Waktu istirahat tengah berlangsung. Kantin SMA 1 Kartini mulai penuh dengan para murid yang ingin mengisi perut mereka setelah beberapa jam berjuang dengan masalah pelajaran yang tak kunjung habis. Dika, Almeera dan Freya menjadi bagian dari mereka. Sembari menunggu pesanan tiba Almeera dan Dika bercengkrama terlebih dahulu, sedangkan Freya memilih membaca komik kesukaannya.
"Gue pusing dengan soal kimia tadi, bagaimana para ilmuwan dulu mau repot-repot nyiptain pelajaran yang bikin kita botak muda." Keluh Dika seperti tengah berpikir serius.
"Itu kalau kamu dik, kalau Jabir Ibnu Hayyan mah beda. Orang yang otaknya encer, mereka lebih senang mencari dan menciptakan masalah kemudian diselesaikan." Papar Almeera mencoba bijak.
"Harusnya dulu masuk IPS saja, salah pilih jurusan kayaknya gue." Kata Dika sambil nyengir.
"Memang kamu mau mikirin masalalu yang bikin galau?" pertanyaan Almeera sukses membuat Freya menghentikan bacaannya sebentar dan Dika memincingkan bola matanya.
"Maksudnya apa?"
"Sejarah." Jawab Almeera enteng.
"Terus?" Dika nampak belum faham dengan maksud Almeera.
"Coba sebutkan apa saja yang dipelajari dalam sejarah!"tantang Almeera kemudian.
"Pahlawan Nasional." Ceplos Dika spontan.
"Lainnya,"
"Emm....," Dika mencoba berpikir sebentar. "Ruang dan waktu." Tebaknya kemudian.
"Lainnya lagi,"
"Penjajahan." Tiba-tiba Freya ikut nimbrung ke obrolan absurd mereka.
"Nah itu, coba kalian bayangin rasanya dijajah itu gimana?"
"Pasti menderita lah."
"Gue nggak bisa bayangin bagaimana seram dan mencekamnya zaman penjajahan dulu. Orang-orang disuruh kerja paksa, dipukul, ditembak dan diperlakukan nggak manusiawi lainnya. Mereka pasti ketakuatan dan menderita." Papar Almeera dengan nada sedih.
"Yaiyalah pasti menderita banget mereka, untuk masalah makan aja juga susah pasti." Dika ikut-ikut menimpali.
"Udah tau sejarah masalalu itu menyakitkan kenapa musti diingat-ingat lagi sampai segitu keponya. Tempat, tokoh, tanggal, peristiwa pokoknya sampai ke akar-akarnya deh." Cerocos Almeera menggebu-gebu.
"Ya nggak gitu juga kali konsepnya," Dika nggak habis pikir dengan ke randomnya Almeera hari ini.
"terus?"
"Kita mempelajari sejarah untuk meningkatkan jiwa nasionalisme dan menghargai jasa pahlawan yang telah gugur. Lo pikir konsepnya kayak percintaan lo. Ditinggal pasangan terus patah hati terus gagal move on terus terbayang-bayang terus sakit hati, heh." Dika tampak puas setelah berhasil mengejek Almeera.
"Mulutmu Dik, aku kasih lakban baru tahu rasa kamu." Almeera begitu terpancing dengan ejekan Jovan di akhir pembicaraan.
"Abis aneh sih lo,"
"Ngomongin masalah nasionalisme, memangnya jiwamu sudah nasionalisme Dik?" tanyanya setengah mengejek.
"Jelas dong, tiap bulan Agustus gue ikut lomba makan krupuk. Pas upacara bendera hari senin gue juga ikut mengheningkan cipta." Dika menjawab dengan penuh percaya diri.
"Halah ucapan kamu nggak sesuai fakta yang ada." Sindir Almeera songong.
"Maksud ngana?"
"Katanya Nasionalisme cinta negeri sendiri, tapi sepatu jam tangan milih dari luar negeri." Cibir Almeera sedangakan Dika ingin sekali membuang Almeera ke hutan rimba.
"Sudah-sudah ayo kita makan!" lerai Freya bersamaan dengan pesanan mereka yang sudah tersaji diatas meja kantin.
Mereka lantas menikmati makanan masing-masing. Dalam hati Freya merasa heran dengan mereka berdua. Perut keroncongan tidak menyurutkan kegiatan mereka dalam berdebat. Padahal sedari tadi Freya sudah merasa lemas akibat lapar, kebetulan pesannya mereka datang agak lama dari biasanya.
Ditengah aktifitas makan mereka, tiba-tiba dikejutakan dengan kedatangan Jovan yang duduk disamping Almeera dengan seenaknya. Kebetulan bangku disamping Almeera kosong. Dika dan Freya memilih duduk bersebelahan.
"Ngapain kakak kesini?"tanya Almeera setengah berbisik.
Jovan itu bisa dibilang kategori cowok populer di sekolah ini, Almeera hari ini ingin makan dengan tenang. Dia sedang malas mendengar bisikan-bisikan para tetangga, entah itu positif atau negatif.
"Lapar mau makan," jawabnya enteng.
"Terus kenapa kesini sih, biasanya juga sama teman kakak.''
"Nyamperin pacar sendiri apa salahnya sih." Jovan merasa heran dengan respon Almeera yang menurutnya berlebihan.
