Ibunya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga selama membiayai ia sekolah sampai akhirnya lulus kuliah. Tentu hal ini membuat Emely tak ingin menyia-nyiakan pengorbanan sang bunda selama ini. Emely ingin mencari pekerjaan agar bisa membantu perekonomian keluarganya. Jika perlu ia akan menyuruh ibunya berhenti untuk menjadi asisten rumah tangga. Tamara sudah lama bekerja di keluarga Pak Daniel.
Semenjak Emely masih kecil hingga sampai dewasa. Mereka sudah seperti keluarga bagi Tamara. Beruntunglah Tamara mendapatkan majikan sebaik Pak Daniel dan isterinya. Mereka memiliki seorang putra yang bernama Natan. Sejak memasuki bangku Smp ia sudah pindah sekolah ke korea. Ia tinggal bersama saudara ibunya. Kebetulan mereka tak memiliki anak. Jadi Natan tak pernah datang ke Jakarta selama bertahun-tahun. Biasanya ibu dan ayahnya yang pergi ke Korea untuk mengunjungi Natan.
Pak Daniel adalah direktur utama sebuah perusahaan majalah. Natan memiliki seorang kakak perempuan bernama Stevani. Ia dan kakaknya tinggal terpisah sejak lama. Natan yang harus sekolah dan memilih ke Korea untuk tinggal bersama saudara ibunya. Sedangkan Stevani di Jakarta bersama kedua orang tua mereka.
Tinggal menghitung hari Natan akan pulang ke Indonesia. Daniel menyuruh putranya agar mengurus perusahaan mereka.
Seperti biasanya Tamara pergi kerja di rumah Pak Daniel. Ia secepatnya datang karena harus membersihkan rumah dan kamar putra majikannya yang tak lama lagi akan datang ke Indonesia.
“Ibu pergi dulu yah nak.” Pamit Tamara pada Emely.
“Bunda kok berangkatnya cepat?” wajah penasaran.
“Hari ini bunda harus membersihkan kamar dari putra Pak Daniel, karena beberapa hari ini ia akan datang ke Indonesia.” Mencoba menjelaskan pada Emely.
“Biar Emely bantu yah bun!”dengan nada memohon pada ibunya.
Tak tega melihat ketulusan Emely, akhirnya Tamara mengizinkan anaknya untuk ikut membantunya.
“Baiklah, kalau itu mau kamu. Bunda akan mengajakmu ke rumah pak Daniel.” Jawabnya tersenyum.
“Terima kasih yah bun. Emely senang bisa bantu bunda.”Membalas senyum ibunya.
Akhirnya merekapun pergi ke rumah pak Daniel dengan menggunakan jasa taxi.
Sebelumnya Emely pernah ke rumah pak Daniel sewaktu SD sampai Smp. Karena sang bunda khawatir tak ada yang mengawasinya di rumah pada saat itu.
Tibalah mereka di rumah pak Daniel.
“Wah! Banyak yang berubah dari rumah ini ya bun.”Sambil melihat halaman rumah itu.
“Iya sayang. Karena kamu sudah lama tak pernah kesini lagi.”Jawab Tamara.
Isteri pak Daniel yaitu ibu Elvi yang sedang menyiram bunga, ia melihat kedatangan Tamara dan seorang gadis cantik. Ia pun segera menghampiri Tamara.
“Pagi Tamara?”sapa nyonya Elvi.
“Pagi juga bu. Maaf ya agak datang telat!” membalas sapaan.
“Tak mengapa bu Tamara. Aku sangat senang ibu bisa datang kesini pagi hari. Kalau boleh tahu, gadis cantik yang di samping ibu ini siapa?”ucap Elvi penuh pertanyaan.
“Ini anak saya bu. Namanya Emely.” Menjawab rasa penasaran majikannya.
“Oh, jadi ini Emely. Aku hampir tak mengenalnya. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik ya.” Puji Elvi pada Emely.
Mendengar pujian itu mambuat Tamara tersenyum. Emely langsung menjabat tangan Elvi dan menciumnya.
“Apa kabar bu?”sapa Emely tersenyum.
“Baik Emely. Ayo kita masuk ke dalam sambil mengobrol!” ajak Elvi pada Tamara dan Emely.
Akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam rumah.
“ Oh iya bu, apa boleh kami langsung membersihkan rumah ini bu!” ucap Tamara meminta izin.
“Tak perlu buru-buru Bu Tamara. Kalian minum dulu yah.”Jawab Elvi sambil mengambil minuman di dapur.
