MAWAR

MAWAR

Part 1

Mawar gadis kecil berusia 8 tahun tengah menyiapkan piring di atas meja makan bersama sang ibu, tak lama dari itu terdengar suara mesin motor berhenti di depan pintu. Mawar yang bersemangat berlari ke depan untuk membuka kan pintu untuk sang Ayah.

"Ayah." Ayah yang melihat Mawar langsung mengendong anaknya.

"Ayah pulang sayang." Kecupan manis mendarat di pipi bulat mawar.

"Ibu bersama Mawar sudah membuat kan makanan enak untuk Ayah." Ungkap Mawar

"benarkah? Kalau begitu bagaimana kita langsung makan saja."

"Ayo!!" Seru Mawar.

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Mawar menceritakan kegiatan nya hari ini pada kedua orang tuanya. Tiba-tiba suana hangat itu terganggu oleh suara mesin mobil yang berhenti di depan rumah mereka.

"Tunggu sebentar Ayah lihat siapa yang datang." Ayah bangkit dari duduknya.

Ayah tidak langsung membuka pintu dan memilih menyingkap kecil gorden jendela yang bewarna cokelat yang tergantung dirumahnya, mata nya terbelalak yang langsung mengintrupsi kakinya untuk melangkah ke dalam rumah.

"Bawa Mawar ke dalam kamar." Perintah Ayah dengan nada tegas bercampur cemas.

"Siapa yang datang Ayah?." Ibu yang tidak mengerti apa apa terbawa cemas.

"Jaga Mawar di dalam kamar dan jangan menyalakan lampu dan juga jangan keluar kamar sebelum saya membuka pintu." Tanpa banyak bertanya Ibu mengendong Mawar kedalam kamar.

Tidak lama dari pintu kamar tertutup terdengar suara tertawa yang terdengar begitu menyebalkan dan keras, Mawar dan Ibu sudah tau kalau itu bukan suara Ayah.

"Mawar, tunggu disini jangan pergi keluar sampai ibu datang." Mawar yang tidak mengerti apa apa hanya bisa mengangguk.

Sang Ibu pun pergi meninggalkan Mawar tanpa Ibu sadari ia tidak menutup pintu dengan rapat yang meninggalkan sedikit celah untuk Mawar untuk menilik ke luar kamarnya.

Mawar hanya bisa melihat bayangan ibu dan Ayah nya yang berdiri di ruang tamu.

Mawar hanya mendengar pembicaraan mereka tanpa mengerti yang mereka bicarakan, tubuh kecil Mawar terhentak ketika mendengar suara tembakan yang di iringi jeritan sang Ibu ketika melihat tubuh suami nya langsung terkapar di lantai. Mata kecil Mawar membesar ketika melihat darah keluar mengalir dari kepala Ayah nya.

"A..Ay" sebelum menyelesaikan ucapannya tubuh Ibunya ikut ambruk dengan darah yang mengalir.

Rasanya Mawar ingin sekali keluar kamar namun tubuh nya terhenti ketika melihat bayangan pria tinggi yang hendak mendekati tubuh orang tuanya, ketika Mawar akan melihat rupa sang pelaku tiba tiba ada sosok lain yang menghalangi pandanganya, yang membuat Mawar hanya bisa melihat lengan sang pelaku yang memiliki bekas luka di pergelangan tangannya.

"Bakar tempat kumuh ini, hingga tidak ada yang tersisa." Mawar yang tidak bisa menahan diri untuk berlari ke tempat orang tuanya.

ketika hendak menarik pintu, pintu itu tidak mau terbuka. Mata Mawar yang sudah penuh dengan air mata melihat sosok pria yang sedang memegang knop pintu kamarnya hingga ia tidak bisa membuka nya. Ketika hendak menjerit pintu itu terbuka dan mulut Mawar di tutup dengan sangat erat, tubuh kecil nya di dorong hingga ia dimasukan ke dalam lemari, Mawar tidak bisa melihat wajah pria yang membungkam mulut nya karna kamarnya yang gelap. sebelum melepaskan tangannya pria itu melilitkan kain di sekitar mulut mawar agar tidak bersuara, dan mengikat tangan dan kaki mawar dalam satu ikatan lalu menutup pintu lemari itu dengan rapat. mawar yang terikat hanya bisa mendengar suara langkah kaki dan gemericik air yang jatuh ke lantai, tubuhnya bergetar hebat air matanya tak berhenti mengalir membasahi pipi chubby nya, tak lama dari itu terlihat samar kobaran api dari cela kecil lemari, asap yang masuk kedalam lemari membuat mawar tak sadarkan diri.