"Jangan-jangan lo ada selingkuhan Mir, Jovan mau jadi pacar lo aja sudah syukur. Jangan aneh-aneh deh!" kompor memang jiwa Dika kayaknya.
"Kepala kalau kena sepatuku sakit Dik, bisa sampai ke Rumah sakit pasti." Seketika Dika kicep walaupun sebenarnya dia mati-matian menahan tawa.
Disela perdebatan Dika dan Almeera, Jovan malah memanfaatkan peluang tersebut untuk memakan batagor pesenan kekasihnya yang belum disentuh. Almeera lebih dulu memakan baksonya.
"Itu batagor aku," ucap Almeera begitu melihat batagor miliknya raib ditangan kekasihnya sendiri.
"Karena lapar batagor kamu jadi menggiurkan dan ternyata memang enak, hehehe." Jovan malah tak merasa bersalah dan terus makan dengan lahap.
"Yaudah kakak makan aja." Mana mungkin Almeera tega merebut kembali. Apalagi ini hanya soal makanan.
"Makasih."
"Iya," ucapnya lesu. Dalam hati Almeera sedikit belum ikhlas.
Mereka berempat melanjutkan makan kembali. Freya yang sedari tadi diam makan dengan tenang berniat ingin menambah sambal ke dalam baksonya yang menurut dia masih hambar.
"Frey itu sambal bukan gula, gerd kamu bisa kambuh kalau berlebihan." Tegur Jovan ketika tak sengaja melihat Freya menambahkan hampir tiga sendok sambal ke mangkuknya.
"Iya Frey, dulu juga pernah kejadian sampai opname kan," tambah Dika.
Freya hanya tersenyum kikuk, merasa seperti maling yang tertangkap basah. Disisi lain Almeera tak habis pikir dengan Jovan dan Dika, secara bakso tanpa hal berbau cabe itu ibarat lautan tanpa garam. Almeera saja juga akan menambah sambal lagi sama seperti Freya malah lebih. Baru saja membuka mangkuk sambal terdengar suara yang menyebalkan untuk di dengar.
"Mau jadi penunggu toilet Mir?" sindir Dika dengan nada sedikit keras.
Almeera ingin membalas sekaligus menyumpal mulut Dika tapi harus terhenti, karena tiba-tiba ada tangan yang menjitak kepalanya. Jitakannya tidak keras sih, tapi cukup terasa.
"Mau bandel ceritanya heh," itu suara Jovan dari samping.
Almeera seketika nyengir sambil sesekali menggerutu. Mereka alay banget sih, sambal dan Almeera itu kan CS an. Sesama CS ya nggak mungkin lah saling nyakiti.
...************...
Jam sekolah usai Almeera memutuskan pulang bersama Jovan. Begitu motor yang dikendarai mereka keluar gerbang, terlihat Freya masih duduk sendirian di halte. Jovan berinisiatif mengajak Almeera untuk meneman dan Almeera pun menyetujuinya. Almeera mana tega melihat sahabatnya duduk di halte sendiri, dan terlihat murung begitu.
Saat motor Jovan sudah di depan halte, Almeera buru-buru turun dan berjalan kearah Freya lalu mendudukkan diri disamping Freya dengan helm dipangkuannya. Tak lama setelah itu Jovan juga iku menyusul.
"Kakak kamu udah mau jemput Frey, kalau belum atau nggak bisa jemput kita naik taksi aja biar kak Jovan pulang sendiri." Usul Almeera.
"Iya, gue nggak apa-apa Frey pulang sendiri." Imbuh Jovan.
"Kak Yuda sudah otw kok, kalian pulang bareng aja." Freya merasa tak enak hati harus ngrepotin mereka berdua.
"Benar Frey?" tanya Jovan memastikan.
"Iya, sebentar lagi juga tiba." Jawab Freya seraya menganggukkan kepala beberapa kali.
Apa yang dibilang Freya ternyata benar, tak sampai lima belas menit kakak Freya sudah tiba. Freya dengan cepat pamitan dan mengucapkan terimakasih kepada Jovan dan Almeera karena sudah ditemani, kemudian dia melangakah kearah kakaknya. Freya lantas memakai helm yang diberikan Yuda dan naik di jok belakan motor Yuda. Freya tahu Almeera sebenarnya sudah bosan dan terlihat kecapekan, jadi dia buru-buru naik ke motor kakaknya agar mereka semua cepat pulang.
"Thanks ya bro, mir udah nemanin Freya," ucap Yuda tulus.
"Santai kali bro, kayak sama siapa." Balas Jovan sambil tersenyum. Yuda dan Jovan memang sudah bersahabat lama, jadi mereka sudah seperti saudara.
"Benar kak, kayak sama siapa." Tambah Almeera dengan tulus.
Almeera sebenarnya iri melihat kedekatan Freya dan kakaknya. Mereka berdua selalu kompak dan saling melindungi. Menjadi anak tunggal tanpa saudara membuat Almeera terkadang kesepian ketika dirumah. Almeera ingin sekali merasakan bagaimana rasanya berebut sesuatu dengan saudara atau hanya sekedar ngopi bareng. Tapi mau bagaimana lagi jadi anak tunggal sudah menjadi takdirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Asraaann
Nah, bener. Sangat terwakili perasaan ku tentang Kimia
2023-08-11
1
Daina :)
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
2023-08-09
0
Enoch
Saya mengikuti cerita ini dengan antusias, author jangan berhenti ya!
2023-08-09
0