Melihat Bu Elvi yang sudah mengambil minuman di dapur, Tamara dan Emely akhirnya tak bisa menolak tawaran itu.
“Silahkan di minum!”ucap Elvi.
“Terima kasih yah bu. Sebaiknya ibu tak perlu repot-repot pada kami.”Jawab Emely.
“Sama keluarga sendiri tak perlu sungkan.” Ucap Bu Elvi ramah.
Mendengar kata keluarga yang di ucapkan Bu Elvi terhadap mereka, membuat Emely sangat bahagia.
Ya Tuhan! Masih ada juga majikan yang sebaik Bu Elvi. Batinnya bersyukur.
Setelah selesai berbincang dengan Bu Elvi, Tamara dan Emely pamit untuk membersihkan rumah.
“Kami izin bersih-bersih dulu yah bu!” ucap Tamara.
“Iya Bu Tamara. Silahkan!”jawab Elvi memberi izin pada Tamara.
Mereka berdua akhirnya saling membantu untuk membersihkan rumah Pak Daniel.
Emely dan ibunya terlihat bahagia bisa saling membantu satu sama lain.
“Bu Elvi sangat baik pada kita. Aku tak menyangka ada orang sebaik Bu Elvi.” Ungkapnya pada sang bunda.
“Iya sayang. Bu Elvi sama Pak Daniel sangat berjasa pada kita. Bunda sangat bersyukur bisa memiliki majikan yang baik seperti mereka.”Jawabnya penuh kesyukuran.
“Iya bu. Emely juga setuju pada bunda.” Membenarkan perkataan ibunya.
Akhirnya pekerjaan mereka selesai juga.
Emely dan Tamara pamit pulang pada Bu Elvi.
“Bu, kami pamit pulang dulu ya!” ucap Tamara.
“Iya bu, Emely sama bunda mau permisi pulang.”Sambung Emely.
Bu Elvi terlihat sangat senang dengan kedatangan Emely. Ia berharap Emely sering datang ke rumahnya.
“ Iya Bu Tamara. Hati-hati di jalan! Kalau boleh sering ajak Emely main kesini,biar Stevani punya teman di rumah ini.” Ucapnya tersenyum.
“Baik bu. Terima kasih atas keramahan ibu.”Membalas senyuman dari majikannya.
Akhirnya mereka pulang ke rumah dengan wajah bahagia.
“Hari ini Emely sangat senang bisa jalan-jalan ke rumah Bu Elvi yang baik hati.” Ungkap Emely mencoba jujur dengan perasaanya.
“Iya sayang. Bunda juga senang bisa ajak kamu ke rumah Bu Elvi lagi.”Jawab sang bunda.
Keesokan harinya Emely pamit pada ibunya untuk mencari kerja. Ia tak ingin berlama-lama jadi pengangguran. Emely ingin bekerja dan membantu ibunya untuk menghasilkan uang. Ia tak ingin terlalu membebani ibunya.
“Bu, aku pamit cari kerja dulu ya!”ucap Emely meminta izin dari bunda.
“Aduh anak ibu cantik sekali! Kamu hati-hati di jalan yah nak.”Jawab bunda memuji bercampur khawatir.
“Iya bun. Emely pasti bisa jaga diri kok!” mencoba meyakinkan ibunya.
Lalu gadis itu pergi mencari kerja. Belum beberapa menit berjalan keluar dari halaman rumahnya, tiba-tiba suara telfon genggamnya berdering. Ia tak tahu nama pemanggil itu siapa. Akhirnya Emely mengangkat telfon.
“Halo?Maaf ini dengan siapa ya?”tanya Emely penasaran.
“Kami dari pengurus kampus tempat anda kuliah. Apa benar ini dengan Emely denisa?”tanya balik pengurus kampus.
“Iya saya sendiri pak. Kalau boleh tahu ada apa pak?” bertanya lagi masih dengan wajah penasaran.
“Selamat! Anda terpilih menjadi salah satu lulusan mahasiswi terbaik yang mendapat kesempatan untuk bekerja di perusahaan majalah terbesar.” Memberi selamat atas Emely.
“Apa pak? Saya mendapat tawaran di perusahaan majalah! Apa bapak tak lagi bercanda?”ungkap Emely seakan tak percaya.
“Benar mbak. Tolong besok datang di kantor perusahaan majalah itu! Nanti mbak akan interview langsung. Silahkan segera urus berkas-berkas anda yang diperlukan! Terima kasih.” Sambil mengakhiri percakapan.
Emely menyadarkan dirinya sendiri. Ia sepertinya belum percaya bisa di terima langsung oleh perusahaan besar itu.
“Ya Tuhan! Terima kasih atas segala kebaikanmu pada hambamu ini.” Merasa bersyukur atas segala yang di capainya.
Ia berlari kegirangan memasuki rumah. Rupanya gadis ini tak sabar lagi ingin bertemu dengan bunda. Emely ingin segera menyampaikan langsung kabar baik ini pada ibunya.
“Assalamualaikum bu?”ucapnya.
“Walaikumsalam sayang. Kok,pulangnya cepat.” Merasa heran pada Emely.
“Iya bu. Aku sekarang dapat pekerjaan di perusahaan majalah terbesar. Tadi itu waktu di jalan, Emely dapat telfon dari kampus. Katanya Emely di terima langsung oleh perusahaan itu. Dan besok harus mengurus berkas dan langsung interview.” Menjelaskan dengan raut wajah yang bahagia.
Mendengar keberhasilan Emely membuat Tamara sangat bahagia. Ia sangat senang putrinya mendapatkan pekerjaan yang tak terduga.
“Alhamdulillah sayang! Bunda turut senang mendengarnya.”Seakan tak bisa berkata apa-apa karena bahagia.
Kemudian Tamara memberikan pelukan hangat pada putrinya.
“Ibu harap semua perjalan karirmu di mudahkan oleh Tuhan!”membuat pengharapan terhadap Emely.
Ujian yang datang bertubi-tubi dalam kehidupan mereka kini membuahkan hasil.
Emely kini mendapat peluang untuk bekerja di perusahaan majalah terbesar.
Ya Tuhan,terima kasih telah memudahkan jalanku untuk membantu bunda! Emely yakin dengan semua ujian ini pasti membuahkan hasil yang baik! kesyukuran Emely pada kebaikan Tuhan yang ia ucapkan melalui kata hatinya.
Hari yang di nanti telah tiba. Emely telah menyiapkan segala keperluan yang ia butuhkan. Sebelum pergi ia meminta doa restu pada sang ibunda.
“Bunda doakan Emely! Mudah-mudahan Emely bisa lolos dalam interview nanti.” Ungkapnya penuh pengharapan.
“Iya sayang. Bunda akan selalu mendoakan keberhasilan karirmu.”Jawab Tamara penuh restu pada Emely.
Emely akhirnya pergi ke alamat perusahaan yang di berikan oleh pengurus kampus tempat kuliahnya.
Sepanjang perjalanan Emely selalu berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan itu.
Ya Tuhan, bantu aku mendapatkan pekerjaan itu! Aku merasa kasihan pada bunda yang terus-terusan bekerja setiap hari. Dengan pekerjaan ini mungkin bisa membantu bunda. Ucapnya dalam hati.
Tak terasa Emely telah tiba di perusahaan majalah itu. Ia sangat takjub melihat bangunan kantor itu sangatlah megah.
“Wow! Bangunan ini terlihat sangat megah.” Melihat dengan rasa takjub.
Emely melangkahkan kakinya ke dalam dengan penuh harapan membawa keberhasilan bagi sang bunda tercinta.
Tuhan tolong restui setiap langkahku! Semoga aku bisa berhasil melakukan interview. Ucapan hatinya yang kini merasa deg-degan.
Kini Emely telah berada di dalam. Ia mencari tempat wawancara bagi calon pegawai baru. Gedung yang sangat megah membuat Emely sangat sulit mencari tempat wawancara itu.
Emely segera bertanya pada salah satu karyawan untuk menunjukkan arah tempat interview.
“Pak boleh tanya? Dimana tempat wawancara bagi calon karyawan baru?”tanya Emely mencoba untuk mencari tahu.
“Mbak lurus saja ke depan dan lihat di bagian ruangan tiga! disitu tempatnya.” Jawab karyawan mencoba menjelaskan.
“Terima kasih ya pak .”Ucap Emely sambil meninggalkan karyawan itu.
Kelihatannya ada sekitar 50 orang yang akan mendaftar disitu. Sementara yang di terima hanya dua orang. Sungguh persaingan yang sangat ketat dalam perusahaan itu.
Mereka tak ingin merekrut karyawan yang tak punya keahlian dan biasa-biasa saja.
Banyak orang yang berharap bisa lulus pada tahap interview. Tapi tak semua orang mendapatkan kesempatan untuk bisa masuk ke perusahaan itu.
Semua calon karyawan baru terlihat sangat antusias menyambut interview itu.
Tak sedikit orang juga yang terlihat gugup menanti giliran mereka.
Emely mendapat urutan ke tiga puluh empat.
Tak di pungkiri perasaan Emely saat ini terasa sangat deg-degan namun ia mencoba terlihat biasa.
Sudah cukup lama ia menunggu giliran dan akhirnya tibalah saatnya namanya di panggil untuk interview.
Pertanyaan pun muncul dari Pewawancara.
“Mengapa anda tertarik untuk masuk di perusahaan ini?tanya seorang Pewawancara.
Emely menarik nafas dan mencoba tenang dalam menjawab pertanyaan yang di ajukan padanya.
“Semua karena bunda.”Jawabnya singkat.
Para pendaftar pun merasa bingung dan heran atas jawaban yang di keluarkan oleh Emely. Termasuk dari Pewawancara sendiri.
“Mengapa anda mengatakan hal yang demikian?Apakah tak ada alasan lain yang memotivasi anda untuk masuk ke perusahaan ini? Kami sangat pemilih dalam mencari karyawan. Karena kami membutuhkan karyawan yang intelek dan kompeten untuk menjadi karyawan tetap perusahaan ini.”Dengan nada tegas.
Tiba-tiba Emely menjawab dengan raut wajah yang tulus. Jawabannya mengalir begitu saja seperti air. Tak di buat-buat atau di rencanakan. Ia menghayati setiap kata yang di lontarkan.
“Bapak benar. Tapi saya hanya menjawab sesuai dengan kata hati. Motivasi saya hanya karena bunda. Menjadi apa pun saya bisa lakukan untuk seorang ibu yang melahirkan. Wanita yang memberi kehidupan hingga saya menjadi seperti ini. Saya juga tidak akan mengikuti interview ini jika tak bisa menjamin dari visi perusahaan . Tentu perlu pertimbangan yang matang untuk bisa berada di kursi ini. Jika bapak memberikan kesempatan untuk bekerja disini, maka perusahaan ini akan saya lakukan seperti ibu saya sendiri. Apa yang mustahil bagi bapak mungkin bisa saya penuhi melalui kerja keras.”Jawabnya sambil tersenyum lega.
“Tapi bagaimana anda bisa menjamin akan melakukan hal yang terbaik bagi perusahaan ini?” bertanya lagi.
“Keputusan ada di tangan bapak. Saya hanya berkata sesuai dengan kata hati dan kemampuan saya. Tak mungkin berada disini jika saya tak mampu mencapai visi perusahaan. Terima kasih.” Jawabnya sambil tersenyum namun terdengar tegas.
Mereka seakan merasa terharu dengan jawaban Emely yang melakukan ini semua demi sang ibunda. Tak pernah mereka dapatkan calon karyawan yang menjawab setulus Emely. Rata-rata mereka hanya menjawab untuk masa depan dan karir saja. Tak pernah ada yang menjawab demi seorang ibu.
Setelah interview Emely merasa sangat lega. Karena sekarang ia tak punya beban lagi. Semua berhasil ia jawab tanpa perencanaan yang di buatnya.
Diterima dengan tidaknya, Emely menyerahkan semua pada nasib. Yang terpenting ia sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi Emely tak berputus asa. Ia tetap optimis untuk mendapatkan pekerjaan itu.
Setelah pertimbangan yang cukup matang, akhirnya tibalah saatnya untuk menentukan yang akan di terima oleh perusahaan itu.
“Selamat kepada Emely denisa! Anda di terima bergabung di perusahaan kami. Semoga anda bisa bekerja keras dan memberikan yang terbaik pada perusahaan ini.” Ucapan selamat Pewawancara yang di tujukan untuk Emely denisa.
Bahagia bercampur haru, Emely langsung menjabat tangan semua orang. Ia bersyukur bisa di terima bekerja disitu. Dari sekian banyak pendaftar tak disangka Emely bisa mendapatkan kesempatan emas itu.
Aku tak sabar ingin pulang ke rumah dan menyampaikan kabar bahagia ini. Ucapnya dalam hati yang seakan tak sabar berbagi kebahagiaan pada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Sept September
semangat kakakkkk 🤗
2020-09-12
0
Arumi Khazanah
Doa bunda selalu bersama Emely🤗
Jangan lupa mampir juga di karyaku kak, dan jangan lupa tinggalin jejaknya di sana...
Terima kasih🙏
2020-07-18
1
ddssan
Good
2020-07-10
2