... ****...

secara perlahan Mawar membuka matanya dalam hitungan detik Mawar tersadar dan bangkit dari posisinya.

"Ibu, Ayah." Mawar berlari ke arah pintu dan membukanya.

tubuhnya terhenti ketika melihat seorang pria yang tidak ia kenal duduk di meja makan.

"Kau sudah bangun rupanya." Ujar pria itu.

"Si.. siapa kamu?!." Mawar melangkah mundur.

"Saya Roy." Pria itu memperkenalkan diri.

"Dimana ayah saya?." Mawar sedikit ketakutan.

"Ayah dan Ibu kamu sudah mati." Ungkap Roy dengan santainya.

"Saya ingin pulang." Pinta Mawar.

"Rumah kamu sudah habis terbakar." Roy melahap roti yang ada di hadapannya.

Mawar tidak bisa berkelit karna ingatan dan ucapan Roy benar, air mata kembali membasahi wajah cantiknya.

"Siapa yang telah membuat Ayah dan Ibu saya meninggal?." bibir kecilnya bergetar.

"Kalau aku memberitahumu, apa yang akan kau lakukan?" Roy mengalihkan pandanganya pada mawar.

"Saya akan membalaskan perbuatannya." tekad mawar.

Roy menyeringai dan mengambil sebilah pisau yang ada di meja.

"Kalau begitu apa kau bisa membunuh ku?." Roy menyodorkan pisau itu ke hadapan Mawar.

Mawar melihat pergelangan tangan Roy yang tidak memiliki tanda luka. "Kau bukan orang yang membuat orang tua ku meninggal."

Roy mensejajarkan tubuhnya dengan Mawar. "Aku yang memasukan mu ke dalam lemari dan membuat rumah mu hangus terbakar."

Roy menggerakkan bola matanya ke arah pisau, mengisyaratkan Mawar untuk membunuhnya.

Tubuh Mawar bergetar melihat pisau di tangan Roy, ketika Roy menarik lengannya Mawar secara tidak sadar menjerit ketakutan.

"Aku akan memberitahumu kalau kau sudah siap." Roy menghempaskan tangan Mawar.

"Apa yang harus saya siapkan?." Suara Mawar bergetar.

"Siapkan keberanian mu untuk membalas kematian kedua orangtuamu."

"Bagaimana caranya?." Tanya Mawar.

"Aku akan mengajarkanmu menjadi pembunuh." Mata Mawar terbelalak mendengar jawaban Roy. "Kau harus bisa menjadi pembunuh handal agar bisa membalaskan kematian orang tuamu." senyum Roy nampak begitu mengerikan di mata Mawar.

****

10 tahun kemudian.

Mawar yang sudah menjadi gadis remaja, tengah duduk di temani Roy di ruang guru sekolah. Roy berbincang dengan salah satu guru disana, sedangkan Mawar hanya duduk terdiam dan mengintai setiap penjuru ruangan dan barang apa saja yang ada di ruangan itu. tidak lama bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran akan di mulai.

"Selamat pagi Bu, apa Ibu memanggil saya." Mawar melihat seorang remaja laki laki yang masuk ke dalam ruangan.

"Levin tolong bantu Ibu temani Mawar masuk ke kelas, Ibu masih ada urusan dengan orang tuanya Mawar." Remaja laki laki bernama levin melihat Mawar.

Roy yang hendak menyapa Levin terdiam dalam sepersekian detik, sebelum mengalihkan pandanganya pada Mawar.

"Mawar masuklah ke kelas bersama teman mu." Roy kembali menatap Levin.

Mawar berdiri dari duduknya.

"Baik kalau begitu, kami masuk kelas dulu." Levin pun melangkah mundur dan mendekati mawar. "Ayo".

Dalam perjalanan menuju kelas Levin mencoba memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan nama saya Levin." Levin menjulurkan tangannya.

"Mawar " Mawar tidak menyambut hangat tangan Levin.

Levin mengangguk seraya menarik tangannya.

"Kau berasal darimana?." Levin kembali membuka pembicaraan.

"Kelasnya masih jauh?." Mawar ketus

"Engga, sebentar lagi nyampe kok." Levin tersenyum masam.

Bel istirahat pun berbunyi membebaskan murid murid untuk melakukan hal yang mereka sukai. Beberapa murid perempuan mendekati Mawar berniat hati ingin menjadi teman.

"Hai Mawar perkenalkan aku -." Belum sempat memperkenalkan diri Mawar berjalan keluar kelas begitu saja tanpa sepatah katapun.

Beberapa murid perempuan itu terdiam binggung dengan sikap Mawar yang begitu dingin.

