Rengat Hati

Setelah pemeriksaan pagi, Arumi diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Arumi minta ijin tidak masuk kerja hari ini karena ada urusan yang harus diselesaikan dengan Nabil.

Alvan menawarkan diri untuk mengantar namun secara halus Arumi menolaknya.

Arumi memutuskan ke Apartemen Nabil. Setibanya, pintu Apartemen sedikit terbuka, perlahan Arumi membuka pintu dan masuk. Ada apa ini? Arumi bertanya dalam hati.

Seperti baru saja terjadi pergulatan. Ruang tamu seperti kapal pecah, beberapa pasang baju, celana berserakan di lantai, di atas meja terlihat botol miras yang menumpahkan sebagian isinya, puntung rokok dan ada alat kontrasepsi.

Dengan degup jantung yang tidak beraturan perlahan tangannya yang gemetar membuka pintu kamar. Mata Arumi membelalak.

Nabil dengan separuh badan tanpa busana berpelukan dalam selimut dengan seorang wanita.

BRUK!

Arumi lemas jatuh terduduk di depan pintu kamar. Bagai tsunami saat ini melanda hatinya.

Nabil terbangun, sambil mengucek matanya menatap tak percaya kearah Arumi.

"Arumi sedang apa kamu di sini?" tanya Nabil.

"Aku yang seharusnya bertanya Kak, apa yang sedang kamu lakukan?" dengan suara yang dipaksakan, Arumi mencucurkan air mata.

"Aku melakukan sesuatu yang tidak bisa aku dapatkan dari kamu."

"Maaf Kak, aku tidak bisa, kita belum menikah." Jawab Arumi masih dalam keadaan terduduk.

Dari balik selimut Nada terkejut melihat Arumi.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Nada.

"Nada, apa kurangnya aku selama ini? Apa salahku padamu? Tega kamu ya!" Arumi mengeraskan suaranya.

"Di dunia ini tidak ada yang namanya cinta dan setia, seorang pria butuh kehangatan, sekarang kamu mengertikan?" Nada mencium Nabil dihadapan Nada, dan Nabil membalasnya penuh gairah.

"Cukup, hentikannnnn!" Arumi berdiri dengan tatapan jijiknya.

"Arumi, sadarlah, tidak ada yang menyukaimu, tampang culun, tidak peka seperti dirimu diobral pun tidak akan laku." Nada tertawa dengan ejekannya.

"Kak Nabil apa benar yang dikatakan Nada? Apa selama ini kamu tidak menyukaiku?" Arumi meminta penjelasan.

"Aku sangat menyukaimu, sampai sekarang masih menyukaimu, tapi aku seorang pria yang tidak tahan godaan apalagi dari Nada." Nabil membelai rambut Nada.

"Sudah cukup Kak! Jangan pamerkan kemesraan kalian! Terima kasih sudah membuka mata dan pikiranku. Saat ini juga kita putus!" Nada keluar dari Apartemen Nabil dengan perasaan marah, kecewa, sakit hati, akal sehatnya saat ini hilang.

Di hatinya tertanam akar kebencian, dendam karena sudah dikhianati orang yang dianggapnya sebagai sahabat yang hanya memanfaatkan dirinya dan dikhianati pujaan hati.

Baru pertama kali Arumi merasakan jatuh cinta dan juga pertama kali merasakan sakitnya dikhianati membuatnya seperti ditusuk-tusuk belati, hatinya tercabik, terkoyak kemudian lukanya ditabur dengan serpihan garam. Terbayangkan betapa perihnya.

Arumi terus melangkahkan kaki tanpa arah, entah sejauh mana dia berjalan, berapa banyak air mata yang terbuang, lelah mulai terasa. Lelah hati, lelah jiwa, serasa hampa. Dengan langkah lunglai Arumi berhenti.

Dilihatnya sebuah rumah kosong di ujung jalan. Rumah yang ditumbuhi dengan rumput-rumput liar yang tinggi, sarang laba-laba menghiasi hampir seluruh rumah. Kegelapan yang menambah keangkeran rumah tidak berpenghuni itu. Tidak sedikit pun Arumi ada rasa takut, karena dibandingkan dengan kisah hidupnya saat ini rumah angker yang menyeramkan itu tidak seberapa.

"Assalammualaikum." Arumi memasuki rumah, keadaan di dalam rumah berbanding terbalik dengan keadaan di luar. Rumah yang terlihat besar. Perabot rumah masih lengkap dan masih bagus.

