Seperti janjinya kemarin, hari ini Ririn pulang ke rumah orang tuanya. Karena hari ini hari Sabtu, dia tidak mengajar di Play Group. Ririn akan berangkat pagi, dia ingin membantu ibunya menyiapkan makan siang.
"Ibu, aku sangat merindukan mu." Ririn berhamburan memeluk ibunya ketika sampai di rumah.
"Sudah, sudah. Ibu tidak bisa bernafas kalau begini." Kata ibu dengan nada marah yang di buat buat.
"He, he. Maaf, bu."
"Ibu juga sangat merindukan anak gadis ibu satu satunya."
"Dimana ayah sama Dodi, bu ??"
"Mereka pergi mengambil kue ke toko langganan ibu. Mari bantu ibu. Ibu mau memasak makanan kesukaan mu."
"Baik, bu."
Menjelang jam makan siang mereka sekeluarga sudah berkumpul di meja makan. Makanan sudah tersaji dengan sempurna di atas meja.
"Mari makan, bu." Ririn sudah tak sabar ingin makan makanan kesukaannya.
"Tunggu sebentar lagi, Rin. Kita tunggu teman ayah." Jelas ayah.
"Oh, kenapa ayah baru bilang ? Kita akan memasak lebih banyak makanan kalau tau dari tadi. Apa ini cukup untuk tamu kita ?? "
"Cukup kok, nak. Teman ayah..." Belum habis kalimat ibu, terdengar seseorang mengetuk pintu.
"Nah, itu orangnya sampai. Biar ayah yang bukakan."
Ayah masuk bersama tamunya dan menyerahkan sebuah bingkisan kepada ibu.
"Terima kasih, nak Agus. Silakan duduk.'
*A*ku pikir temannya seumuran dengan ayah. Ternyata orangnya masih muda.
" Perkenalkan anak om yang pertama, namanya Ririn."
"Agus." Laki laki itu mengulurkan tangan, memperkenalkan dirinya sambil tersenyum.
"Ririn."
"Mari kita makan. Nanti keburu dingin makanannya." Sergah ibu.
Menjelang sore setelah memberikan hadiah kepada adiknya. Ririn berpamitan kembali ke kontrakannya karena akan bekerja di mini market.
Malam semakin larut, jalanan tampak mulai sepi. Ririn melihat jam di tangannya, sebentar lagi jam sepuluh. Waktunya pulang.
Seperti biasa, sesampai di rumah Ririn membersihkan dirinya kemudian merebahkan badannya di tempat tidur. Pikirannya melayang jauh.
"Rin, ayah tidak memaksa. Kamu jalani saja dulu. Suka atau tidak kamu bisa memutuskannya nanti."
Ririn teringat kata-kata ayahnya tadi.
*A*pa aku terima saja pilihan ayah ??!! memangnya aku berharap apa lagi ?! Semuanya sudah jelas. Aku tak mungkin menemuinya lagi. Mungkin itu lah pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhir kita setelah bertahun tahun aku mencari mu.
Ririn masih memikirkan Raka. Sejujurnya dia masih sangat berharap bisa bertemu Raka. Terlalu banyak yang harus ia tanyakan.
Dia semakin tampan saja sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi, sifat cueknya tidak berubah sama sekali. Eh, apa dia sudah menikah ya ? Atau sudah punya pacar ? Tak mungkin kan orang setampan dan sekaya itu tak ada yang mau ??!!
Tapi teman ayah juga tampan. Pasti dia orang baik. Kalau tidak, tak kan mungkin ayah ingin menjodohkannya dengan ku.
Ririn pun terlelap sambil memikirkan antara Raka dan pilihan ayahnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=
"Ibu tunggu di sini sebentar. Raka akan mengambil hadiah untuk ibu, tadi tertinggal di kelas. "
"Baiklah. Jangan lama lama. Ayah sudah menunggu kita di sana."
Raka berlari secepat mungkin setelah mengambil hadiah ulang tahun untuk ibunya dengan wajah yang gembira. Dia tak sabar ingin memberikan kepada ibunya.
Sesampai di depan mobil. Raka melihat seorang laki laki menusukkan pisau di perut ibunya.
"Ibuuuu !!!!"
Raka terbangun dengan nafas terengah-engah dan peluh yang mengucur di dahinya.
"Ah, mimpi itu lagi." Raka mengusap kasar wajahnya.
Mimpi buruk tentang ibunya kembali lagi. Sejak Raka bertemu dengan Ririn beberapa hari yang lalu. Sebenarnya, Raka sudah lama tidak mengalami mimpi itu. Dia berusaha melupakan masa lalunya itu dengan menyibukkan diri dengan bekerja.
"Mengapa kau kembali lagi dalam hidup ku ??"
.
.
.
Bersambung. .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments