Ririn berjalan dengan langkah kaki yang lemah, menyusuri gang kecil yang redup karena hanya disinari lampu jalan utama. Tak lama dia sudah sampai di kontrakannya.
*S*yukurlah, sudah sampai. Aku lelah sekali hari ini. Keluhnya dalam hati. Dia meletakkan tas di kamar lalu segera menuju kamar mandi.
Ririn berbaring di tempat tidurnya, menatap kosong langit langit kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun matanya sama sekali tidak bisa di pejamkan.
Mengapa aku berada di situasi macam ini ?? Orang yang paling ingin aku temui sekaligus menjadi orang yang paling ingin aku hindari. Apa yang harus aku lakukan ?
Kejadian siang tadi masih menghantui pikirannya.
"Tuan, apakah saya boleh pergi sekarang ? Ada hal yang sangat penting yang harus saya lakukan ?" Ririn berusaha mencari cara agar bisa kabur dari ruangan CEO ini.
"Maaf, nona. Tidak bisa."
"Uuumm, tuan bisakah saya ke kamar kecil sebentar ??" Ririn masih berusaha.
"Silahkan, nona." Seorang pengawal menjawab sambil menunjukkan salah satu pintu di sudut ruangan ini.
"Inikan kamar pak presidir ?, apa tidak apa apa jika saya memakainya ? Saya pakai yang di luar saja, he he he." Ririn tertawa yang di buat buat.
Rencana Ririn sepertinya gagal untuk kabur dari sini ketika pengawal itu hanya diam saja.
Huh, tidak berhasil juga. Bagai mana ini ? Apa yang harus aku lakukan ?? Apa aku pura pura sakit ya ?? Kalau ketahuan bagai mana ?? Aduh. Ririn masih berperang dalam batinnya.
"Selamat siang, tuan"
*D*eg
Kenapa jantung ku makin berdebar. Kumohon tenanglah. Jangan gugup, jangan gugup, Ririn.
Ririn terasa kakinya bergetar di bawah meja. Dia duduk sambil menunduk. Dia tau siapa yang datang.
"Kalian tunggu di luar." Laki-laki itu memberi perintah sambil berjalan mendekat, lalu duduk di belakang mejanya.
Ririn semakin menunduk ketika mereka duduk berhadapan.
Lama Raka melihat gadis di depannya itu.
"Ana." Raka mulai bersuara.
*Y*a Tuhan. Raka. Dia benar-benar Raka. Hanya dia yang memanggil ku Ana.
"Maaf. Nama saya Ririn, Tuan."
*M*aaf Raka aku terpaksa berbohong.
"Benarkah ??" *A*ku tidak mungkin salah orang. Aku yakin kau memang Ana.
"Benar, tuan."
"Apa kau mengenal ku ? Atau kita pernah bertemu sebelumnya ?" Raka bertanya seakan menyelidik.
"Maaf. Saya tidak kenal dengan anda dan saya rasa kita tidak pernah bertemu." Ririn menjawab setenang mungkin, sambil memberanikan diri mengangkat kepalanya melihat lawan bicaranya. Kemudian secepat kilat menundukkan kepalanya lagi.
Apa dia benar benar tidak mengenali ku ?, atau dia lupa dengan ku ? Aku bahkan bisa mengenalinya hanya dengan sekali pandang. Raka
"Baiklah. Kau boleh keluar." Aku akan membiarkan kau pergi sekarang. Tapi aku tak akan semudah itu melepaskan mu. Batin Raka.
"Terimakasih, tuan. Eemm, maaf saya tidak sengaja menabrak anda tadi. Saya permisi."
Raka tidak menjawab. Dia hanya melambaikan tangan kanannya.
Ririn berjalan dengan cepat keluar dari ruangan itu. Kakinya semakin kuat bergetar ketika dia tidak sengaja melihat sebuah undangan di atas meja saat dia memutar badannya untuk pergi. Raka Wiratama CEO Wiratama group.
Raka masih memandang Ririn yang berjalan menuju keluar sampai hilang di balik pintu. Kemudian dia bersandar di kursi sambil memejamkan mata.
*B*agai mana kau bisa berkata bohong pada ku. Tubuhmu saja bergetar menunjukkan kalau kau sedang berbohong. Huh, padahal sudah sekian lama, kau tidak berubah sedikitpun. Wajah mu, suara mu, rambut mu, cara mu berjalan, cara mu berpakaian masih sama seperti dulu.
Raka tersadar ketika seseorang mengetuk pintu ruangannya. Sekretarisnya masuk setelah mendengar suara Raka menyuruhnya masuk.
"Kita pergi sekarang !" Perintah Raka sambil berdiri dari duduknya. Berjalan melewati sekretarisnya. "Cari informasi tentang wanita tadi !" Lanjutnya lagi.
.
.
.
.
Bersambung. . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments