Pasti bisa!

Terlihat kerumunan anak remaja berseragam Sekolah Menengah Pertama yang sangat berdesakan. Tak lupa sepasang makhluk tampan dan cantik juga berada ditengah kerumunan itu, mereka ikut berdesakan dan dapat berdiri paling depan.

"Wah, ada namaku!" teriak pemuda tampan tak lain adalah Adam yang beranjak remaja, namun ketampanannya sedikitpun tidak berkurang.

"Jelas adalah, kau selalu unggul" sambil melihat namanya berada di urutan kedua setelah nama Adam Fernando.

"Hehe, kau juga tak pernah turun dari angka 2 Hawa, tetap bertahan mendampingi namaku" sambil mencubit pipi Hawa yang membuatnya gemas.

"Aduh, kebiasaan deh suka cubit di pipiku, kata ibu kalau pipi kita dicubit, nanti malas makan" sambil menunjukkan wajahnya yang terlihat berpikir.

"Haha, emangnya kau masih bayi" kekeh Adam lagi-lagi mencubit pipi Hawa. Dia sangat suka mencubit pipi gadis itu karena menurutnya sangat empuk.

"Adam!" sambil melangkah meninggalkan Adam yang sibuk tertawa karena puas mencubit pipinya. Tanpa sengaja Hawa menabrak seseorang.

Bugh, " Maaf aku tidak sengaja" sambil menoleh kearah orang yang ditabraknya.

"Jalan itu pakai mata, anak cengeng!" ucap anak itu tak lain adalah Bery, yang bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya dan Adam.

"Bery, tenang lah kawan, dia kan tidak sengaja" Adam menghampiri sahabatnya itu yang terlihat aura amarahnya pada Hawa.

"Ah, dari dulu kau selalu saja membelanya!" sambil menatap Hawa yang tertunduk diam.

"Aku yang salah, karena diriku dia sampai tidak melihatmu" ucap Adam sambil memegang tangan Hawa.

"Baiklah, kau ku maafkan!" ucap Bery dengan nada yang selalu ketus. Dia pun berlalu pergi meninggalkan sahabatnya dan wanita yang selalu bikin dia kesal.

"Adam, aku tak sengaja" isak Hawa menahan tangisnya.

"Sudah, jangan menangis, dia sudah memaafkan mu, sebenarnya dia baik, kelihatannya saja dingin begitu" Adam mengelus kepala Hawa. Terlihat kesedihan di wajahnya, sebisa mungkin dia mencoba membuat Hawa tenang.

"Aku mau makan, lapar" ucap Hawa sambil mengusap perutnya seperti ibu-ibu yang tengah hamil muda.

"Kau sudah seperti ibu muda yang tengah hamil saja" kekeh Adam melihat kelakuan lucu Hawa.

"Dasar kau" pukulan Hawa pas mengenai bahu Adam.

"Ayok, setelah makan kita langsung pulang, hasil ujian kita udah keluar. Kita kan cuma melihat pengumuman saja, setelah itu kita daftar di sekolah yang ku impikan.

" Baik bos" gerak hormat dari Hawa seolah dalam sekolah militer. Hawa selalu mengikuti apa yang disarankan oleh Adam selagi itu baik untuknya.

Mereka makan dengan lahap, seolah sudah berhari-hari tidak makan. Setelah selesai makan, mereka pun pulang. Adam mengantarkan Hawa pulang dengan motornya. Karena besok adalah hari dimana mereka mulai sibuk mendaftarkan ke sekolah menengah untuk melanjutkan pendidikan tentunya.

Keesokan harinya mereka sudah tiba di sekolah yang menurut Adam bagus, dimana menyediakan jalur beasiswa bagi murid berprestasi, tentunya itu semua untuk Hawa mengingat Hawa berasal dari keluarga sederhana. Dia sangat suka membantu Hawa, apapun akan dia usahakan demi bisa bersama dengan Hawa.

"Aku akan selalu bersamamu meski ke ujung dunia sekalipun,aku pasti bisa buat kau bahagia " batin Adam berkata saat melihat senyum ceria Hawa saat ia bisa lolos masuk dari jalur beasiswa. Lain hal dengan Adam yang notabene dari keluarga berada. Sudah pasti dia bisa lolos karena pengaruh nama besar keluarganya dan juga kepintaran yang sangat mendukung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!