Kembalilah berlayar. Suara hati memanggil. Bertahun-tahun, hati selalu merindu. Tiada mendengar suaranya sebagai penyejuk sanubari. Tanpa bersua raganya. Yang terbayang hanya senyumnya. Senyum manis yang menggugah hati.
***
Universitas Hervard, Amerika Serikat
Langit biru nan cerah seakan bersahabat dengan momen paling mengesankan ini. Elok matahari menjulang tinggi itu turut menyinari Negeri Paman Sam. Lengkap dengan musim semi yang menghiasi universitas ternama itu. Gedung mewah dan melegenda ini tak lagi asing di mata dunia. Universitas yang telah mencetak banyak pengusaha bahkan orang sukses dan berprestasi.
Lima tahun yang dinanti sudah tiba hari ini. Sorak gembira menggema di halaman depan Universitas Hervard. Hari ini wisuda para mahasiswa dan mahasiswi jurusan bisnis. Toga wisuda hitam dan merah menjadi ciri khas universitas tersebut. Mereka memancarkan rona kebahagiaan.
Sekian dari mereka, ada yang memilih foto bersama dengan teman-temannya, ada pula yang saling berpelukan penuh semangat karena kelulusan tahun ini. Saking bahagianya, sebagian dari mereka melemparkan topi wisuda hingga ke langit. Mahasiswa dan mahasiswinya tidak hanya dari orang setempat, masing-masing mereka dari berbagai negara. Termasuk asia tenggara.
Di antara perkumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang menikmati kebahagiaan kelulusan, terlihat punggung seorang pria yang tingginya 180 sentimeter, antusias berjabat tangan dengan teman-teman pria yang lain.
Konon katanya, pria berambut hitam itu dikenal dengan kecerdasan dan kebaikannya. Ia termasuk mahasiswa dengan nilai terbaik mewakili Indonesia dan Korea Selatan. Wisuda kali ini ia dan teman-temannya mendapat gelar Bachelor of Business.
"Aku tidak menyangka, satu di antara orang asia lainnya. Kamu terbaik!" puji seorang pria bermata biru dengan aksen Inggris. Parasnya pun tampan. Ia kagum dengan prestasi temannya yang berdarah campuran Indonesia dan Korea itu.
"Ah, bukan hanya itu saja. Selain berprestasi, kamu juga taat beribadah. Sungguh, aku menyesal, awal kamu di sini pernah menghinamu. Apparently you have a good attitude," sanjung seorang pria berkulit hitam manis dengan aksen Amerika. (Ternyata kamu memiliki sikap yang baik.)
"Ayolah, jangan memujiku seperti itu. Bisa-bisa aku pingsan di hadapan wajah kalian, hahaha," canda pria berambut hitam yang dipuji oleh dua temannya tadi.
Tiga pria itu pun tertawa bahagia, mengingat masa-masa kuliah hingga saat ini. Waktu berjalan begitu cepat dari yang diperkirakan, lima tahun berjuang menuntut ilmu di Negeri Paman Sam.
Semua tidak akan sia-sia bila ada kemauan dan tekad yang kuat. Usaha mereka juga tidak mengkhianati hasil. Semua sudah memperoleh hasil yang memuaskan dan membanggakan. Tidak hanya untuk keluarga, tapi juga membanggakan negara masing-masing.
"Mas Lee, apa acara wisuda ini telah usai?" tanya seorang sopir kepercayaan yang ada di belakang pria berseragam hitam itu.
Pria yang dipanggil Lee itu lantas berbalik badan. Wajah oriental nan rupawan ada berewok tipis di dagu. Mata sipit bagai bulan sabit itu menjadi daya tarik. Untung saja, di sana ia sedang berkumpul dengan teman-teman sesama pria. Jika berkumpul dengan teman-teman wanita, tentu saja ia menjadi idola para wanita di universitas ini. Rupanya sudah tidak asing lagi. Namun dewasa ini, ia membuat orang lain pangling. Semakin dewasa, ia semakin berwibawa dan gagah. Siapa lagi kalau bukan Henry Lee?
"Oh, iya, apa ini sudah waktunya?" tanyanya seraya tersenyum manis.
"Bukankah Anda sendiri bilang sudah rindu dengan empat wanitamu?" tanya balik sopirnya itu.
"Oh, who are your four woman? You are amazing, Henry!" seru pria bermata biru itu. (Oh, siapa empat wanitamu? Kamu luar biasa, Henry!)
"Hahaha, maksudku, empat wanitaku adalah Ibuku, Kakakku, Adikku dan calon istriku," jawab Henry. Hatinya merasa berdegup kencang kala mengucapkan calon istri.
"Aku pikir kamu memiliki empat istri, hahaha."
"Oh, tentu tidak. Aku cukup memiliki satu istri yang tercinta."
"Apakah kamu akan segera menikah setelah wisuda ini?" tanya pria berkulit hitam manis.
"Insyaallah, cintaku sudah berlabuh untuknya. Kalian akan aku undang ke pernikahanku nantinya," jawab Henry semringah.
"Congratulations, Henry! God bless you," ujar dua pria secara bersamaan. (Selamat, Henry! Tuhan memberkatimu.)
Sebelum Henry pergi, terlebih dahulu ia bersalaman dengan teman-teman sesama pria, mengucapkan perpisahan setelah wisuda, kemudian mereka saling mendukung cita-cita yang akan dicapai. Rona kegembiraan masih terpancar dari wajah mereka.
Ada pula yang sedih karena kepergian Henry saat itu juga. Setelah saling berpelukan dan berjabat tangan, Henry antusias berlari. Tangan kanannya melambai ke arah teman-temannya. Sementara tangan kirinya membawa topi wisuda dan ijazah kelulusan.
"Tolong sampaikan salam hangat untuk dosen dan rektor dariku!" Henry berteriak kepada teman-teman seperjuangannya. Dari arah yang berbeda, teman-temannya merespon dengan baik ucapan Henry. Memberi isyarat oke, pertanda salam hangat itu akan tersampaikan.
***
Tembalang, Semarang
Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan pagar Sekolah Islam Terpadu di Tembalang Semarang. Di dalam mobil ada seorang wanita memakai kacamata hitam, ia sejenak melihat anak-anak yang tampak antusias memasuki gedung bertingkat dan mewah. Kecuali seorang anak laki-laki yang berada duduk di dekatnya.
Usia anak laki-lakinya kini menginjak sepuluh tahun. Tubuhnya sudah tinggi. Wajah yang dulunya imut menjelma jadi tampan. Namun hari ini raut wajah anak itu tampak murung seperti punya beban pikiran. Ia hanya menatap datar dashboard mobil.
Dari balik kacamata hitam, sang ibu melirik anak laki-lakinya yang berbalut seragam sekolah. Ia sudah paham dengan isi hati dan pikiran putra sulungnya.
"Zayn," panggil wanita berkacamata hitam kepada anak laki-laki itu. Ya, anak laki-laki ini adalah Zayn Achmad Al Khoiri yang sudah tumbuh jadi anak baru gede.
"Mau sampai kapan Om Henry sibuk, Ma? Apa Om Henry enggak serius sama Mama? Kenapa Mama bertahan menunggu Om Henry? Kalau Om Henry enggak serius, Zayn pengen kenalin Mama ke wali kelas Zayn," gerutu Zayn kepada mamanya yang tidak lain adalah Maghfira Annisa.
"Menikah lagi atau mempunyai Papa sambung enggak segampang itu, Nak!" tegas Fira.
"Zayn malu, Ma. Setiap tahun selalu dikatain Zayn enggak punya Papa. Setiap ada acara, yang datang selalu Mama, Kakek dan Om Bryan. Mereka punya Papa lengkap dengan keluarganya. Sedangkan Zayn?" ucapnya agak lantang. Mata bulat Zayn mulai mengembun menatap sang mama.
"Apa kamu benar-benar udah matang punya Papa sambung? Papa kandung dan Papa sambung itu berbeda loh. Oke, bersyukur kalau kamu punya Papa sambung yang baik. Kalau sebaliknya? Nauzubillah, jangan sampai hal itu terjadi," jelas Fira.
Zayn memalingkan wajah lantas terdiam. Tatapannya datar melihat jalanan di luar mobil. Sementara Fira hanya mencengkeram erat setir mobil. Ia selalu berusaha memahami anaknya, menjelaskan bahwa mempunyai papa sambung itu tidak segampang dan seindah yang ia bayangkan.
