Berliana bangun dan mengutip pakaiannya yang berserakan di lantai. Segera memakai ke tubuhnya lagi. Wanita itu dengan menahan sakit di bagian inti tubuhnya, meninggalkan kamar hotel itu.
Sampai di kost, Berliana termenung. Dia menarik rambutnya frustrasi. Tidak menyangka akan berakhir begini.
"Apa yang telah aku lakukan? Seandainya ada yang tahu, pasti aku akan dikeluarkan dari instansi karena telah mencoreng nama kepolisian. Aku harus bagaimana?" tanya Berliana pada dirinya sendiri.
"Lupakan saja semuanya. Aku tidak mungkin hamil hanya karena sekali berhubungan badan," ucap Berliana kembali.
Berliana mencoba memejamkan matanya. Besok dia harus bisa membuat pria itu mempercayai dirinya dan mengatakan tempat tinggalnya. Dia ingin segera mengakhiri tugasnya secepat mungkin.
Dua hari telah berlalu sejak pertemuan pertama dengan Gabriel. Saat ini malam kembali menjelang. Di sudut kamar yang terlihat sunyi, seorang gadis tengah duduk meringkuk seorang diri. Dia adalah Berliana, seorang wanita muda yang tumbuh tanpa kedua orang tuanya.
Semenjak ditinggal kedua orang tuanya, Berliana harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya. Jam telah menunjukan pukul satu dini hari. Rumah-rumah di kota itu tampak telah sunyi dan gelap. Mungkin para penghuninya telah beranjak tidur. Mengisi energi yang akan digunakan keesokan hari.
Berliana bangun dari tidurnya. Di saat orang lain beristirahat, wanita itu bahkan harus bekerja. Suasana malam yang dingin membuat diri lebih enak untuk memejamkan mata, tapi itu tidak berlaku bagi Berliana. Dia harus tetap bekerja demi menjalankan misinya.
Jika saja dia tidak mengingat agar tugasnya segera selesai, mungkin Berliana lebih memilih membaringkan tubuhnya. Dia tidak terbiasa dengan suasana klub dan juga mengingat kejadian kemarin.
Dengan menggunakan ojek, Berliana sampai ke klub itu lagi. Dia melangkah masuk. Suara musik menyambut kedatangannya. Mata wanita itu mengamati kesekeliling ruangan, mencari keberadaan Gabriel.
Sepuluh menit wanita itu bengong, dan akhirnya mata Berliana menangkap keberadaan pria itu. Dia berjalan mendekatinya. Kebetulan Gabriel hanya duduk seorang diri.
"Selamat malam, Bang," sapa Berliana dengan ramah.
Gabriel menatap wajah Berliana dengan intens, setelah itu baru dia tersenyum. Pria itu memintanya duduk.
"Mau minum apa?" tanya Gabriel.
Mendengar pertanyaan pria itu, Berliana teringat kejadian dua hari lalu, saat pertama bertemu. Setelah minum air mineral yang diberikan tubuhnya terasa aneh. Dia tahu itu pengaruh dari obat perangsang.
Melihat Berliana yang menatap ke arah minumannya, Gabriel langsung berpikir tentang pertemuan pertama mereka yang berawal dari minuman dan berakhir di ranjang.
"Jangan takut, aku akan pesan minuman baru. Kemarin itu bukan milikku. Seseorang memesan untuk kekasihnya." Gabriel mencoba meyakinkan Berliana.
Gabriel teringat dengan malam panas antara dia dan wanita itu. Dia tidak mengira jika Berliana masih perawan dan dia orang pertama yang berhubungan dengannya.
Gabriel memesan air mineral dan memberikan untuk Berliana. Dia masih sedikit ragu untuk meminumnya.
"Sebenarnya apa tujuan kamu masuk klub ini? Kamu tidak minum, dan juga tidak ikut berdansa bersama pengunjung lainnya." Rupanya Gabriel mulai mencurigainya. Berliana tersenyum sambil memikirkan jawaban yang tepat.
"Aku sebenarnya hanya ingin melupakan sakit hatiku karena ditinggal kekasih. Dia menikah dengan sahabatku," ucap Berliana dengan wajah sedih agar Gabriel percaya.
"Terus, apa hubungannya ke klub?" tanya Gabriel lagi.
"Aku ingin mencari pria yang mau menikah denganku. Akan aku buktikan jika bukan dia saja yang bisa menikah, tapi aku juga," jawab Berliana dengan berbohong.
Gabriel tertawa mendengar pengakuan Berliana. Dia sedikit ragu dengan apa yang wanita itu katakan.
"Apa kamu pikir pernikahan itu main-main? Kamu pikir pernikahan itu ajang lomba siapa yang tercepat menikah?" tanya Gabriel lagi.
"Aku tidak mengatakan pernikahan itu mainan. Aku juga mencari pria yang serius, bukan hanya sekadar main-main dalam pernikahan," jawab Berliana.
Gabriel tampak berpikir, terlihat dari dahinya yang berkerut. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
"Apakah kamu mau menikah denganku. Aku tidak bisa berjanji bahwa tidak akan ada yang salah dalam hidup kita. Tapi, aku bisa berjanji bahwa kita akan berdampingan, menghadapi semua tantangan hidup dan memanfaatkan setiap momen yang kita jalani dengan sebaik-baiknya. Maukah kamu menikah denganku?" tanya Gabriel.
Gabriel tidak mengerti, kenapa dia langsung berniat melamar Berliana. Sejak pertama bertemu, hatinya telah terpaut pada wanita itu.
"Kamu melamarku?" tanya Berliana.
Gabriel menjawab dengan menganggukan kepalanya. Dia takut jika wanita itu menolaknya. Pasti akan memalukan jika itu terjadi.
"Saya bersedia menjadi istrimu," jawab Berliana pelan. Gabriel terpaku memandangi wajah Berliana. Rasanya tidak percaya jika wanita itu menerima lawatannya.
"Apakah kamu tidak akan menyesal nantinya setelah mengetahui dan mengenalku lebih dekat?" tanya Gabriel lagi.
Gabriel tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Dia merasa sangat bahagia karena Berliana menerima lamarannya. Mungkin ini yang dikatakan cinta pada pandangan pertama. Dia memang mencintai wanita itu dari pertama melihatnya.
***
Setelah Gabriel melamar Berliana malam itu, dia mendaftarkan berkas pendaftaran pernikahan mereka di KUA. Satu minggu lagi jadwal bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan.
"Kamu yakin akan menikah denganku? Jika masih ragu, kamu bisa mundur sekarang sebelum pernikahan berlangsung?" tanya Gabriel saat mereka kembali dari KUA.
"Aku yakin, Bang. Aku tidak akan mundur," jawab Berliana dengan pasti.
Gabriel lalu memeluk dan mengecup pipi calon istrinya itu. Setelah mengantar Berliana ke kost, pria itu kembali.
Selama menjadi Intel, Berliana memang kost di kota tempat Gabriel tinggal agar tidak ada yang mengenalnya sebagai seorang polisi wanita.
Berliana termenung dekat jendela kamar, memandangi anak-anak yang berlari saat pulang sekolah. Dia merasa gugup, besok hari pernikahannya dengan Gabriel. Atasannya mulai mengamankan tempat pernikahan mereka mulai nanti malam.
Dua minggu kebersamaannya dengan Gabriel, wanita itu tidak pernah melihat sisi negatif dari pria itu. Pasti tidak akan ada yang mengira jika Gabriel seorang pembunuh. Sikapnya sangat baik dan perhatian.
***
Gabriel tersenyum semringah menyambut kedatangan Berliana. Dia memeluk wanita itu dan mengecup pipinya.
"Sebentar lagi kita akan menikah. Aku harap kedepannya kita akan menjadi keluarga yang bahagia. Aku tidak menjanjikan kebahagiaan bagimu, tapi aku akan berusaha membuat kamu tersenyum dan tidak menyesal menikah denganku," ucap Gabriel.
"Maafkan, aku ...!" ucap Berliana. Entah mengapa perasaan bersalah terselip di hatinya saat ini. Atasannya tadi telah menghubungi Berliana dan mengatakan jika tempat ini telah dikepung.
"Kemana pak penghulunya, kenapa belum masuk juga? Aku tanya dulu sama petugasnya. Kamu tunggu saja di sini!" ucap Gabriel.
Saat dia baru melangkahkan kaki, masuk segerombolan polisi mengepung ruangan itu. Gabriel sangat kaget dengan semua yang terjadi dihadapannya saat ini.
"Angkat tangan ...! Tempat ini telah dikepung. Kami harap kamu menyerah!" ucap pemimpin rombongan itu.
Gabriel mengangkat tangannya. Matanya tajam menatap ke arah Berliana.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
aira aira
sedihnya
2024-01-22
0
Sulaiman Efendy
GAK MASUK AKAL, CRI SUAMI KOQ DI CLUB T4 PARA PENGIKUT SYAITHAN..
2023-09-26
1
Abie Mas
gagal nikahm tp malah udh dp duluan
2023-09-15
0