Direktur baru

Emely sangat menikmati pekerjaan barunya. Ia senang bisa mendapatkan pekerjaan itu. Setidaknya ia merasa sangat berguna bagi ibunya. Kelelahan ibunya bisa terbayarkan dengan keberhasilan Emely.

Tamara sangat mendukung dan selalu mendoakan perjalanan karir sang putri. Ia berharap Emely akan mendapat keberuntungan dalam hidupnya.

Pagi yang cerah. Hari ini Emely Denisa pergi ke kantor seperti biasanya. Gadis ini tak ingin telat datang ke tempat kerjanya.

Ia bangun pagi seperti biasanya kemudian langsung ke kantor.

Tamara pun demikian, Ia pergi kerja ke rumah Pak Daniel. Sebenarnya Emely ingin sekali agar ibunya tak perlu bekerja. Apalagi sekarang ia sudah mendapatkan pekerjaab yang layak. Namun Tamara sudah merasa Bu Elvi dan Pak Daniel seperti keluarga sendiri. Ia tak ingin berhenti dari pekerjaan hanya karena Emely telah berhasil mendapatkan pekerjaan yang layak.

Ibu dan anak ini pergi kerja masing-masing. Tinggal Pak tua sendiri di rumah. Emely dan Tamara melarang Pak tua untuk melakukan pekerjaan. Mereka akan merawat Pak tua seperti keluarga mereka sendiri.

Emely terlihat sangat semangat pergi ke kantor. Tamara pun demikian. Ia pergi bekerja di rumah Pak Daniel.

Tibalah Emely di kantor barunya. Ia menatap sekeliling kantor dengan wajah bahagia.

Senyum tipis menghiasi bibir gadis itu.

Akhirnya aku sampai juga di kantor dengan selamat. Terima kasih, Tuhan. Akhirnya aku masih di berikan kesempatan untuk kerja hari ini. Batin Emely bersyukur.

Rupanya Emely adalah orang ke-dua yang datang setelah manager mereka.

Manager itu adalah Bu Delia. Orangnya tak punya senyum. Wajahnya selalu datar dan terlihat serius. Para karyawan yang lain sangat segan terhadap Bu Delia. Ia adalah wanita yang tak bisa di ajak bercanda. Bu Delia sangat membenci jika mendengar kesalahan dan kegagalan pada karyawan. Tak menyukai karyawan yang lelet dalam bekerja. Ia di juluki wanita dingin dan tak peka. Ia juga tak akan segan menegur karyawan jika melakukan kesalahan. Bisa-bisa ia melaporkan pada direktur agar orang itu di pecat. Para karyawan sangat tegang jika Bu Delia muncul di ruangan mereka.

Ruangan tak pernah terlihat adanya canda dan tawa. Semua orang selalu dalam ke seriusan untuk melakukan tugas mereka masing-masing.

Pagi itu tak sengaja Bu Delia melihat Emely sudah tiba duluan di kantor. Ia melihat gadis itu sedang duduk sambil mulai belajar tentang tugas-tugasnya.

Emely terlihat sangat serius dalam belajar. Ia tak sadar jika manager memperhatikannya.

Gadis itu rupanya berbakat dan punya potensi. Kata hatinya yang seakan memuji Emely.

Bu Delia tak biasanya tersenyum ketika melihat Emely. Tapi kali ini ia benar-benar tersenyum melihat keinginan belajar dari gadis itu.

Kemudian Bu Delia sengaja pergi ke ruangan itu dan menghampiri Emely.

“Apa yang kamu lakukan?” Sapa Delia membuat Emely kaget.

Dengan wajah terkejut, Emely berusaha tenang.

“Aku lagi belajar bu.” Jawabnya singkat sembari tersenyum pada Bu Delia.

Melihat senyuman Emely tak lantas membuat Delia memuji gadis itu secara langsung.

Ia sengaja memperingatkan Emely agar gadis itu tak pernah bosan dan berhenti untuk belajar.

“Kamu jangan terlalu bangga dengan posisi kamu sekarang. Itu belum ada apa-apanya. Lakukanlah sesuatu yang bisa menguntungkan departemen ini !”Dengan nada datar.

“Iya bu.”Jawab Emely singkat.

Ia seakan menjadikan motivasi atas ucapan Bu Delia.

Aku harus banyak belajar dari Bu Delia. Aku tak boleh berbangga diri dan cepat berpuas hati apa yang di capai. Belajar itu lebih penting dari pada mengejar image di mata orang lain. Itu yang sekarang ada dalam batin Emely namun berhasil ia pendam.

Tak terasa rekan kerjanya yang lain telah berdatangan. Mereka menatap Emely yang telah datang lebih dulu.

“Ia datang begitu pagi.”Ucap salah satu rekannya.

Kemudian ada seorang wanita menyapa Emely.

“Pagi? kita belum kenalan waktu kemarin. Aku Nina.” Sambil mengulurkan tangan dan memberikan senyuman pada Emely.

“Aku Emely.”Jawabnya sambil membalas uluran tangan Nina.

“Oh iya Emely, aku harap kita bisa bersahabat dan bekerja sama dengan baik.”Mencoba bersahabat.

Emely pun tersenyum dan merasa senang akhirnya ada yang mau berteman dengannya.

“Iya Nin. Terima kasih. Aku sangat senang memiliki teman se kantor yang ramah sepertimu.”Mencoba memuji.

Kedua orang tersebut akhirnya mulai akrab satu sama lain. Pada saat perkenalan itu mereka sering menghabiskan waktu bersama di kantor.

“Ayo kita makan siang!”ajak Nina.

Sambil tersenyum Emely mengikuti ajakan dari sahabat barunya itu.

“Oke Nin.”Langsung bergegas keluar ruangan.

Di halaman kantor bagian belakang mereka menyantap makan siang yang di bawa dari rumah.

Emely dan Nina sepertinya punya kesamaan dalam membawa makan siang di kantor. Kedua sahabat baru itu terlibat percakapan yang terlihat sangat akrab. Mereka nampaknya sedang menikmati suasana di belakang kantor.

“Akhirnya selesai juga makan siang kita.” Ucap Nina sambil mengelus perutnya karena merasa kenyang.

“Iya Nin. Akhirnya habis juga makanan siang kita.” Jawab Emely.

Tiba-tiba kedua gadis itu tanpa sengaja mendengar bahhwa akan ada pergantian direktur. Menurut yang mereka dengar, bahwa anak sang direktur akan datang dari luar negeri untuk menggantikan posisi ayahnya.

“Perusahaan kita ganti direktur!”ucap Nina penasaran

“Berarti kita punya direktur baru Nin.”Jawab Emely tersenyum tipis.

“Iya Emely. Kan sayang kalau di ganti. Direktur yang lama orangnya baik dan ramah.” Ucap Nina dengan nada mengeluh.

“Ya sudah Nin. Kamu tak perlu sedih. Kita harus berfikiran positif saja pada direktur yang baru itu.” Emely mencoba menasehati dan menenangkan sahabatnya.

Kata-kata Emely rupanya berhasil membuat Nina tersenyum lagi.

“Ayo kita masuk! Sebentar lagi jam istirahat telah berakhir.”Ajak Emely.

Nina tersenyum dan mengikuti ajakan sahabatnya itu.

Sepanjang jalan menuju ruangan mereka, ternyata desas-desus mengenai direktur baru telah tersebar. Tampaknya para karyawan sedang membicarakan mengenai direktur baru.

“Sepertinya karyawan lagi ramai membicarakan tentang direktur baru itu.” Nina berbicara lagi.

“Iya Nin. Biarkan mereka berbicara tentang direktur itu. Yang terpenting kita harus berfikiran positif saja.”Menasehati Nina.

“Iya ibu peri.”Jawab Nina sambil tertawa kecil pada Emely.

Setelah berada di ruangan mereka, tampaknya di dalam mereka juga lagi antusias membicarakan tentang direktur baru.

Emely hanya duduk di kursinya dan tak ikut membicarakan tentang desas-desus itu.

Ia hanya fokus dan mengecek ulang laporan yang ia buat tadi.

Semua orang tampak deg-degan akan menyambut direktur baru.

Tak lama kemudian, Bu Delia sang manager datang ke ruangan mereka. Ia menyuruh para karyawan semua untuk berkumpul dan menyambut sang direktur baru akan tiba sebentar lagi.

“Kalian semua harus bersiap diri menyambut kedatangan sang direktur baru. Dia adalah anak dari direktur kita yang lama. Dan sekarang tanggung jawab itu ia serahkan pada putranya. Tolong kalian jangan membuat sesuatu yang aneh di depan sang direktur! Sekarang kalian bubar dan pergi ke depan untuk menyambut.”Delia memberi pengumuman bagi para karyawan yang berada dalam departemen mereka.

“Baik bu.”Jawab para karyawan dan segera bergegas meninggalkan ruangan.

Semua terdengar membicarakan ketampanan calon direktur baru mereka.

“Rupanya direktur baru kita masih muda dan tampan.” Ucap salah seorang wanita.

