirik Fiyah dengan ekspresi tidam suka pada Wira

"Ya sudahlah, untuk apa penasaran itu kan momen mereka. Lagian adegan selanjutnya kan sudah dispoiler tadi sama Safiyah, jadi anggap saja kita sudah nonton semua." balas Hana

"Memangnya mereka sewot kenapa sih, apa mereka marah kalau aku jadian sama Resti?" tanya Wira sambil menatap Hana

"Tidaklah, masa mereka marah karena kamu jadian. Itukan perasaan kalian tidak ada salahnya ditunjukkan." jawab Hana lagi

"Kita tidak sewot hanya saja heran plaboy angkatan kita plus sejurusan kita gampang banget ganti pacar, kayak ganti galon saja, habis langsung ganti, putus tinggal tembak yang baru." ucap Safiyah

"Sama junior yang kecentilan itu lagi, aku tidak mau ya kalau nanti kamu mengobrol begini sama kita kita dan kamu ajak pacar kamu yang kedelapan itu gabung sama kita." tambah Andini

"Wah kamu menghitungnya ya, kamu memang hebat Din." puji Wira sambil mengangkat kedua jempolnya ke arah Andini

"Ih malas banget hitung jumlah pacar kamu, Hana tuh yang bilang, aku malah kiranya ini yang ketujuh, tapi kata Hana sudah yang kedelapan." Andini yang mulai kesal kini kembali menerima pukulan dari Fiyah akibat mulutnya yang terlalu lancar bicara tanpa peduli perasaan Hana sekarang.

"Aku kira Hana paling malas mengurusi gosip, tapi kok bisa tahu jumlah pacar-pacarku?" tanya Wira yang menatap Hana lekat. Dia bingung saja karena Hana adalah tipe perempuan yang malas untuk ikut campur urusan orang lain, beda dengan Andini dan Fiyah.

Hana melirik Wira sekilas, kemudian mengambil buku di atas meja dan memukulkan ke bahu Wira sehingga yang menjadi korban pun mengeluh sakit, meski tidak seberapa rasa sakitnya.

"Ya taulah, kamu itu pacaran sama mahasiswa disini tidak pakai acara backstreet. Lagian juga kalau putus pasti secara sepihak dan itu yang membuat angkatan kita harus berbohong ke mantan-mantan kamu kalau mereka mencari kamu dan kamu malah bersembunyi. Dasar!" jawab Hana dan kembali menghadiahi Wira pukulan buku sekali lagi.

Inilah yang membuat Hana sulit melupakan Wira. Meskipun tidak seakrab Andini dan Safiyah, tapi dibandingkan teman angkatan lainnya Wira adalah salah satu teman terakrab Hana. Keakraban mereka, kecerewetan Hana pada Wira, perhatian Hana ke Wira sangat terlihat jelas, tapi entah mengapa hal itu belum bisa membuat Wira mengetahui isi hati perempuan di sebelahnya ini.

"Iya, iya maaf." mohon Wira

"Aku kasihan sama mereka, daripada mereka mengejar-ngejar aku terus ya mending aku pacari. Lagian kita dalam proses seleksi pendampingkan." tambah Wira

"Terus setelah ini, pacar kamu selanjutnya siapa lagi, angkatan mana?" tanya Fiyah asal

"Penasaran ya, aku juga. Mungkin selanjutnya akan lebih mengejutkan kalian lagi. Atau siapa tahu salah satu dari kalian kan?"

Dan ketiga perempuan membalas serempak,

"Ogah" jawab Fiyah

"Ih, mimpi" jawab Andini

"No, bekas orang" jawab Hana

"Santai dong, lagian cuman bercanda. Aku juga tidak niat memilih salah satu dari angkatan kita sebagai mantan." balas Wira sambil tersenyum kemudian mengambil salah satu minuman yang ada di atas meja lalu meminumnya sampai habis.

"Wiraaaa, itu minuman aku." jerit Hana kesal melihat tingkah Wira yang main seruput minuman miliknya.

"Bagi Hana jangan pelit, aku haus habis nembak cewek, prosesi menembak cewek itu tidak mudah butuh tenaga banyak." balas Wira kemudian mengambil roti bakar yang ada di depan Hana

"Minuman baru sekali aku minum sudah kamu habiskan, roti juga baru aku pesan belum aku makan sama sekali tahu, reseh banget sih jadi orang." ucap Hana seraya melipat tangannya ke depan dada.

"Iya iya, nih kalau kamu mau coba." Wira menyodorkan roti yang sudah dia gigit ke mulut Hana. Mendapat perlakuan mendadak dari Wira membuat Hana yang kaget dan spontan membuka mulutnya, menggigit roti yang disodorkan Wira.

"Tuh sudah dimakan sedikit kan, jadi ini buat aku ya?" mohon Wira

Hana hanya tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Terima kasih, Hana!" kembali menyuapkan roti ke mulutnya

"Kamu memang teman angkatan kita yang paling baik, beda sama si jutek dua orang ini." lirik Wira pada kedua temannya yang dari tadi diam saja melihat interaksi dua orang ini. Yang satu si cidaha, dan yang satu si kurang peka, bukan kurang sama sekali mati kepekaan.

Terpopuler

Comments

✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐

✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐

Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.

2023-08-10

0

Scar

Scar

Aku gak pernah kepikiran bakal suka banget sama genre ini, tapi berkat cerita ini aku jadi doyan!

2023-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!