Nana terseok-seok mengikuti langkah panjang Ervan, yang jelas saja tidak seimbang dengan tubuhnya yang mungil di bandingkan tubuh jangkung Ervan. “pelan-pelan bisa nggak sih, kayak mau perang aja.”
Mendengar perkataan Nana, Ervan dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya. “au.. rem lo baru ya. Kalo mau berenti bilang-bilang kek, sakit tau.” Benturan kening dan punggung yang keras itu tak mampu terhindarkan, meninggalkan sedikit rasa pening di kepala Nana.
“Perang baru akan dimulai baby,, “
Dengan terpaksa Nana mengikuti Ervan memasuki gudang. Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Karena penolakan akan semakin memperburuk nasibnya tentu saja.
Dengan cepat Ervan berbalik badan dan tepat di hadapan Nana, dengan begitu dekat, dengan begitu intens. Nana melangkah mundur dengan begitu pelan, namun naas sudah tak ada lagi ruang gerak baginya. Punggungnya telah sedikit membentur tembok di belakangnya. “lo ngapain? Jangan aneh-aneh ya lo.”jantung Nana berdetak begitu kencang, dan tentu saja terpikir untuk melarikan diri.
Namun rencananya dengan mudah terbaca oleh lawannya. Dengan begitu cepat Ervan mengurung Nana dengan tangan kekarnya, yang tentu saja tak sebanding dengan tenaga gadis mungil itu. Kini kening mereka sudah saling beradu dan,, tak lama kemudian mata mereka saling bertemu. Dimana satu pihak penuh amarah dan dan sang gadis begitu ketakutan.
Nana terpaku merasakan kedekatan begitu intens itu. Bulu halusnya meremang, lidahnya tak mampu berkata, tubuhnya pun terdiam tanpa mampu bergerak sedikitpun. Hanya jantung yang mampu bekerja begitu keras.
Ervan menatap Nana dengan begitu nyalangnya, seperti elang yang mengincar mangsanya. Hanya satu titik keindahan yang belum pernah sama sekali disentuhnya. Meskipun ia tau itu akan menjadi ibadah baginya.
Semakin dekat,, semakin dekat. Hingga tanpa sadar Nana memejamkan matanya. Ervan tersenyum kecut melihat tingkah Nana yang kikuk, dan hingga memejamkan mata.
“Ngapain lo?? Mikir mesum ya lo??” bisik Ervan tepat di telinga Nana yang terdengar sangat pelan dan,, sexy. Dengan cepat ia menarik tubuhnya menjauh dari gadis mungilnya. Seketika mata Nana terbuka lebar mendengar bisikan Ervan yang tampak mengejek di pendengarannya.
Ervan keluar meninggalkan Nana seorang diri tanpa mempedulikan bahwa gadis itu akan ketakutan di tempat itu. Dan setelah siuman dari keterpakuannya Nana sadar bahwa tak ada makhluk hidup lain didalam ruangan itu.
“BBBRRRREEENGGGGSEKKKKKK..”
perseteruannya dengan Ervan ternyata menguras tenaga. sepulang sekolah tanpa berlama-lama ia mencari asupan nutrisi yang cukup untuk mengganti tenaga yang terkuras seharian ini.
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam dikamar mandi Nana merasa perutnya kelaparan. Ia bergegas menghampiri mbok Ratmi yang masih sibuk di dapur.
Mbok Ratmi sudah seperti ibu ketiga bagi Nana setelah bundanya dan mommy, yaitu ibunya Ervan. Mbok Ratmi bekerja sebagai pembantu dirumahnya sejak ia masih bayi. Maka dari itu, Nana sangat menyayangi mbok Ratmi seperti ibunya sendiri.
Sebaliknya, mbok Ratmi juga sangat menyayangi Nana seperti putrinya sendiri, karena ia hidup sendiri setelah bercerai dengan suaminya tanpa dikaruniai anak.
Nana merasa beruntung memiliki tiga orang ibu yang sangat menyayanginya, meskipun tak bisa setiap hari menemui mereka. Hanya mbok Ratmi yang selalu ada di rumah.
Meskipun begitu bunda dan mommy akan selalu menyempatkan diri menengok putra putri mereka minimal 2 minggu sekali.
“mbok Ratmi sayang,, Nana laperrr,,” ucap Nana yang baru turun dari tangga.
“Non Nana sayang, silahkan makan. Mbok sudah menyiapkan makanan kesukaan non.” Jawab mbok Ratmi sembari menyiapkan makanan di meja makan.
“woo..hoo.. cumi,, yaa mbok selalu tau apa yang Nana mau. Makin sayang deh,,.”
“wahh,, mantep. Buat Ervan kan ya mbok.” Celetuk Ervan yang entah datang dari mana.
“Eh,,eh, jangan di comotin. Jangan jorok deh. Baru datang juga.”ucap Nana yang terlihat marah melihat Ervan yang baru datang dan keringat dimana-mana.
“ambilin buat gue!!” perintah Ervan.
“apaan,, hogah. Mandi dulu ngapa! Bau tau.”jawab Nana.
“bawel banget sih lo. Oke gue mandi. Tapi tungguin. Makan bareng, awas aja lo makan duluan.”
“apaan sih, gue udah laper kak Ervan,, please deh gausah manja.” Jawab Nana.
“oke, gua mandi ntar aja.” Jawab Ervan yang nggak mau mengalah.
“Hisshh,, oke-oke gue tungguin. Sana,,” usir nana sambil mengayunkan jemarinya.
“Bawel banget sih lo, timbang nunggu bentaran aja.” Jawab Ervan dengan bendera kemenangan di genggamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
sbnernya mreka ini bnran sodara jauh / dah nikah sih ??? kok g mudeng aq..
2022-10-18
0
Uci Apria Miftahul Jannah
Lanjuut
2020-10-31
1
Arianti Wijaya
masih nyimak
2020-10-21
2