"Ini di dalam Mal loh, kenapa kamu pakai kacamata hitam gitu, sih?" ucap Naomi keheranan.
"Selain aku tidak percaya diri, mata kiriku sensitif kalau berlama-lama di luar ruangan. Apalagi kalau kena debu. Ngilu banget," ujar Fira.
"Maaf, setahuku waktu kecelakaan dulu, kamu dapat donor mata, terus kenapa pakai lensa hitam juga?"
"Memang mata kiriku mendapat donor mata lampau itu. Tapi, penglihatannya enggak sempurna. Jadi, aku pakai lensa mata untuk membantu penglihatan. Kalau dibuka lensanya, seperti mata pada umumnya kok."
Naomi mengangguk. "Oh, begitu."
"Kamu tahu ini nomor siapa?" Fira menyodorkan gawainya kepada Naomi.
Naomi memegang gawai Fira. Dilihatnya nomor WhatsApp asing di layar gawai yang awalanya tertera angka +1 sembari berkata, "Enggak tahu deh. Yang jelas bukan Henry. Ini bukan nomor dari Indonesia dan Korea. Aku tahu nomor Henry tapi bukan ini."
Dua wanita cantik berusia sebaya itu berjalan menyusuri lobi Mal Ciputra Semarang. Fira mengambil kembali gawai dari tangan Naomi. Lain halnya dengan Naomi yang dibuat penasaran oleh Fira, justru mencoba menelusuri nomor asing yang menghubungi Fira melalui Google. Fira yang mulai tidak menghiraukan nomor asing tersebut, mengalihkan pandangan dan bergegas untuk menemui dua anaknya di sana.
"Fir, aku nemu nih nomor asing itu dari mana!" sergah Naomi sambil menarik lengan Fira. Keduanya seketika menghentikan langkah.
Fira turut penasaran dan melihat yang diberitahukan oleh Naomi. "Nomor asing itu dari mana?"
"Nomor ini dari Kanada," kata Naomi seraya menatap Fira.
"Kanada?" Fira seketika mengernyitkan dahi.
Naomi mengangkat kedua bahu. Fira jadi terdiam sembari memikirkan nomor asing itu. Di tengah kerumunan orang dalam mal tersebut, tiba-tiba sosok pria berjaket hitam yang memakai topi hitam menutupi wajahnya lantas menabrak pundak Fira.
Fira terperangah kemudian tersungkur sampai kacamata hitam yang digunakannya lepas. Naomi ikut terkejut melihat Fira dan sosok pria itu saling tersungkur. Sosok pria kini sigap berdiri dan merapikan pakaian. Namun ketika Fira berusaha untuk berdiri, sosok pria bertubuh jangkung itu justru mengulurkan tangannya. Kacamata hitam yang dikenakan Fira tadi dibawa oleh sosok pria berjaket hitam.
"Aduh!" erang Fira sembari menyentuh siku yang ngilu.
Fira mendongak, tapi tidak bisa melihat rupa sosok pria di hadapannya, karena wajah sosok itu tertutup oleh masker hitam. Untuk melihat dua bola netra pria itu saja tidak bisa juga karena tertutup oleh topi hitam. Fira sontak menolak uluran tangan dari pria misterius itu. Ia lantas merebut kembali kacamata hitam. Tanpa basa-basi lagi, Fira menggandeng tangan Naomi dan bergegas pergi dari sana.
"Matanya itu ..." gumam pria yang terlihat sedikit bola matanya. Sorotan matanya terpukau dengan kepergian Fira.
***
Fira dan Naomi sekarang berada di restoran Sida Dahar dalam Mal ini. Dilihat dari kejauhan, Bryan, Zayn, Zema dan Lefia sedang makan. Hanya saja Bryan duduk di bangku yang berbeda. Merasa sudah menemukan dua putranya, Fira bergegas menghampiri mereka.
Dalam restoran itu hanya Fira saja yang mengenakan kacamata hitam, sehingga jadi pusat perhatian orang di sekitar sana. Namun Fira acuh tak acuh terhadap sekitarnya, sudah terbiasa memakai kacamata hitam saat berpergian.
Di atas meja makan bukan hanya makanan yang tersaji, tapi juga mainan mobil-mobilan milik Zayn dan Zema. Beberapa kardus mainan dalam kondisi terbuka. Tentu harganya mainan yang dimiliki Zayn dan Zema begitu fantastis. Fira hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum melihat semuanya.
Fira menoleh ke Bryan yang sedang melahap burger dan minuman soda. Sementara Bryan justru cengengesan melihat kedatangan kakaknya. Pemuda berwajah oval itu tetap mengunyah burger yang berisi daging sapi dengan beberapa sayuran di dalamnya.
Lefia tampak sabar menyuapi makanan untuk Zema. Sedangkan Zayn makan sendiri sambil memainkan mobil. Gadis berhijab instan itu melihat bosnya sudah tiba di sana. Namun yang membuat Lefia terkesima saat melihat wajah cantik Naomi. Ia jadi berhenti menyuapi Zayn sampai melongo.
Fira keheranan dengan reaksi Lefia menatap Naomi, kemudian mempersilakan Naomi supaya duduk. Begitu juga dengan dirinya sendiri duduk berlawanan arah dengan Lefia, Zayn dan Zema.
"Hei, Lef! Kok kamu melongo gitu?" ujar Fira sambil melambaikan tangan di hadapan wajah Lefia.
"A-anu Bu, ini siapa, ya? Temannya Ibu Fira? Masyaallah, kok kayak orang Korea gitu, ya, Bu?" kata Lefia tergugu-gugu.
"Oalah, ini Naomi, Kakaknya Henry. Henry yang pernah saya ceritakan ke kamu itu loh."
"Oh, masyaallah, Bu Fira beruntung banget bisa dekat keluarga orang Korea Selatan, hehehe."
"Ah, kamu bisa saja. Oh, iya, ini anak-anak tumben pulang sekolahnya awal."
"Anu, Bu, di sekolah ada rapat guru, jadi pulangnya awal."
Fira mengangguk kemudian membelai lembut kepala Zema. Setelah menikmati makanan, Bryan bergabung dengan mereka. Ia duduk di samping Fira sembari merapikan kemeja putih. Wajahnya tampak semringah seperti mendapat energi kembali setelah makan burger.
"Assalamu'alaikum, Kak Naomi," sapa Bryan.
"Wa'alaikumsalam, Bry," sapa Naomi.
"Wah, sekarang makin glowing aja, Kak. By the way, Kak Naomi cuma sendirian nih? Henry mana?"
"Bisa aja kamu. Henry--- emm, rahasia dong!"
"Ehem, ini semua mainan kamu yang beli, ya, Bry?" sela Fira sembari melepaskan kacamata hitam yang bertengger di mata.
"Bryan dapat rezeki lebih. Maklum namanya juga bujang, punya rezeki lebih bingung mau kasih ke siapa? Kalau kasih ke Ibu Bapak sih--- udah. Tapi, masih ada lebihnya, hehehe. Ya, sudah, punya dua keponakan sekalian membuat mereka senang," jelas Bryan.
"Memang kamu sekarang kerja apa, Bry?" tanya Naomi.
"Alhamdulillah, Bryan punya usaha perkebunan dan produksi kopi di Temanggung, Kak. Walau masih kecil-kecilan, tapi insyaallah berkah," jawab Bryan cengengesan kemudian menggaruk tengkuk.
"Merendah untuk meroket deh," canda Fira kepada adik laki-lakinya.
"Ya, bagus, to--- daripada sombong, Kak, hahaha," kelakar Bryan.
Usai menyantap makanan, anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu tiba-tiba duduk di dekat Naomi. Seketika Naomi terkejut dengan Zayn yang wajahnya penuh harap. Naomi masih ingat betul wajah manis Zayn, dari dulu hingga sekarang masih sama. Namun kali ini raut wajah Zayn tampak lesu seakan mengharap sesuatu yang selama ini dinanti-nanti.
"Zayn masih ingat Tante Naomi," ucap Zayn.
"Tante juga masih ingat kamu, Zayn," ujar Naomi sembari membelai rambut Zayn.
"Tante, kapan Om Henry pulang? Dulu Om Henry pernah bilang akan jadi Papa Zayn. Selama ini Zayn mencoba sabar dari omongan teman-teman yang enggak enak didengar. Mereka bilang Zayn enggak punya Ayah itu suatu dosa. Sampai menuding Mama janda yang enggak baik gitu. Katanya anak laki-laki itu wajib punya Ayah. Zayn bilang begini karena juga enggak tega sama Mama jadi bahan gunjingan mereka. Apalagi Ibu-ibu mereka," jelas Zayn secara gamblang.
"Setiap ada acara penting di sekolah, Ayah mereka pada hadir, lengkap dengan Ibunya. Sedangkan Zayn, yang hadir hanya Kakek atau Om Bryan bersama Mama," sambungnya.
"Tante Naomi, tolong sampaikan pesan ini ke Om Henry. Kalau Om Henry benar serius menikah dengan Mama dan menjadi Papa sambung Zayn dan Adik Zema, buktikan segera! Kalau sebaliknya, Zayn akan mendekatkan Mama dengan wali kelas Zayn, Pak Irfan."
Semua terperangah mendengar ucapan Zayn yang sangat jujur. Sementara Fira hanya menunduk, seakan kehabisan kata untuk membuat Zayn mengerti bahwa mempunyai papa sambung itu tidak sembarang orang. Semua perlu istikharah dan pertimbangan yang matang. Karena menurut Fira, pria yang mau menerima janda yang punya anak itu langka. Apalagi menanggap anaknya sebagai anaknya sendiri.
Naomi lantas menoleh ke Fira. Begitu juga Fira. Dua wanita sebaya ini saling menatap, seolah-olah mata mereka sedang berunding. Sementara Zayn masih menunggu jawaban dari Naomi. Melihat raut wajah anak sepuluh tahun ini membuat Naomi tidak mampu menyalahkannya. Yang dikatakan Zayn benar adanya.
Sudah sewajarnya seorang anak tanpa ayah akan merindukan figur seorang ayah. Walaupun Fira sudah berusaha menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya, tapi Zayn tetap pada pendiriannya.
"Insyaallah, Tante akan menyampaikan ucapanmu ini ke Om Henry. Sebenarnya Om Henry juga serius sama Mama kamu, terutama jadi Papa kamu dan Zema. Tapi, untuk saat ini, Tante belum dapat kabar dari Om Henry. Dia begitu menyebalkan dan sulit dihubungi. Harusnya sih, Om Henry sudah pulang bulan ini, karena dia sudah wisuda," jelas Naomi.
"Emm, begitu, ya, Tante," kata Zayn bertambah lesu.
"Zayn banyak berdoa kepada Allah. Berharap sama Allah. Doa anak sholih pasti didengar oleh Allah." Naomi memijat dua bahu Zayn supaya bisa menenangkan hatinya.
"Zayn sudah berdoa, tapi Allah belum mengabulkan doa Zayn."
"Bukan belum dikabulkan, tapi Allah ingin kita sabar lagi. Manusia bisa berencana tapi Allah yang berkehendak. Doa kepada Allah itu bukan pas kita butuh, doa itu terus-menerus dengan keyakinan dari hati."
Fira lega dengan wejangan dari Naomi hingga Zayn mulai paham dan setuju. Di sisi lain, Bryan hampir saja menitikkan air mata karena terharu dengan kejujuran keponakannya itu. Meskipun Bryan seorang paman, tapi tidak bisa menjadi sosok yang diinginkan Zayn.
