NovelToon NovelToon

MAWAR

Part 1

Mawar gadis kecil berusia 8 tahun tengah menyiapkan piring di atas meja makan bersama sang ibu, tak lama dari itu terdengar suara mesin motor berhenti di depan pintu. Mawar yang bersemangat berlari ke depan untuk membuka kan pintu untuk sang Ayah.

"Ayah." Ayah yang melihat Mawar langsung mengendong anaknya.

"Ayah pulang sayang." Kecupan manis mendarat di pipi bulat mawar.

"Ibu bersama Mawar sudah membuat kan makanan enak untuk Ayah." Ungkap Mawar

"benarkah? Kalau begitu bagaimana kita langsung makan saja."

"Ayo!!" Seru Mawar.

Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Mawar menceritakan kegiatan nya hari ini pada kedua orang tuanya. Tiba-tiba suana hangat itu terganggu oleh suara mesin mobil yang berhenti di depan rumah mereka.

"Tunggu sebentar Ayah lihat siapa yang datang." Ayah bangkit dari duduknya.

Ayah tidak langsung membuka pintu dan memilih menyingkap kecil gorden jendela yang bewarna cokelat yang tergantung dirumahnya, mata nya terbelalak yang langsung mengintrupsi kakinya untuk melangkah ke dalam rumah.

"Bawa Mawar ke dalam kamar." Perintah Ayah dengan nada tegas bercampur cemas.

"Siapa yang datang Ayah?." Ibu yang tidak mengerti apa apa terbawa cemas.

"Jaga Mawar di dalam kamar dan jangan menyalakan lampu dan juga jangan keluar kamar sebelum saya membuka pintu." Tanpa banyak bertanya Ibu mengendong Mawar kedalam kamar.

Tidak lama dari pintu kamar tertutup terdengar suara tertawa yang terdengar begitu menyebalkan dan keras, Mawar dan Ibu sudah tau kalau itu bukan suara Ayah.

"Mawar, tunggu disini jangan pergi keluar sampai ibu datang." Mawar yang tidak mengerti apa apa hanya bisa mengangguk.

Sang Ibu pun pergi meninggalkan Mawar tanpa Ibu sadari ia tidak menutup pintu dengan rapat yang meninggalkan sedikit celah untuk Mawar untuk menilik ke luar kamarnya.

Mawar hanya bisa melihat bayangan ibu dan Ayah nya yang berdiri di ruang tamu.

Mawar hanya mendengar pembicaraan mereka tanpa mengerti yang mereka bicarakan, tubuh kecil Mawar terhentak ketika mendengar suara tembakan yang di iringi jeritan sang Ibu ketika melihat tubuh suami nya langsung terkapar di lantai. Mata kecil Mawar membesar ketika melihat darah keluar mengalir dari kepala Ayah nya.

"A..Ay" sebelum menyelesaikan ucapannya tubuh Ibunya ikut ambruk dengan darah yang mengalir.

Rasanya Mawar ingin sekali keluar kamar namun tubuh nya terhenti ketika melihat bayangan pria tinggi yang hendak mendekati tubuh orang tuanya, ketika Mawar akan melihat rupa sang pelaku tiba tiba ada sosok lain yang menghalangi pandanganya, yang membuat Mawar hanya bisa melihat lengan sang pelaku yang memiliki bekas luka di pergelangan tangannya.

"Bakar tempat kumuh ini, hingga tidak ada yang tersisa." Mawar yang tidak bisa menahan diri untuk berlari ke tempat orang tuanya.

ketika hendak menarik pintu, pintu itu tidak mau terbuka. Mata Mawar yang sudah penuh dengan air mata melihat sosok pria yang sedang memegang knop pintu kamarnya hingga ia tidak bisa membuka nya. Ketika hendak menjerit pintu itu terbuka dan mulut Mawar di tutup dengan sangat erat, tubuh kecil nya di dorong hingga ia dimasukan ke dalam lemari, Mawar tidak bisa melihat wajah pria yang membungkam mulut nya karna kamarnya yang gelap. sebelum melepaskan tangannya pria itu melilitkan kain di sekitar mulut mawar agar tidak bersuara, dan mengikat tangan dan kaki mawar dalam satu ikatan lalu menutup pintu lemari itu dengan rapat. mawar yang terikat hanya bisa mendengar suara langkah kaki dan gemericik air yang jatuh ke lantai, tubuhnya bergetar hebat air matanya tak berhenti mengalir membasahi pipi chubby nya, tak lama dari itu terlihat samar kobaran api dari cela kecil lemari, asap yang masuk kedalam lemari membuat mawar tak sadarkan diri.

... ****...

secara perlahan Mawar membuka matanya dalam hitungan detik Mawar tersadar dan bangkit dari posisinya.

"Ibu, Ayah." Mawar berlari ke arah pintu dan membukanya.

tubuhnya terhenti ketika melihat seorang pria yang tidak ia kenal duduk di meja makan.

"Kau sudah bangun rupanya." Ujar pria itu.

"Si.. siapa kamu?!." Mawar melangkah mundur.

"Saya Roy." Pria itu memperkenalkan diri.

"Dimana ayah saya?." Mawar sedikit ketakutan.

"Ayah dan Ibu kamu sudah mati." Ungkap Roy dengan santainya.

"Saya ingin pulang." Pinta Mawar.

"Rumah kamu sudah habis terbakar." Roy melahap roti yang ada di hadapannya.

Mawar tidak bisa berkelit karna ingatan dan ucapan Roy benar, air mata kembali membasahi wajah cantiknya.

"Siapa yang telah membuat Ayah dan Ibu saya meninggal?." bibir kecilnya bergetar.

"Kalau aku memberitahumu, apa yang akan kau lakukan?" Roy mengalihkan pandanganya pada mawar.

"Saya akan membalaskan perbuatannya." tekad mawar.

Roy menyeringai dan mengambil sebilah pisau yang ada di meja.

"Kalau begitu apa kau bisa membunuh ku?." Roy menyodorkan pisau itu ke hadapan Mawar.

Mawar melihat pergelangan tangan Roy yang tidak memiliki tanda luka. "Kau bukan orang yang membuat orang tua ku meninggal."

Roy mensejajarkan tubuhnya dengan Mawar. "Aku yang memasukan mu ke dalam lemari dan membuat rumah mu hangus terbakar."

Roy menggerakkan bola matanya ke arah pisau, mengisyaratkan Mawar untuk membunuhnya.

Tubuh Mawar bergetar melihat pisau di tangan Roy, ketika Roy menarik lengannya Mawar secara tidak sadar menjerit ketakutan.

"Aku akan memberitahumu kalau kau sudah siap." Roy menghempaskan tangan Mawar.

"Apa yang harus saya siapkan?." Suara Mawar bergetar.

"Siapkan keberanian mu untuk membalas kematian kedua orangtuamu."

"Bagaimana caranya?." Tanya Mawar.

"Aku akan mengajarkanmu menjadi pembunuh." Mata Mawar terbelalak mendengar jawaban Roy. "Kau harus bisa menjadi pembunuh handal agar bisa membalaskan kematian orang tuamu." senyum Roy nampak begitu mengerikan di mata Mawar.

****

10 tahun kemudian.

Mawar yang sudah menjadi gadis remaja, tengah duduk di temani Roy di ruang guru sekolah. Roy berbincang dengan salah satu guru disana, sedangkan Mawar hanya duduk terdiam dan mengintai setiap penjuru ruangan dan barang apa saja yang ada di ruangan itu. tidak lama bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran akan di mulai.

"Selamat pagi Bu, apa Ibu memanggil saya." Mawar melihat seorang remaja laki laki yang masuk ke dalam ruangan.

"Levin tolong bantu Ibu temani Mawar masuk ke kelas, Ibu masih ada urusan dengan orang tuanya Mawar." Remaja laki laki bernama levin melihat Mawar.

Roy yang hendak menyapa Levin terdiam dalam sepersekian detik, sebelum mengalihkan pandanganya pada Mawar.

"Mawar masuklah ke kelas bersama teman mu." Roy kembali menatap Levin.

Mawar berdiri dari duduknya.

"Baik kalau begitu, kami masuk kelas dulu." Levin pun melangkah mundur dan mendekati mawar. "Ayo".

Dalam perjalanan menuju kelas Levin mencoba memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan nama saya Levin." Levin menjulurkan tangannya.

"Mawar " Mawar tidak menyambut hangat tangan Levin.

Levin mengangguk seraya menarik tangannya.

"Kau berasal darimana?." Levin kembali membuka pembicaraan.

"Kelasnya masih jauh?." Mawar ketus

"Engga, sebentar lagi nyampe kok." Levin tersenyum masam.