Fira ingin Zayn berpikir realistis bukan karena mendengar ocehan teman-temannya yang selalu menjatuhkan mental. Sebenarnya Fira tahu dan geram dengan ucapan yang membuat Zayn tertekan. Namun lidah tidak bertulang selalu mem-bully Zayn karena tidak memiliki figur seorang ayah.
"Mama, kapan mau antar Zema ke TK?" tanya anak laki-laki berusia enam tahun. Yakni Zema Abian Achmad, putra kedua Fira. Ia yang duduk di belakang hampir terlupakan karena Zayn dan Fira sibuk berdebat.
"Oh, iya, Nak--- sebentar, ya," ucap Fira menoleh ke belakang, kemudian melirik anak sulungnya yang kini duduk di kelas empat itu. "Zayn, lekas masuk ke sekolah. Mama juga mau antar Zema ke TK."
Zayn merangkul tas. Sebagai anak wajib bersalaman dan mencium punggung tangan Mamanya. Wajahnya yang sendu itu berkata, "Ya, Zayn sekolah dulu."
"Jangan dengarkan kata mereka, ya! Bukankah dari dulu kita sudah memilih Om Henry sebagai anggota keluarga? Om Henry, pria yang baik. Bersabarlah, Zayn. Om Henry akan segera kembali." Fira seringkali mengucapkan kalimat demikian supaya dapat meyakinkan Zayn.
"Hmm," singkat Zayn keluar dari mobil mamanya. Zayn agak kasar menutup pintu mobil.
Dari balik kacamata hitam, Fira terus memantau putra sulungnya itu. Ia melirih berdoa untuk Zayn supaya Allah senantiasa melindungi anaknya. Sejenak Fira terdiam, mengingat kejadian lima tahun yang lalu menimpa dirinya. Sewaktu ia berada di Malaysia, menyusul Rafi hingga kecelakaan hampir merenggut nyawanya.
Beberapa hari setelah melewati masa kritis, Fira dinyatakan sembuh. Ia tambah bahagia saat Fatih--- bapaknya merestui hubungannya dengan Henry. Namun di sisi lain, ia merasa tidak percaya diri karena Fira yang kini telah berbeda.
Fira mengambil gawai, merenung sudah terlalu lama tidak mengetahui kabar dari Henry. Terakhir bertemu dengan Henry saat ia tiba di Singapura bersama Bryan, tapi Henry justru pamit ke Semarang. Itu pun Fira hendak mengungkapkan pilihan yang tepat untuk Henry tapi belum tersampaikan. Karena dahulu hatinya masih bimbang antara Henry atau Rafi.
Jemarinya berselancar di kamera. Gawai bermerek Apel-Phone masa kini terbilang cukup bagus dan mahal. Kamera depannya seperti cermin bening sehingga menghasilkan foto yang apik. Tangan kiri Fira perlahan membuka kacamata hitam yang menutupi sepasang mata. Ia lantas bercermin pada kamera depan.
Mata bulat Fira mulai mengembun. Jika dilihat mata kanannya terlihat normal. Namun lain halnya dengan mata kiri dibantu oleh lensa khusus berwarna hitam pekat. Bukan seperti mata pada umumnya, karena mata kiri Fira sempat mengalami luka berat pada saat kecelakaan lima tahun yang lalu. Penglihatannya buram sehingga mata kirinya harus dibantu oleh lensa mata khusus.
Fira membatin pilu hingga merinding. "Aku tidak seperti dulu. Aku wanita dengan mata buram sebelah. Namun dengan kondisiku yang sekarang, apa Henry masih mau menerimaku?"
***
Yuk, dukung terus novel Energy Of Love 2 karya Famala Dewi ini. Bagaimana cara dukungnya? Dengan cara sukai (like), vote, dan kasih rating (bintang 5). Supaya authornya ini semangat lanjutin kisah ini sampai tamat. Rekomendasikan novel Energy Of Love 1 dan 2 ini ke keluarga, sahabat dan kerabat kalian, ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sari Istiqomah
Assalamualaikum semangat berkarya thor
aku sudah like ya, mampir yuk keceritaku
Dia Untukku. Terimah Kasih
2020-09-30
1
Amilia Azizi
jgn lma2 up ny y thorr
2020-07-08
1