Arumi seorang gadis 19 tahun, berkacamata, memiliki mata bulat, berbulu mata lentik, hidung mancung, berkulit putih, tinggi 160 cm, rambut panjang yang lurus.
Sifatnya pendiam, pemalu, baik hati. Seorang anak yatim piatu, yang dibesarkan oleh Kakek dan Neneknya. Tidak pernah sekalipun menaruh hati kepada yang namanya lelaki. Karena Arumi takut mengalami kegagalan cinta.
Hingga dia bertemu dengan seorang pria yang bernama Nabil. Nama lengkapnya Nabil Zaydan 22 tahun, berwajah ganteng, memiliki rahang yang tegas, berjambang tipis, kulit sawo matang dengan tinggi 180 cm.
Yang membuat Arumi jatuh cinta karena sifatnya yang sopan, gampang bercanda, ramah dan perhatian. Berkali-kali Nabil mengejar dan menyatakan cinta selalu saja penolakan yang diterima. Karena kegigihannya akhirnya hati Arumi luluh.
Pertemuan mereka bermula saat Arumi mengantarkan makanan ke kantor Nabil. Arumi bekerja di sebuah rumah makan yang salah satu layanannya pesan antar. Hampir setiap hari karyawan di kantor Nabil memesan makanan di rumah makan tersebut, sesuai dengan slogannya 'harga kaki lima rasa bintang lima'.
Nabil menjemput Arumi di tempat kerjanya.
"Maaf Kak udah lama nunggu?" Arumi menghampiri Nabil.
"Belum, baru juga nyampe." Nabil memberikan helm kepada Arumi.
"Arumiiiii!" Panggil Nada sahabatnya.
"Nada, ada apa?" tanya Arumi.
"Iniiiii siapa?" tunjuk Nada, tatapannya menggoda Nabil.
"Oh iya, kenalin ini Kak Nabil, dan ini Nada sahabatku." Arumi mengenalkan mereka berdua.
"Nada," Nada mengulurkan tangannya.
"Nabil," membalas uluran tangan Nada. Ada perasaan tidak suka melihat Nada yang begitu agresif seolah bernafsu terhadapnya.
Jujur Nabil akui Nada jauh lebih cantik daripada Arumi. Bodynya begitu sexy, buah dada yang begitu aduhai, semuanya begitu sempurna, pokoknya meruntuhkan iman kaum Adam.
"Oh iya Arumi, aku ada perlu sebentar." Nada menarik tangan Arumi kemudian membisikkan sesuatu.
"Oke, sebentar." Arumi mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya.
"Makasih, kamu memang pengertian." Bisik Nada.
Kemudian Nada pamit kepada Arumi dan sesekali mengedipkan mata nakalnya kepada Nabil.
"Ada perlu apa sama kamu?" Nabil menaruh curiga kepada Nada.
"Emmmm Nada lagi kesulitan uang Ka, pinjam dikit buat bayar kos." Arumi menjelaskan.
"Ayooo kita jalan." Nabil melajukan motornya menuju Mall untuk malam mingguan dengan Arumi.
Seperti sepasang kekasih yang lain, mereka nonton film, makan, shopping, tak lupa Nabil juga membelikan buah-buahan untuk Nenek dan Kakek Arumi di rumah.
"Makasih Kak untuk hari ini. Mampir dulu Kak!" ajak Arumi.
"Sudah malam gak enak sama Kakek dan Nenek." Nabil mendekat ingin mencium Arumi tapi Arumi mundur menghindar. Ini sudah keberapa kali Arumi menolaknya.
"Maaf Kak." Kata Arumi.
"Aku pulang." Nabil melangkah dengan penuh kekecewaan.
Dari jauh Nada memperhatikan.
Nabil melajukan motornya sampai di pertigaan jalan dia dihentikan seseorang yang berdiri di tengah jalan. Nabil membuka penutup helmnya ternyata yang ada dihadapannya adalah Nada dengan baju minim kurang bahan.
"Hallo Nabil, masih ingat aku?" Nada menghampiri Nabil dengan tatapan yang menggoda.
"Kamu Nada kan?" Nabil meneguk saliva tatapannya mengarah ke garis tengah dada Nada.
"Aku bisa memberikan yang tidak bisa Arumi berikan." Nada semakin berani mendekatkan diri ke arah Nabil.
"Baiklah ikut aku!" Nabil menarik tangan Nada untuk naik ke atas motor sportnya.
Nada melingkarkan tangan ke pinggang Nabil dan menancapkan gunung keramatnya ke belakang tubuh Nabil. Ada sengatan listrik yang membangunkan 'junior Nabil'. Tangan Nabil nakal meremas paha Nada, dan tak mau berlama-lama Nabil melajukan motornya menuju losmen terdekat.
