Duda Korea anak satu bab 2
Sesampainya di restoran.
“ini kalian boleh pesan bebas.” Ucap Niken membagikan buku menu.
“gimana kalau kita pesan paket komplit?” tanya Mira.
“iya saya setuju.” Jawab Asep dan Biyan.
“kalian ini. Pesan aja yang lain. Uang saya cukup.” Ucap Niken kepada bawahannya. Mereka sangat menyukai kak Niken yang baik.
“kak ini aja. toh nanti kalau uang kakak masih banyak traktir lagi.” Ucap Mira memohon.
“iya toh paket komplit di sini juga enak. Dan kali ini cukup untuk lima orang.” Ucap Asep menambah ucapan Mira.
“baiklah asal kalian bahagia.” Jawab Niken.
“pelayan pesan paket komplit dan tambahan daging satu porsi ya.” Niken memangil pelayan dan memesan menu hotpot paket komplit.
“baik tunggu sebentar kami akan menyiapkan.” Ucap pelayang meninggalkan meja menuju dapur.
“eh Lala jangan diem aja.” ucap Mira.
“iya kak.” Lala yang dari tadi hanya diam melihat perdebatan seniornya.
“begini lah kami. Kerjanya santai tapi juga seius tidak main – main .” ucap Asep tersenyum kepada Laurinda.
“eh kamu jangan deket – deket. Hati – hati dia buaya.” Ucap Biyan.
“enak aja. saya ini orangnya setia. Setiap ada boleh lah.” Jawab Asep menanggapi candaan Biyan.
“kamu harus hati – hati dengan mereka. Mereka itu kadal.” Ucap Mira melirihkan suara.
“iya kak,” jawab Lala yang masih canggung karena tempat baru dan orang baru.
Untung saja rekan kerjanya sangat ramah.
“eh Mira jangan mencemarkan nama baik ya.” Biyan yang mendengar ucapan Mira kepada Laurinda.
“kalian ini jangan nakutin junior. Jarang ada cewek yang ikut ke tim kita. Kecuali Mira” Ucap Niken.
“kayaknya Mira cowok kak.” Jawab Biyan.
“kakak kan juga cewek.” Tambah Asep menatap Niken.
“kenapa memangnya kak?” tanya Laurinda.
“karena di tim kita terkenal kak Niken ganas.” Jawab Mira bercanda.
“karena yang orang lain lihat di tim kita kerjanya tidak pernah ada cutinya. Dan di wajibkan meski sedang cuti jika ada proyek otomatis cutinya harus di batalkan. Intinya pekerjaan kita melelahkan. Makanya saat luang begini kita sering kali bercanda untuk mencairkan suasana.” Jelas Niken.
“kemarin ada laki – laki baru dua minggu langsung izin mengundurkan diri.” Ucap Mira.
“iya gara – gara kamu godain.” Ucap Biyan.
“enak aja. tim lain bilang si Johan lalu gara – gara satu minggu tidak bisa cuti dan berangkat pagi pulang malam. Dan pernah dua hari yang kita lembur itu kita tidak pulang. Jadi dia tidak sanggup.” Jelas Mira.
“ha kak dua hari tidak pulang?” tanya Laurinda.
“iya kamu takut ya?” tanya Asep menggoda menakuti.
“kalian ini… iya dua hari kita tidak pulang. Bahkan tidur pun kita tidak bisa karena sangat sibuk. Sudah beban kerja dan target lalu komplain dari atasan. Kita kerjain selama dua hari penuh.” Ucap Niken.
Yang semua orang bilang bekerja di tim pengembang sangat menyeramkan. Nyata mereka yang melihat hanya memahami kesulitan yang tampak. Tak pernah merasakan kebahagian yang terselip di setiap perjuangan tim pengembang.
Setelah selesai makan siang mereka kembali ke kantor.
Mira dan Asep saling berdiskusi. Biyan juga tengah sibuk dengan riset barang. Lauindra menemani kak Niken di ruangannya sembari mengobrol.
“kak – kak Niken udah berapa lama kerja?” tanya Laurinda.
“mungkin sudah sepuluh tahunan dari mulai lulus sekolah SMA.” Jawab Niken.
“berat kakak senior banget kan?” tanya Laurinda.
“ya bisa di bilang. Dulu itu paman saya bekerja di sini. Saya menjadi asistennya. Lalu paman sakit keras dan memberikan posisinya ke pada saya. Saat itu saya bekerja sambil kuliah.” Jelas Niken.
“wah kakak hebat.” Ucap Laurinda.
Satu bulan telah ber lalu Lurinda berhasil menjadi karyawan tetap.
Laurinda yang sedang berada di kantor di hubungi oleh adiknya.
Rahman : halo kak
Laurinda : iya mat ada apa?
Rahman : ada orang nyariin kakak
Laurinda : ha siapa.
Rahman : bentar maman kirim foto
Laurinda melihat foto yang di kirim adiknya langsung terkejut.
Rahman : hallo kak?
Lurinda : iya bentar lagi kakak pulang.
