Duda Korean anak satu bab 4
“lala tau yah. Tapi lala juga bahagia kok. Lala janji ya.” Ucap Laurinda.
“kalau ini memang keputusan kamu. Ayah dan bunda Cuma bisa mendukung.” Ucap ayah. “lalu rencana kapan?”
“minggu depan yah.” Jawaban Laurinda sekali lagi mengagetkan semua orang.
“kamu tidak mau memikirkan matang – matang nak. Ini pernikahan bukan permainan.” Tanya bunda yang kaget.
“iya kak ini terlalu mendadak.” Ucap Rahman.
“lala ayah setuju kamu menikah tapi ini terlalu tiba – tiba nak. Kamu tidak mau memikirkan matang matang dahulu?”
“pa ma dik. Lala udah memikirkan dengan matang. Makanya lala berani bilang.” Ucap laurinda sambil menatap wajah Kyoso yang tidak berdosa. “kalau lala tunda lala tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada Kyoso yah.” Jelas Laurinda.
“baik lah. Kalau begitu apapun keputusan kamu ayah akan dukung.” Ucap ayah meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar.
“bunda lala naik ke kamar dulu.” Laurinda kembali ke kamar tanpa memakan sedikitpun.
Di dalam kamar Laurinda.
Laurinda menghubungi Sohan.
Percakapan dalam bahasa korea.
[han]
[iya bagaimana?]
[sesuai perjanjian. Tapi saya mau menikah di hari jumaat]
[baik besok saya akan kembali ke Indonesia. Besok hari kamis dan jumaat kita menikah] suara Sohan bahagia.
[namun saya menambah beberapa syarat setelah menikah. Apa kamu akan menyetujuinya?]
[apapun syarat kamu saya akan setujui.]
[baiklah kalau begitu. Dan juga saya mengirimkan beberapa buku dan link video mohon kamu baca dan tonton.]
[baik saya akan baca dan tonton. Kyoso bagaimana?]
[dia baik dia sedang tidur sekarang. Apa kamu mau melihatnya?]
[tidak perlu saya masih harus mengurusi beberapa hal]
Laurinda menatap Kyoso yang terlelap. Menitihkan airmata karena tidak menyangka bahwa pernikahannya yang selalu dia dambakan bersama seorang yang agamanya lebih baik, mampu membimbingnya. Namun malah dia menikah dengan serorang mualaf.
“Ya Allah saya niatkan pernikahan ini karena mu. Jika baik lancarkan jiak tidak baik mohon bombing kembali.” Laurinda memantapkan niatnya.
“sayang sebentar lagi saya akan menjadi mama kamu. Dan saya akan menjaga kamu dengan sepenuh hati.” Laurinda tersenyum memeluk Kyoso.
Keesokan paginya.
“bunda. Lala nitip Kyoso ya. Lala mau ke kantor mau ngajuin surat pengunduran diri.” Lala berpamitan pergi ke kantor. Dia tidak menyangka baru saja dia bekerja sebagai karyawan tetap namun dia harus keluar di awal kontraknya.
“apa saya ajak Kyoso dan Sohan tinggal di Indonesia. Jadi saya tidak perlu resain.”
Sesampainya di kantor. Laurinda sudah membulatkan tekatnya. Untuk tetap bekerja untuk meraih keinginan.
“kamu kemarin pulang buru-buru kenapa?” tanya Mira yang baru masuk ruangan.
“ada urusan mendadak.” Jawab Laurinda.
Sepulang kerja Lauridan di kejutkan dengan beberapa barang yang baru datang.
Percakapan dalam bahasa korea.
“sohan apa yang kamu lakukan?” tanya Laurinda yang baru pulang kerja. Kalau tidak lembur pulang kerja sekitar jam dua.
“ini barang – barang saya dan Kyoso. Kamu bilang ingin di Indonesia untuk sementara saya temani kamu” jawab Sohan.
“ohh.” Ucap Laurinda.
Sore hari Laurinda mengajak Sohan untuk bersyahadat di temani Rahman dan ayah.
Setelah itu Sohan telah mempersiapkan segalanya untuk pernikahannya besok Luarinda mau mengadakan pernikahan sederhana karena melihat Sohan usai berduka tidak sopan berpesta di atas duka seseorang.
Keesokan paginya, pernikahan telah di persiapkan beberapa keluarga yang di undang pun sudah datang.
“baik saudara Sodara Sohan sudah siap?” tanya pak penghulu.