***
Obrolan yang mengharukan ini membuat perut keroncongan. Fira memanggil seorang pelayan wanita untuk memesan makanan dan minuman. Pelayan restoran itu sigap menghampiri meja makan yang di tempati Fira dan keluarganya. Pelayan itu menyodorkan beberapa lembar daftar menu makanan dan minuman. Pelayan itu tidak lupa memberikan buku kecil dan bolpoin supaya pesanan ditulis langsung oleh pelanggan.
"Kamu pesan apa, Mi?" tanya Fira menawarkan Naomi.
"Aku pesan beef steak blackpaper aja deh. Minumnya cukup air putih aja," jawab Naomi sambil melihat daftar menu makanan.
"Oke, Mi," ucap Fira kemudian bertanya kepada Bryan. "Bry, kamu enggak makan lagi?"
"Eh, Bryan sudah kenyang, Kak. Bryan sedang asyik main gim ini!" jawab Bryan.
"Lefia? Zayn? Zema?" Fira lantas menatap tiga orang itu.
"Matur suwun, Bu. Kulo sampun dahar," kata Lefia. (Terima kasih, Bu. Saya udah makan.)
"Zayn udah kenyang tadi, Ma, hehehe," ucap Zayn.
"Zema juga udah kenyang disuapin Mbak Lefia, Ma," ujar Zema.
"Berarti yang makan cukup Mama dan Tante Naomi aja, ya. Baiklah."
Fira cekatan mencatat menu makanan dan minuman yang dipesan oleh dirinya dan Naomi. Seusai mencatat pesanan makanan, diserahkannya daftar menu makanan, buku kecil dan bolpoin itu kepada pelayan. Fira tersenyum pada pelayan tersebut. Pelayan itu pun menerima buku kecil, bolpoin dan daftar menu makanan.
"Ditunggu dulu pesanan Anda," ucap pelayan itu.
"Oke," ucap Fira dengan ramah.
"Anu, Bu. Sebenarnya besok ada acara Hari Ayah di sekolah Mas Zayn dan Zema. Momennya bisa pas sama pembahasan barusan," ucap Lefia dengan hati-hati sembari memandangi Fira dengan tatapan tidak enak.
Fira lantas menoleh ke Bryan. Seketika Bryan menghentikan permainan dalam gawai. Fira juga menatap Naomi. Naomi menghela napas panjang. Suasana jadi canggung dan hening tanpa sepatah katapun.
Orang-orang dewasa itu tengah memikirkan hal membuat bahagia dua anak laki-laki di hadapan mereka. Besok adalah hari ayah internasional di sekolah Zayn, sudah pasti dihadiri oleh seluruh ayah di sekolah itu.
Hati-hati sekali Fira memandangi wajah Zayn yang tampak murung. Zayn juga membalas pandangan sang mama. Fira bisa membaca pikiran Zayn dengan menatap bola mata putra sulungnya. Hanya seorang ibu yang peka terhadap perasaan sang buah hati. Namun Fira lagi-lagi sukar untuk berbicara.
"Jika besok Hari Ayah yang hadir Bapak atau Bryan pasti Zayn tambah sedih. Kalau Zema sih enggak masalah karena dia masih TK belum tahu apa-apa. Kalau Zayn? Aku yakin dia berharap ada sosok Ayah yang mewarnai harinya besok," gumam Fira.
Naomi berpikir seraya membatin supaya adanya sosok ayah yang hadir pada acara hari ayah di sekolah Zayn dan Zema besok. "Bagaimana ini? Aku juga ingin menyenangkan Zayn. Henry juga belum mengabari aku dan Mami. Belum ada tanda-tanda Henry pulang ke sini. Aku akan mencoba menghubungi Henry sekali lagi. Kalau tidak bisa juga, aku akan menghubungi Kim Jae Young."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Amilia Azizi II
pernah koment juga rupanya.. 😂
2021-05-03
1
Ilham Camling
semangaat thor
2020-09-30
1
Amilia Azizi
gak sabar munggu lanjuttanyya
2020-07-09
2