Apa rumah ini ada penghuninya, Arumi bicara dalam hati. Arumi merebahkan diri di atas kursi tamu, tenaga yang hampir habis dan rasa kantuk yang luar biasa membuatnya terlelap.

Sekelebat bayangan hitam melayang-layang di atas Arumi. Bayangan itu memperhatikan Arumi dan mencium aroma dendam dan kemarahan yang kuat. Bayangan itu masuk ke dalam tubuh Arumi.

Seolah sudah mengetahui apa yang terjadi bayangan itu pun keluar dari tubuh Arumi, dengan senyum menyeringai dia memandangi Arumi, "Belum saatnya kita bertemu." Bayangan itu pun menghilang.

......................

Sementara itu Kakek dan Nenek Arumi sangat khawatir karena Arumi tidak pulang ke rumah. Nabil berkunjung ke rumah Arumi.

"Assalammualaikum." Nabil mengetok pintu rumah.

"Wa'alaikumussalam," Kakek membukakan pintu.

"Permisi Kek, Arumi ada?" Nabil seperti biasa sopan dengan Kakek.

"Belum pulang dari tadi Nak Nabil, Kakek dan Nenek khawatir, Arumi baru saja keluar dari rumah sakit." Kakek dengan kecemasannya cerita ke Nabil.

"Arumi sakit Kek?" tanya Nabil.

"Kemarin malam Arumi tiba-tiba pingsan, kami membawanya ke rumah sakit." Kata Kakek.

"Kalo begitu saya permisi dulu Kek." Nabil pamit sambil mencium punggung tangan Kakek.

"Ada apa dengan Arumi?" tanya Nada.

"Ternyata Arumi baru keluar dari rumah sakit, kemarin malam dia pingsan." Jawab Nabil.

"Kemarin malam Arumi nelpon kamu, sengaja aku angkat, di saat kita ...." Nada mengedipkan matanya.

"Apaaaa???? Pantas saja dia datang ke Apartemen tadi pagi." Nabil mengacak-acak rambutnya.

"Kenapa sih kamu suka dengan gadis culun kampungan itu." Nada bicara ketus.

"Ingat, hubungan kita hanya sebatas saling membutuhkan, tidak lebih. Kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Arumi." Nabil tersulut emosi.

"Oke, silakan kamu cari gadis culun itu." Nada berlalu pergi.

"Arumi dimana kamu?" Nabil pun beranjak pergi.

Tidak terima dengan pandangan rendah Nabil terhadap dirinya, Nada berniat jahat pergi ke rumah Arumi.

TOK! TOK! TOK!

"Eh Nak Nada, Arumi tidak ada di rumah." Nenek yang membukakan pintu.

"Begini Nek, tadi saya lihat Arumi pergi dengan Om-om. Mereka pergi ke Hotel dekat kota Nek." Kata Nada.

"A...apa?" Nenek tidak percaya.

"Siapa tahu Arumi masih di sana, Kakek dan Nenek bisa cek ke Hotel dekat Taman Kota. Permisi Nek." Nada cepat-cepat meninggalkan Nenek.

"Kek, Kek!" Nenek memanggil Kakek yang ada di kamar.

"Iya, ada apa?" Kakek melihat Nenek yang sedang kebingungan.

"Kata Nada, Arumi ke Hotel dekat Taman bersama Om-om." Nenek merasa nyeri di dada, masih tidak percaya. Apa mungkin Arumi seperti itu.

"Ayo kita buktikan ke sana!" Kakek juga tidak percaya apa yang dia dengar, Kakek mengambil kunci motor bututnya.

Mereka berdua menuju ke Hotel yang diceritakan Nada.

Sebuah mobil truk trailer melintas dengan kecepatan sedang, sekelebat bayangan hitam menutupi pandangan sopir truk tersebut, sementara motor yang dikendarai Kakek dan Nenek ditarik paksa untuk mengarah ke truk itu.

Mereka dikuasai kekuatan hitam, dan BRAAKKKK! DIN! DUAAARRR!

Kecelakaan berujung maut. Lautan darah membasahi aspal. Kakek dan Nenek dengan tubuh tuanya tidak dapat lagi menahan sakit, pandangan Nenek tertuju ke sosok bayangan yang ada dihadapannya. Sosok itu menampakkan wujud aslinya. "Al...ma!" Panggil Nenek lirih. Sayang nyawa Kakek dan Nenek tidak dapat ditolong, mereka menutup mata untuk selamanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!