Laurinda menterjemahkan apa yang di ucapkan penghulu untuk Sohan, begitu pula sebaliknya ucapan Sohan Lurinda pun yang menerjemahkan.
“sudah.” Jawab Sohan menjawab pertanyaan pak penghulu.
“saya terima nikah dan kawinnya Lurinda binti Wijaya dengan maskawin 5 % saham perusahaan yang saya miliki, beserta satu buah rumah beserta isinya, mobil atas nama Laurinda di bayar tunai.” Ucap Sohan dalam Indonesia dengan logat koreanya.
“bagaimana para saksi sah?” tanya pak penghulu.
“sah.” Kedua saksi mengatakan sah.
“Alhamdulillah…..”pak penghulu membaca doa.
Laurinda mencium tangan Sohan yang sekarang menjadi suaminya. Sohan mencium kening istrinya sebagi tanda hormat.
Setelah ijab qobul acara makan – makan keluarga dan di lanjutkan foto bersama.
“ini anak siapa?” tanya bibi Laurinda yang pekerjaannya rumpi.
“anak saya bibi.” Jawab Laurinda.
“owalah jadi nikah buru-buru karena udah di depe ya. Pantes Cuma undang keluarga.” Ucap Bibi yang suka iri dengki dan ngateli. Laurinda menahan dan hanya tersenyum. Bunda yang hendak menjawab di larang oleh Luarinda.
“sudah bun biar. Bibik kan orangnya kayak gitu tidak usah di hiraukan.” Ucap Laurinda.
“tapi bibik kamu ngomongnya ngawur.” Ucap Bunda kesel.
“eh hamilnya kapan? Jangan jangan waktu di korea ya? Gimana sih jadi perempuan kok tidak menjaga diri.” Ucap Bibi yang begitu menyakiti hati.
“kenapa sepertinya yang dia ucapkan tidak begitu menyenangkan?” tanya Sohan mengunakan bahasa korea.
“tidak emang begitu orangnya jangan di hiraukan.” Jawab Laurinda mengunakan bahsa Korea.
“pantesan maharnya banyak la emang hamil duluan ya. Waktu itu mau bibi jodohin sama anak bibi untung tidak jadi kalau jadi kasihan Danur.”
“biarkan kalau saya punya anak memang kenapa? Emang saya cantik jadi banyak yang suka. Dari pada anak bibi harus di jodohin biar bisa menikah” Cetus Laurinda ucapannya membungkam mulit bibi yang dari tadi ngoceh kayak burung.
“lala..” panggil ayah yang mendengar kehebohan. “ di sini kami sedang tasyakuran karena pernikahan putri kami. Jadi kalau kakak Cuma mau cari masalah kakak boleh pulang dahulu.” ucap ayah juga tidak tahan.
Bibi pun terdiam dan hanya menggerutu. “dasar.”
Setelah acara resepsi sederhana selesai Bunda meminta Kyoso untuk di bawa ke kamar bunda dan ayah.
“mana kalian ke kamar saja. Biar Kyoso sama bunda.” Ucap Bunda.
“apa kata bunda.” Tanya Sohan.
“katanya bunda mau tidur sama Kyoso.” Ucap Laurinda menjelaskan.
Sohan memberikan Kyoso ke bunda. Laurinda pergi ke kamar bersama Sohan.
“umm ini….” Ucap Laurinda dalam bahasa korea. di dalam kamar yang keadaannya begitu canggung.
“kita mulai?” tanya Sohan.
“mulai apa?” Laurinda matanya melebar mendengar ucapan Sohan.
Tak menunggu lama Sohan langsung mencium Laurinda. Alasanya karena beberapa video yang dia tonton menjelaskan kalau pernikahan dalam islam bisa sah dan sang wanita bisa menerima maharnya jika mereka sudah melakukan hubungan suami istri.
Sohan mencium Laurinda, mendorong tubuhnya ke ranjang yang berukuran sedang namun.
“tunggu..” ucap Laurinda.
“kenapa?”
“kita?”
“kita akan melaksanakan apa yang di lakukan suami istri.” Jawab Sohan melanjutkan mencium Laurinda.
Laurinda tidak bisa menolak karena ini juga kewajibannya. Untuk pertama kalinya bagi Laurinda tubuhnya di sentuh seorang. Pakainnya satu persatu terlepas sampai tidak tersisa sehelai pun. Bagitu juga dengan Sohan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments