2. BAB 2 Kecelakaan Bruntun

Nana CS berlari sekencang mungkin dengan Nana yang memimpin paling depan. Bukan berarti kawan-kawannya tak mampu berlari mendahuluinya, tapi itu sudah menjadi kebiasaan karena Nana adalah kesayangan mereka. Kesayangan?? Ya Nana sudah seperti ratu bahkan bos dari kawan-kawan karibnya.

Nana menengok kebelakang dan terlihat Bu Inggrit tertinggal jauh dengan nafas terengah-engah berusaha mengejar beberapa anak didiknya yang bersalah. “Awas ya kalian, sampai ketemu tak pites hidung kalian ya!!!” gumam Bu Inggrit yang geram atas perilaku beberapa siswanya.

Empat sekawan itu berlari sekencang mungkin, namun Nana menyadari ada seseorang yang setengah berlari menuju ke arahnya, dan ia sangat tau akan terjadi badai setelah ini.

“Haduh..******. kenapa harus ketahuan sama dia sih.” Nana menambah kecepatannya sebelum ada yang menghancurkan pelariannya.

“yaahhh.. Na, keluar dari lubang tikus masuk ke lubang buaya ini mah.” Gumam Randi di tengah kegiatan menyelamatkan diri yang disadari akan gagal total. Karena Ervan bagaikan pawang untuk Nana, seseorang yang menggantikan sosok orang tua Nana. Yang dikenal sebagai saudara jauh dari Nana. Ya.. saudara jauh. Tanpa ada yang mengetahui seperti apa sebenarnya hubungan keduanya.

BBBBRRRRAAAKKK…

Terjadilah kecelaakaan bruntun. Yang sebelumnya seperti lomba lari, kini mereka bersama-sama bercengkrama dengan aspal yang tak perlu ditanya lagi pasti keras dan begitu menyakitkan.

“Hei.. apa-apaan sih lo?? Lo gila.. disini aspal bukan sofa. Lo mau nyelakain gue?” Nana tampak begitu kesal dibuatnya, tampa sadar dia bicara begitu keras dan menggunakan nada yang begitu tinggi tampa mempedulikan ini masih jam pelajaran yang bisa mengganggu kegiatan belajar dan memancing omelan para guru.

“Kan,, perang dunia dimulai.”

“Na..kayaknya lo gali kuburan lo sendiri deh.” Pendapat-pendapat yang tidak membantu terealisasikan.

“Ngasih minyak tanah ke perapian lo Na. Apa lo butuh tempat sembunyi Na? sini aja di pelukan gue. Hihihi.” Celetuk Randi yang langsung dapet getokan ringan di kepala dari kawan-kawannya.

“lagi serius becanda lagi lo. Mikir.. gimana caranya nyelametin Nana dari tu abang. Matanya lo liat deh udah merah banget. Marahnya kebangetan itu mah.”

“Mikir ya mikir aja gausah mukul-mukul, coba tadi gue jadi gagar otak ntar jadi **** gue. Lo pada mau punya temen ****?” geram Randi yang sebenarnya dalam kenyataannya memang jauh dari kata cerdas.

Nana sadar dari kekesalannya. Dan menatap cowok tinggi di depannya yang hanya mundur beberapa langkah saja karena insiden kecelakaan bruntun itu. Nyali Nana sedikit menciut melihat kilat amarah di mata Ervan.

Ervan menurunkan tangan yang sebelumnya dilipat di dada dan memandang gadis manis yang berani sekali membentaknya. Sembari bersujud di depan Nana yang mesih terduduk karena terjatuh Ervan menyentuh dagu Nana dan sedikit mendongakkan wajah gadis itu agar menatap kearahnya.

“Lo berani bentak gue? Oke, tunggu hadiah dariku baby..”

deg.

Nana membelalakkan matanya terasa tercekat di tenggorokan akibat sedikit gertakan dari Ervan.

“Kalian.. cepat pergi dari sini. Sebelum gue berubah pikiran.

“CEEEPPAAATTT..” bentak Ervan yang geram karena tak ada pergerakan dari tiga kawan Nana. Yang sudah tampak seperti penjaga yang sangat setia dan tunduk kepada tuannya bagi Nana. Karena itu, Ervan tak terlalu suka kepada mereka.

“Sorry ya na, kita gak mampu bantu. Yang tabah ya lo.” Secepat kilat tiga cowok itu pergi meninggalkan Nana dan Ervan.

Tampak Bu Inggrit masih tertinggal begitu jauh, ervan bergegas menarik tangan Nana untuk segera meninggalkan tempat kejadian perkara. “Ervan lo mau bawa gue kemana? Lepasin.. gue mau ke kantin haus gue.”

Nana dengan kasar melepaskan tangan Ervan dari pergelaangan tangannya dan pergi menuju kantin. Namun baru beberapa langkah tangannya kembali terbelit tangan yang begitu erat, milik siapa lagi kalau bukan Ervan.

“Ervan,, apa-apaan sih lo? Mendingan lo masuk kelas lagi deh. Siswa rangking nggak bagus ikut-ikutan bolos.”

“Itu lo tau sendiri, jadi ini yang terakhir y ague lihat lo bolos.”

“PEDE BANGET lo, siapa lo nglarang-nglarang gue bolos” bentak Nana yang entah lupa atau memang amnesia mendadak. Ervan adalah seseorang yang selalu menjaga Nana dengan segenap jiwa raganya, meskipun lebih terkesan possessive.

Ervan terperangah mendengar pertanyaan Nana. Raut mukanya kembali menyeramkan yang tadinya sempat padam. Amarahnya kini naik satu tingkat. Ia memutar arah, bukan lagi menuju kelas Nana tapi jauh di belakang kantin. GUDANG. Tempat yang terkenal gelap, kedap suara, dan angker.

Terpopuler

Comments

Dewi Zahra

Dewi Zahra

bagus

2020-10-21

1

luluk

luluk

seru

2020-10-13

3

Sesi Astuti

Sesi Astuti

semangat kakak author dalam berkarya ,aku suka ceritamu

2020-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!