Levin yang melihat sikap dingin yang di berikan Mawar membuat dirinya semakin penasaran dengan Mawar dan berinisiatif mengikuti kemana langkah gadis itu berhenti.

Mawar berjalan menelusuri setiap lorong sekolah dan mengamati setiap ruangan yang ia lewati.

"Apa kau mencari tempat sepi?" suara Levin berhasil menghentikan langkah Mawar. "aku akan memberitahu mu tempat sepi di sekolah ini, ikuti aku."

Mau tidak mau Mawar mengikuti Levin yang berjalan di depan nya, sampai mereka berhenti di dekat pohon besar di belakang sekolah.

"Kau bisa bersembunyi di belakang pohon itu, aku jamin tidak akan ada manusia yang mengganggumu kalau kau diam disitu." Jelas Levin.

Tanpa pikir panjang Mawar melangkah ke balik pohon dan duduk disitu membuat Levin melotot heran dengan keberanian Mawar.

"Ma..Mawar, kau benar mau duduk disitu?." Levin melihat disekitar mereka yang benar benar sepi, hanya ada mereka berdua.

Mau tidak mau Levin mendekati Mawar.

"Mawar, bisa kah kita pergi dari sini, disini tempat yang sangat menakutkan." Bujuk Levin.

"Kenapa kau membawa ku kemari?." Mawar memberikan tatapan sinis.

"Aku hanya ingin memberimu pelajaran karna sikap dingin mu pada teman teman." Jujur Levin.

"Mereka bukan temanku." Balas Mawar.

"Mereka ingin berteman denganmu."

"Aku tidak butuh teman." Levin terdiam mendengar ucapan Mawar.

"Sombong sekali kau." Ucap Levin ketus

"Pergilah," seru Mawar "Kau tidak dibutuhkan."

Levin membuang nafas beratnya agar tidak tersulut emosi.

"Aku yang memberitahu tempat ini padamu, setidaknya ucapkan terimakasih padaku." Kesal Levin.

"Aku tidak pernah memintanya."

Levin yang kesal menarik lengan Mawar hingga Mawar berdiri di hadapanya. Ketika mata mereka bertemu Levin melihat sorot mata Mawar yang dingin, melihat itu Levin yang tadi sempat tersulut amarah kembali tenang.

"Kita harus pergi dari sini." Levin memaksa Mawar untuk mengikuti langkahnya.

Baru beberapa langkah menjauh dari pohon, Mawar memukul leher Levin dengan tangan yang satunya hingga membuat Levin berlutut kesakitan.

"Apa yang kau lakukan!" Marah Levin.

Mawar tidak menjawab pertanyaan Levin dan hendak kembali mendekati pohon, langkah nya terhenti ketika Levin memegang betis Mawar.

Tanpa basa basi Mawar menendang wajah Levin dengan kaki yang di hadang Levin.

Levin menjerit kesakitan yang membuat guru yang berjalan tak jauh dari tempat itu mendekati sumber suara.

"Sedang apa kalian disini?." Saat melihat hidung Levin yang berdarah guru itu langsung berlari ke arah mereka. "Ada apa ini, kenapa hidung kamu berdarah?."

...****...

Di ruang uks hidung Levin tengah di obati sedangkan Mawar duduk tak jauh dari tempat Levin.

"Bisa jelaskan pada Ibu apa yang terjadi?" Tanya seorang guru yang tadi menemukan mereka.

"Saya hanya terjatuh Bu," Levin berbohong. "Tadi saya sedang mengajak Mawar keliling sekolah dan tidak sengaja tersandung."

"Baiklah kalau begitu, lain kalian kamu berhati hati. Kamu sudah selesai di obati, kalian bisa kembali ke kelas."

"Baik Bu, terimakasih."

Levin dan Mawar pun pergi dari uks.

"Kenapa kau berbohong?." Mawar memulai pembicaraan.

"Ini hari pertamamu sekolah, mana boleh kau di hukum." Levin meringis kesakitan.

"Kenapa kau membawa ku ke pohon itu?." Mawar sedikit melunak.

"Aku ingin menghukum mu karna sikap dingin mu itu."

"ini hari pertama ku sekolah, kenapa kau ingin menghukum ku?."

Levin terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Mawar, dan hanya bisa tertawa pelan.

"Maaf."

~To be continued~

Di tunggu kritik dan saranya. ^^

Terpopuler

Comments

Yusria Mumba

Yusria Mumba

dari kecil mawar sudah drasuki jebencian,

2023-11-12

0

Andi Fitri

Andi Fitri

menarik

2023-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!