Di rumah Lurinda
Siang itu seorang pria berbadan tinggi tegap dengan tubuh yang bidang wajah rupawan menggendong seorang bayi yang baru berumur satu bulan. Dia bawanya bayi itu ke depan rumah seorang gadis bernama Laurinda.
“Laurinda tolong terima kami.” Teriak pria itu dari luar rumah.
Di dalam rumah.
“bunda kenapa pria itu manggil – manggil nama kakak?” tanya Rahmad.
“bunda juga tidak tau. Bunda suruh masuk aja.” ucap Bunda merasa kasihan.
Bunda mempersilakan pria yang mengendong bayi itu masuk.
“silakan masuk.” Ucap Bunda.
“terima kasih.” Ucap pria itu dengan logat Korea.
Bunda mempersilakan pria itu duduk.
Pria itu lalu memperkenalkan dirinya dan dari mana dia.
“nama saya Park So Han. Dan ini putra saya Park kyo So. Saya dari korea Selatan bisa di bilang teman lala.” Ucap pria tersebut.
“ saya bundanya Lala. Ini anaknya umur berapa?” tanya Bunda melihat si bayi.
“baru genap satu bulan.” Ucap Sohan.
“Ya Allah masih satu bulan kenapa sudah di bawa pergi jauh nak. Boleh saya menggendongnya.” Bunda yang sock dengan apa yang di ucap kan Sohan.
Sohan memberikan Kyoso ke pada Bundanya Laurinda.
Rahman yang duduk di sebelah bunda juga merasa si bayi sangat imut.
“oh iya ada keperluan apa mencari Lala?” tanya Rahman.
“saya mau mengatakan sesuatu.” Ucap Sohan. Membuat Bunda dan Rahman penasaran.
“ambilkan minum dulu.” Ucap Bunda kepada Rahman.
Rahman lantas pergi ke dapur untuk mengambilkan segelas air.
“silakan.” Ucap Rahman menyajikan minum di meja.
“ah terima kasih.” Balas Sohan.
Di kantor.
“kakak saya mau cuti setengah hari boleh.” Ucap Luranda kepada Niken.
“ada apa?” tanya Niken.
“ada keperluan mendadak kak. Oh iya pekerjaannya sudah saya bereskan tinggal kirim ke kakak. Saya boleh izin cuti setengah hari ya kak.” Ucap Laurinda.
“iya silakan.” Ucap Niken tersenyum
“terima kasih kak.” Laurinda memeluk Niken lalu pergi.
Laurinda memesan mobil dan pulang menuju rumah.
Sesampainya di rumah.
Laurinda masuk. Sohan yang melihat langsung memeluk Laurinda.
Berbicara dalam bahas korea.
“Lala. Uli.” Ucap Sohan.
“iya saya tahu. Saya mendengar kabar dari teman satu bulan lalu, turut berduka dan maaf sata tidak bisa datang.” Ucap Laurinda.
“tidak masalah. Sekarang saya datang menemui kamu. Saya hanya ingin melaksanakan permintaan terakhir Uli.” Ucap Sohan.
Bunda dan Rahman di ruangan yang sama terasa tak tampak alias transparan.
“he’em. Permisi ada orang.” Dehem Rahman.
“lala .” panggil Bunda.
Laurinda yang baru menyadari langsung melepas pelukan Sohan. Lalu menghampiri Kyoso yang di gendong Bunda.
“ini Kyoso?” tanya Laurinda.
“iya.” Jawab Sohan.
“dia masih begitu kecil. Dan kamu membawanya kemari?” Ucap Laurinda mengendong Kyoso dari pelukan Bunda.
“saya hanya ingin menemui kamu Lala. Saya mau meikahi kamu.” Ucap Sohan.
Sontak Laurinda terdiam membeku. Bunda dan Rahman hanya diam dan bingun tidak tahu apa yang mereka ucapkan.
“bunda Rahman Cuma mengerti kata jeonen yang artinya saya.” Ucap Rahman membisik kepada Bunda.
“bunda Cuma tau saranghaeo nak.” Ucap Bunda membalas ucapa Rahman.
“lala .” panggil Sohan.
Panggilan Sohan langsung menyadarkan Laurinda.
“maaf?” tanya Laurinda sekali lagi. Dia tidak yakin dengan ucapan Sohan.
“iya saya ingin menikahi kamu dan saya ingin kamu menjaga kami. Setidaknya itu keinginan Uli terakhir kali.” Ucap Sohan.
“sebentar. Itu tidak mungkin kamu adalah suami sahabat saya. Dan menjaga mu saya tidak mampu.” Ucap Laurinda.
“Bunda tolong.” Laurinda menyerahkan Kyoso ke pelukan bunda.
Laurinda menarik Sohan ke taman belakang.
Masih menggunakan bahasa korea.
“Sohan.” Panggil Laurinda
“iya.” Jawab Sohan polos
“saya tau kamu sangat terpukul atas kehilangan Uli. Namun kamu menikahi ku itu bukan hal bagus.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
atulyaas
Semangatt thorr, awalan yang menarik inii
2023-08-16
2