Kuala Lumpur, Malaysia
Malam setelah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa Fira dan Rafi. Dua dokter dalam bidang yang berbeda menjelaskan bahwa Fira dan Rafi mengalami koma kepada dua keluarga. Namun malang, seorang dokter mata menjelaskan tentang kondisi mata kiri Fira. Mata itu mengalami luka berat akibat gesekan di aspal saat kecelakaan tabrakan mobil. Dokter menyarankan penanganan khusus untuk memulihkan mata Fira.
Pagi ini, di depan kamar VIP tempat Fira dirawat, Fatih, Bryan, Naomi dan dokter spesialis mata sedang berdiskusi dengan serius. Namun Ratih, Ressa, Nina, Zayn dan Zema tidak ada di sana. Setelah kabar baik tentang kondisi Fira, Ratih memutuskan untuk istirahat di hotel yang dekat dengan rumah sakit supaya dua cucu beliau bisa istirahat dengan tenang. Untuk sementara waktu, Fira belum bisa dijenguk saat masa observasi.
"Nasib baik, Puan Fira telah dapatkan penderma mata dari seseorang. Namun penderma tersebut telah tiada. Segera mungkin, kami lakukan tindakan operasi mata untuk Puan Fira," jelas dokter spesialis mata dengan logat Melayu.
"Alhamdulillah, lakukan yang terbaik untuk putri saya, Dok," ujar Fatih.
"Pasti, tetapi operasi penderma mata akan dilakukan usai Puan Fira sadar dari masa komanya," imbuh dokter.
"Kami selalu berdoa supaya operasi mata Fira berjalan dengan baik."
Tatkala mereka sedang serius membahas tentang kondisi Fira, tiba-tiba ponsel milik Naomi berdering dari dalam tas. Wanita muda itu permisi ke tempat lain dari pembicaraan mereka. Ia cekatan mengambil ponsel dari tas. Dari layar ponsel terlihat nama kontak Mami, Naomi pun lekas mengangkat telepon dari maminya.
"Assalamu'alaikum, Mam," sapa Naomi.
"Wa'alaikumsalam Naomi, kamu bisa pulang sekarang? Papi kritis lagi, Henry juga enggak bisa pulang. Perusahaan di Semarang jadi awut-awutan, kamu lebih baik bantu Herny di sini. Kamu juga pewaris Papi," jelas Intan bernada kekhawatiran.
"InsyaAllah, Naomi segera pulang. Tapi Mam, Naomi izin pamit ke Pak Sandi dan Om Fatih dulu, ya. Soalnya di sini Fira mengalami kecelakaan terus dia koma. Ya, enggak enak saja, Mam, kalau Naomi enggak pamit."
"Ya, Nak, enggak apa-apa. Innalilahi, terus gimana keadaan Fira sekarang?"
"Kalau untuk sekarang, Fira hendak operasi mata. Dia sudah mendapatkan donor mata. InsyaAllah, Naomi usahakan untuk pulang sekarang."
"Oh, iya, Henry sudah kamu kasih tahu?"
"Justru Henry yang telepon ke Naomi, Mam. Henry so sweet banget, punya firasat soal Fira. Pokoknya kalau Naomi sampai ke Semarang, Naomi bakal cerita banyak ke Mami."
"Iya, Mi. Hati-hati, ya, Nak. Jaga diri baik-baik, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, Mam."
Naomi menutup pembicaraan dengan Intan melalui telepon, kemudian bergegas kembali bergabung dengan Bryan, Fatih dan dokter mata. Sejenak ia menggaruk tengkuk, ada rasa tidak enak untuk berbicara soal kepulangannya ke Semarang. Naomi ingin sekali berlama-lama di sini, sekalian melihat perkembangan Fira. Namun apa daya, papi dan maminya yang lebih membutuhkan dirinya.
"Maaf, Om Fatih dan Bryan, Naomi menyela pembicaraan sebentar," ucap Naomi dengan santun.
"Iya, Naomi. Ada apa?" kata Fatih.
"Barusan, saya ditelepon Mami. Mami ingin saya pulang ke Semarang. Pertama, Papi kembali kritis dan kedua perusahaan di Semarang berantakan karena enggak ada yang mengurus. Jadi, insyaAllah sore ini saya pulang ke Semarang," jawab Naomi sesekali menunduk.
"Innalilahi, semoga lekas sembuh untuk Papi kamu. Pulanglah, Naomi! Keluargamu lebih berharga. Salam untuk keluarga di sana, ya."
"Baik, Om. Namun saya ingin tahu juga perkembangan Fira. Sampaikan salam saya juga untuk Fira, Tante Ratih, Zayn dan Zema."
"InsyaAllah, nanti kami memberitahu kabar Fira melalui telepon dan chat. Kita saling memberi kabar saja. Saya juga ingin kenal sama Papi kamu."
"Terima kasih, Om. Sekali lagi terima kasih telah memberi restu untuk adik saya Henry dengan putri Om yakni Fira."
"Kebahagiaan Fira dan dua cucu juga kebahagiaan saya. Sampaikan pula kepada Henry, kalau sudah lima tahun mendatang, temui saya atau keluarga dahulu. Jangan dulu temui Fira."
"InsyaAllah, saya akan menyampaikan pesan Om kepada adik saya."
Naomi menangkupkan kedua telapak tangan sebagai isyarat salam tanpa menyentuh kepada Fatih, kemudian ia setengah membungkuk sebagai tanda hormat kepada Fatih. Sementara ayahanda Fira membalas salam itu dengan menangkupkan kedua telapak tangan. Naomi lagi-lagi melakukan isyarat salam kepada Bryan. Pemuda itu pun melakukan hal yang sama.
"Hati-hati, Kak Naomi. Salam untuk keluarga di sana, ya," kata Bryan.
"InsyaAllah, Dik," ucap Naomi.
"Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan," ujar Fatih.
"InsyaAllah, Om. Naomi pamit dulu, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
***
Jam tangan milik Bryan terus berputar. Pemuda bertubuh tinggi itu kian gelisah karena sampai saat ini kakaknya belum siuman dari koma. Pagi lalu berganti menjadi siang. Matahari berada di atas kepala manusia. Sinarnya telah menyinari langit Kuala Lumpur. Fatih dan Bryan masih menunggu di depan kamar VIP, tempat Fira dirawat khusus.
Bapak dan anak laki-lakinya itu tidak jemu memandangi Fira yang terbaring kaku di kasur dengan segala alat medis yang terpasang di tubuh. Lisan Fatih tak henti-henti bergumam mendoakan kesembuhan putri sulungnya. Cinta kasih Fatih terhadap putrinya itu tampak jelas saat beliau menitikkan air mata.
Seiring berjalannya waktu, Fira masih belum siuman juga. Energi Fatih tidak seperti muda dulu, hampir saja tubuh beliau tumbang. Bryan sigap merangkul bapaknya. Kebetulan di depan ruangan itu tersedia tempat duduk. Pemuda itu pelan-pelan menuntun Fatih duduk di kursi, lantas turut duduk di samping bapaknya. Ia perlahan memijat dua pundak Fatih. Lemas sudah raga Fatih sembari menanti Fira siuman. Napas beliau juga agak terengah-engah.
"Bryan belikan makanan dan minuman untuk Bapak, ya," usul Bryan.
"Bapak enggak napsu makan, Bry. Kakakmu di dalam belum sadar dari komanya. Bapak hilang selera makan," kata Fatih lirih.
"Nanti Bapak sakit loh. Paling tidak Bapak makan sedikit saja."
"Nanti saja, ya, Bry. Bapak masih kuat kok."
"Ya sudah. Kalau Bapak ingin makan, bilang Bryan saja."
Waktu memihak pada dua keluarga. Keluarga Rafi datang di depan ruangan Fira. Ternyata Rafi sudah siuman dari koma. Rahlinebyang mendorong kursi roda yang di duduki Rafi. Wajah rupawan Rafi saat ini menjadi pucat. Bibirnya bungkam dan memutih pucat. Dua matanya sayu dengan tatapan kosong. Melihat Rafi mulai membaik, Fatih dan Bryan turut bersyukur.
"Pak Fatih hari ini kami pamit. Soalnya besok kami akan berangkat ke Kanada. Alhamdulillah, Rafi lekas sadar dari komanya," ucap Firman.
"Alhamdulillah, Pak Firman. Saya ikut senang melihat Rafi sudah siuman. Semoga kalian semakin sukses di Kanada, ya," ucap Fatih.
Mata sayu Rafi menoleh ke Fira dari balik jendela. Cinta pandangan pertamanya terbaring kaku di kasur. Rafi hanya bisa diam dan tidak berdaya menghampiri sahabat kecilnya itu. Meski begitu, dalam hatinya, Rafi meronta-ronta ingin menemui Fira untuk terakhir kali, karena Rafi akan hijrah ke Kanada.
Pilu dan pedih beradu jadi satu, dua sudut matanya hangat hingga Rafi tidak mampu menahan tangis. Terasa sesak dada yang dirasakan Rafi. Sontak tangisnya semakin memecah sampai membahasi pipi. Tubuh Rafi membungkuk pilu dan lisan jadi kelu. Hanya dengan menangis, cara Rafi meluapkan isi hati.