Para karyawan wanita mulai bersolek dan tak ingin terlihat kusam di hadapan sang direktur baru. Mereka sangat antusias menyambut kedatangan direktur muda itu.

“Aku tak sabar ingin melihat wajah dari direktur baru kita!”ungkap salah satu karyawan lagi.

Nina dan Emely hanya terdiam menyaksikan rekan kerja mereka yang tampak antusias bersolek. Sementara kedua gadis itu tak tertarik untuk bergabung bersama rekan-rekan yang lainnya untuk berdandan.

“Mereka tampaknya sangat antusias menyambut direktur baru itu.” Ucap Nina sambil mengernyitkan bibirnya.

“Biarkan mereka Nin. Mungkin mereka akan lebih percaya diri jika berdandan seperti itu.” Emely dengan ucapan menasehati.

“Kamu itu tampak seperti ibuku. selalu saja menasehati.”Jawab Nina tersenyum.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya orang yang di nanti mereka telah tiba.

Para karyawan perusahaan mulai berbaris rapi dari pintu depan untuk menyambut sang direktur baru mereka.

Nina dan Emely pun ikut serta dalam menyambut sang direktur. Semua wanita sangat penasaran dengan wajah direktur baru mereka. Nina pun demikian. Ia sangat penasaran dengan sang direktur yang di ceritakan tadi. Emely tampak biasa saja menyambut kedatangan direktur. Ia tak berdandan sama sekali.

Bu Delia datang dan memberikan arahan pada karyawan.

“Mohon kalian jangan membuat masalah dan ingat! Kalian harus bersikap sopan dalam menyambut direktur baru kita.”Dengan nada tegas.

Semua terdiam seketika. Tak ada yang bicara dalam barisan itu.

Tak lama kemudian, sang direktur muncul di depan kantor menggunakan mobil mewah berwarna hitam. Para pengawalnya mengikuti sang direktur baru dari belakang.

Semua mata memandang direktur dengan rasa takjub. Pria bertubuh tinggi dan terlihat sangat sempurna di mata kaum hawa.

Hidungnya yang tinggi dan kulitnya bersih. Ia terlihat sangat tampan dan meluluhkan hati bagi wanita yang melihatnya.

Pandangan mata karyawan wanita tak pernah berkedip karena belum puas melihat pria tampan ini.

Dari sekian banyak wanita, hanya Emely yang tampak biasa saja dalam menyambut sang direktur.

Para wanita tak tahan ingin mengambil gambar bersama direktur baru mereka.

Mereka tampak antusias menyambut direktur baru. Setelah selesai penyambutan itu, mereka tampak bergosip mengenai sang direktur.

“Ya Tuhan, direktur baru kita sangat tampan. Aku ingin menjadi pacarnya! Wajahnya seperti mengalihkan duniaku.”Ucap salah seorang wanita mengagumi

“Iya benar. Aku juga jatuh cinta kala melihat sang direktur baru. Aku ingin menikahinya walaupun harus memakai uangku sendiri untuk biaya pernikahan.”Jawab wanita satunya yang terlihat sedang jatuh cinta pada direktur baru itu.

Semua orang tak berhenti membicarakan ketampanan sang direktur. Tapi diantara semua, hanya Emely yang biasa saja dalam menanggapi hal tersebut. Rupanya gadis ini sama sekali tak tertarik untuk membicarakan sang direktur. Ia hanya duduk di kursinya sambil mengecek kembali laporan yang ia buat. Tiba-tiba Nina datang dan memulai percakapan pada Emely.

“Direktur baru kita sangat tampan Emely!” dengan nada memuji.

Emely hanya tersenyum tipis pada sahabatnya itu. Ia sama sekali tak tertarik untuk membicarakan seorang pria pada saat jam kerja.

“Mengapa kamu terlihat biasa saja kala melihat direktur kita?”tanya Nina heran dengan sikap Emely.

“Iya Nin. Aku memang tak tertarik untuk membicarakan tentang pria pada saat jam kerja. Kalau memang ia tampan berarti kita harus bersyukur punya direktur seperti itu.” Jawabnya sambil mengerjakan tugas.

“Tapi aku lihat kamu sama sekali tak tergugah ketika direktur tampan lewat di hadapanmu. Padahal semua wanita sangat menginginkan menjadi pacar sang direktur.”Masih dengan nada heran.

Emely hanya tersenyum mendengar ucapan dari sahabatnya.

“Iya benar. Karena tujuanku disini untuk kerja Nin. Aku tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting dan mustahil.” Mencoba untuk menjelaskan agar Nina mengerti.