"Apa yang kamu inginkan?" Nabil menatap penuh nafsu Nada yang ada dibawahnya.
"Yang aku inginkan hanyalah uang, aku tidak ingin menjalin hubungan, aku siap kapan saja melayanimu." Nada mengalungkan tangannya di leher Nabil. Dan terjadilah gencatan senjata di atas peraduan.
Sejak malam panas itu, Nabil dan Nada diam-diam selalu bertemu. Sikap Nabil tidak berubah terhadap Arumi. Perhatian yang sama, tiap hari selalu menjemput Arumi dari tempat kerja. Yang membedakan tidak lagi meminta ciuman kepada Arumi. Hal itu membuat Arumi merasa bersalah.
Kak Nabil kan kekasihku, wajar dong kalo dia minta sesuatu seperti sebuah ciuman tidak lebih. Apa aku yang berpikir terlalu jauh, Arumi berbicara dalam hati.
Sesampainya di rumah Arumi mencoba menghubungi Nabil, tidak ada jawaban. Arumi mencoba sekali lagi. Dan panggilan pun diangkat, tapi bukan suara sapaan yang didengarnya, melainkan suara hembusan nafas, lama-kelamaan berubah menjadi suara *******, dan itu bukan suara Nabil, tetapi suara seorang wanita.
Arumi mematikan ponsel. Dipegangnya dadanya, terasa sesak, aliran darahnya terasa berhenti, matanya berkunang-kunang, pandangannya gelap, dan Arumi pingsan.
Kakek dan Nenek panik, beruntung mereka bertemu dengan seseorang yang baik, yang dengan suka rela membawa Arumi ke rumah sakit.
"Terima kasih Nak." Kata Kakek kepada pemuda yang menolongnya.
"Iya, sama-sama." Pemuda itu meninggalkan Kakek.
"Bagaimana keadaan cucu kami Dok?" Tanya Kakek.
"Cucu Anda mengalami pingsan psikogenik. Pingsan tipe ini berhubungan dengan kondisi mental seperti cemas atau panik. Setelah beristirahat yang cukup cucu Anda akan kembali pulih." Dokter menerangkan.
"Terima kasih Dok." Kakek menyalami Dokter.
"Iya, saya permisi," Dokter keluar dari ruangan.
TOK! TOK! TOK!
"Permisi, Kakek dan Nenek biar istirahat di rumah, cucu Kakek dan Nenek biar saya yang jaga, dan biaya rumah sakit sudah saya selesaikan." Pemuda yang menolong mereka tadi rupanya kembali.
"Jangan, kami tidak mau merepotkan." Tolak Nenek dengan halus.
"Tidak apa-apa Nek, sudah seharusnya kita saling membantu. Ijinkan asisten saya mengantar Kakek dan Nenek pulang ke rumah." Pemuda itu menunjuk seseorang yang berdiri di depan pintu.
"Siapa namamu Nak?" Kakek bertanya.
"Nama saya Alvan." Pemuda itu dengan sopan mencium tangan Kakek dan Nenek Arumi.
"Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih, maaf kami telah banyak merepotkan." Kakek dan Nenek berpamitan.
Alvan mengantarkan mereka sampai depan pintu. Kemudian dia kembali ke ruangan dan melihat Arumi terbangun dan terkejut melihatnya.
"Maaf, aku ada dimana? Dan Anda siapa?" Arumi masih merasakan pening di kepalanya.
"Perkenalkan nama saya Alvan, kamu tadi di rumah pingsan, saya, Kakek dan Nenek membawamu kemari. Sekarang mereka beristirahat di rumah, ijinkan saya malam ini yang menjagamu." Alvan dengan sopan menjelaskan.
"Nama saya Arumi, terima kasih atas kebaikan Anda." Arumi menaruh hormat kepada Alvan.
"Panggil saja Alvan. Besok kamu sudah boleh pulang, beristirahatlah." Alvan merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan itu.
Arumi masih mengingat kejadian malam ini. Besok dia ingin mendengar penjelasan dari Nabil.
TIT! TIT! TIT! sebuah pesan masuk.
Daliya : Arumi, kamu mungkin tidak percaya apa yang aku lihat saat ini.
Arumi : Apa ???
Daliya : Nabil bersama Nada, mereka sangat intim. Maaf aku harus memberitahukan semua ini.
Arumi : Iya, makasih.
Besok aku harus menemuinya, batin Arumi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Queen
😱😱😱😱
2023-11-20
1