"Astaghfirullah, Bang Rafi!" pekik Rahline langsung tanggap terhadap tangis Rafi.
Firman sontak meringkuk di hadapan Rafi. Beliau usap punggung anak laki-lakinya dengan kasih sayang. Firman paham yang dirasakan Rafi saat ini. Beliau juga tahu betapa besar cinta Rafi untuk Fira. Namun kenyataannya, takdir tidak memihak Rafi dan Fira.
"Kamu doakan yang terbaik untuk Fira. Ayah tahu perasaanmu," ucap Firman.
"Rafi mencintai Fira, Ayah. Melihat Fira belum sadar dari koma, Rafi sakit sekali di dada," ucap Rafi sesenggukan.
"Ayah tahu ini berat buat kamu."
"Rafi ingin bertemu dengan Fira!" perintah Rafi sontak mendongak. Wajahnya yang pucat berlinangan air mata.
"Dengarkan saya, Nak Rafi. Kata dokter, untuk saat ini, Fira belum bisa dijenguk oleh siapapun, karena Fira mengalami luka yang serius," sela Fatih.
"Sakit, Om. Rafi ikut merasakan sakit yang dialami Fira!" Rafi semakin histeris dan meremas rambut dengan kuat.
Suasana jadi hening dan tegang. Seluruh keluarga kebingungan karena permintaan Rafi yang tidak bisa dikabulkan. Tiba-tiba Rafi turun dari kursi roda, seluruh keluarga sontak kaget melihat kenekatan Rafi. Pria berbaju pasien itu belum mampu berdiri dan berjalan, maka ia mengesot menuju ke pintu kamar Fira.
Firman berusaha mencegah Rafi untuk ke kamar Fira, tapi Rafi menolak cegahan ayahnya. Ia terus mengesot hingga tiba di depan kamar, tempat Fira dirawat. Rafi lantas menggedor-gedor pintu seraya menangis pilu.
"Maafkan Abang, Fir. Ini semua salah Abang, tidak seharusnya Abang menyakitimu. Meski Abang sakit karena kamu tidak mencintai Abang. Kamu boleh manggil Abang Rafi lagi. Kamu tetap sahabat terbaik Abang. Fira, dengarkan Abang! Lekas sembuh, Abang ingin melihat Fira ceria dan senyum lagi," teriak Rafi seraya meringkuk, semakin sesak dada karena dipenuhi rasa sendu.
"Abang selalu sayang kamu. Lekas siuman, Abang ingin bertemu denganmu, karena setelah ini kita tidak bisa bertemu lagi. Kita akan jauh lagi. Dengarkan Abang, jambu manis!" Air mata yang menguras energi itu membuat matanya kemerahan. Betapa dalam duka yang dirasakan Rafi.
Mendengar teriakan Rafi, seorang dokter dan empat perawat lantas bergegas menangani Rafi. Pasalnya, teriakan Rafi cukup mengganggu ketenangan di rumah sakit. Firman, Bryan dan Fatih juga turut membantu menggotong Rafi ke kursi roda.
Rafi berusaha memberontak kepada Firman, Bryan dan Fatih. Alhasil, Rafi dicengkeram oleh empat perawat laki-laki, membuat Rafi sulit untuk berontak. Rafi meraung keras sepanjang koridor rumah sakit. Rafi, empat perawat dan keluarga Rafi lantas pergi dari sana. Sikap histeris Rafi jadi pusat perhatian orang-orang yang berada di koridor rumah sakit.
"Fiirraa!" Raungan Rafi begitu menggema dan tetap menoleh ke Fira yang terbaring kaku dari balik jendela kamar.
***
Bagaimana tanggapanmu setelah membaca novel ini? Diharapkan untuk memberi komentar tentang novel ini, supaya penulisnya tahu dan kenal ulasan dari setiap pembaca.
Dukung terus novel Energy Of Love 2 karya Famala Dewi ini. Bagaimana cara dukungnya? Dengan cara sukai (like), vote, dan kasih rating (bintang 5). Rekomendasikan novel Energy Of Love 1 dan 2 ke keluarga, sahabat dan kerabat kalian, ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Nafiza
aku mampir kesini setelah baca energy of love season satu...😊
2021-05-20
4
Vitaloka Hita
aduh Bru permulaan udah greget....😁😁😁
2021-05-04
2
R.R
wow, tulisan rapi. Tanda baca juga jelas. enak bacanya..
semangat terus ya😊
2020-10-30
1