“Aduh, Emely. Kamu memang wanita yang tak mudah untuk jatuh cinta. Sekalipun pria itu seorang direktur yang berwajah tampan, namun hatimu bagaikan sekeras batu.Tak mudah luluh.”Nina memuji sambil tersenyum tipis pada Emely.

“Ayo pergi sana dan kerjakan tugasmu! Nanti Bu Delia marah kalau lihat kita sedang bergosip mengenai sang direktur.” Dengan wajah tersenyum.

“Iya iya. Aku tahu. Dasar nyonya bawel.” Jawab Nina sambil menggoda sahabatnya itu.

Emely hanya tersenyum mendengar ucapan Nina.

Tak terasa jam kerja mereka telah berakhir. Nina dan Emely pun mulai membereskan meja kerja mereka. Kedua wanita ini saling tersenyum satu sama lain. Tiba-tiba Nina mengajak Emely untuk ke mall.

“Ayo kita ke mall sekarang!”ajak Nina.

“Tapi aku tak punya uang Nin. Apalagi di mall barang-barangnya sangat mahal. Aku tak mampu membelinya.”Ucap Emely dengan nada polos.

“Kamu tak perlu khawatir. Aku akan membayar semua belanjaan kamu nanti.”Jawab Nina tersenyum mendengar ucapan polos dari Emely.

“Tapi aku tak enak jika kamu yang harus membayarkan belanjaanku. Kan sayang uangnya di hamburkan begitu saja.”Berbicara lagi

“Tak apa-apa. Wanita juga perlu memanjakan diri ke mall Emely. Kita juga harus butuh refreshing otak.”Ungkap Nina.

Emely tersenyum mendengar kata-kata Nina. Ia pun mau menemani sahabatnya ke mall.

Emely tak ingin menolak dan membuat Nina kecewa.

“Ya sudah. Aku mau ikut kamu. Sekarang kamu yang bayarin. Nanti kalau gajian pertamaku, aku yang akan belanjain kamu.”Jawab Emely.

“Oke deh. Terima kasih, Emely.”Sambil mencubit pipi sahabatnya.

“Ayo kita berangkat sekarang!”ajak Emely buru-buru.

Mereka pun bergegas keluar kantor dan mencari taxi.

Kedua gadis ini tampaknya buru-buru keluar kantor. Tak disengaja tiba-tiba Emely menabrak seorang pria yang bertubuh tinggi.

Pria itu tak lain adalah sang direktur baru mereka. Nina tak lagi memperhatikan sahabatnya yang terjatuh. Ia hanya terpaku menatap wajah sang direktur.

Tubuh Emely terjatuh karena menabrak pria yang bertubuh tinggi itu. Jelas ia yang terjatuh karena bertubuh mungil.

Direktur itu hanya menatap Emely dingin. Ia tak punya rasa iba untuk menolong wanita ini berdiri. Tatapannya tajam dan tak bicara sam sekali. Emely pun belum sadar jika yang ia tabrak adalah direktur baru mereka. Ia masih sibuk memunggut berkas-berkasnya yang terjatuh tanpa menoleh di depan.

Nina terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Ia sangat deg-degan kala menatap langsung wajah sang direktur.

Setelah selesai, Emely berdiri dan wajahnya tiba-tiba berubah. Emely tak tahu jika yang di tabraknya adalah direktur mereka.

Ya Tuhan, rupanya aku menabrak pak direktur. Apa dia akan marah padaku nanti? Aku sangat takut jika di pecat dari pekerjaan ini! Apa yang akan ku katakan pada bunda bila itu terjadi? batinnya merasa khawatir dengan nasib pekerjaannya.

Secepatnya Emely langsung meminta maaf pada direktur.

“Aku minta maaf, Pak. Aku benar-benar tidak sengaja!”dengan wajah menyesal.

Direktur itu tak menjawab permintaan maaf dari Emely. Ia hanya menatap dingin wajah Emely. Tak ada sepatah kata pun yang ia ucapkan. Sang direktur pergi begitu saja tanpa memberi maaf pada Emely.

Terpopuler

Comments

Aldaaaaaaaaaaaa A nya banyak

Aldaaaaaaaaaaaa A nya banyak

Aku suka karya kakak. semangat kak❤
jangan lupa mampir dicerita ku ya kak. judulnya I'm fine

2020-07-20

0

Wiwied Chai

Wiwied Chai

aku dah boom like mbak, mampir jga ke ceritaku ya, kutukan cammon vanderberg

2020-07-12

1

Dhea Vawaz

Dhea Vawaz

hai aku udah mampir nih bawa like 5😊 Jangan lupa mampir di karyaku, my Enemy MY soul mate

2020-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!