Bel istirahat pun berbunyi membebaskan murid murid untuk melakukan hal yang mereka sukai. Beberapa murid perempuan mendekati Mawar berniat hati ingin menjadi teman.

"Hai Mawar perkenalkan aku -." Belum sempat memperkenalkan diri Mawar berjalan keluar kelas begitu saja tanpa sepatah katapun.

Beberapa murid perempuan itu terdiam binggung dengan sikap Mawar yang begitu dingin.

Levin yang melihat sikap dingin yang di berikan Mawar membuat dirinya semakin penasaran dengan Mawar dan berinisiatif mengikuti kemana langkah gadis itu berhenti.

Mawar berjalan menelusuri setiap lorong sekolah dan mengamati setiap ruangan yang ia lewati.

"Apa kau mencari tempat sepi?" suara Levin berhasil menghentikan langkah Mawar. "aku akan memberitahu mu tempat sepi di sekolah ini, ikuti aku."

Mau tidak mau Mawar mengikuti Levin yang berjalan di depan nya, sampai mereka berhenti di dekat pohon besar di belakang sekolah.

"Kau bisa bersembunyi di belakang pohon itu, aku jamin tidak akan ada manusia yang mengganggumu kalau kau diam disitu." Jelas Levin.

Tanpa pikir panjang Mawar melangkah ke balik pohon dan duduk disitu membuat Levin melotot heran dengan keberanian Mawar.

"Ma..Mawar, kau benar mau duduk disitu?." Levin melihat disekitar mereka yang benar benar sepi, hanya ada mereka berdua.

Mau tidak mau Levin mendekati Mawar.

"Mawar, bisa kah kita pergi dari sini, disini tempat yang sangat menakutkan." Bujuk Levin.

"Kenapa kau membawa ku kemari?." Mawar memberikan tatapan sinis.

"Aku hanya ingin memberimu pelajaran karna sikap dingin mu pada teman teman." Jujur Levin.

"Mereka bukan temanku." Balas Mawar.

"Mereka ingin berteman denganmu."

"Aku tidak butuh teman." Levin terdiam mendengar ucapan Mawar.

"Sombong sekali kau." Ucap Levin ketus

"Pergilah," seru Mawar "Kau tidak dibutuhkan."

Levin membuang nafas beratnya agar tidak tersulut emosi.

"Aku yang memberitahu tempat ini padamu, setidaknya ucapkan terimakasih padaku." Kesal Levin.

"Aku tidak pernah memintanya."

Levin yang kesal menarik lengan Mawar hingga Mawar berdiri di hadapanya. Ketika mata mereka bertemu Levin melihat sorot mata Mawar yang dingin, melihat itu Levin yang tadi sempat tersulut amarah kembali tenang.

"Kita harus pergi dari sini." Levin memaksa Mawar untuk mengikuti langkahnya.

Baru beberapa langkah menjauh dari pohon, Mawar memukul leher Levin dengan tangan yang satunya hingga membuat Levin berlutut kesakitan.

"Apa yang kau lakukan!" Marah Levin.

Mawar tidak menjawab pertanyaan Levin dan hendak kembali mendekati pohon, langkah nya terhenti ketika Levin memegang betis Mawar.

Tanpa basa basi Mawar menendang wajah Levin dengan kaki yang di hadang Levin.

Levin menjerit kesakitan yang membuat guru yang berjalan tak jauh dari tempat itu mendekati sumber suara.

"Sedang apa kalian disini?." Saat melihat hidung Levin yang berdarah guru itu langsung berlari ke arah mereka. "Ada apa ini, kenapa hidung kamu berdarah?."

...****...

Di ruang uks hidung Levin tengah di obati sedangkan Mawar duduk tak jauh dari tempat Levin.

"Bisa jelaskan pada Ibu apa yang terjadi?" Tanya seorang guru yang tadi menemukan mereka.

"Saya hanya terjatuh Bu," Levin berbohong. "Tadi saya sedang mengajak Mawar keliling sekolah dan tidak sengaja tersandung."

"Baiklah kalau begitu, lain kalian kamu berhati hati. Kamu sudah selesai di obati, kalian bisa kembali ke kelas."

"Baik Bu, terimakasih."

Levin dan Mawar pun pergi dari uks.

"Kenapa kau berbohong?." Mawar memulai pembicaraan.

"Ini hari pertamamu sekolah, mana boleh kau di hukum." Levin meringis kesakitan.

"Kenapa kau membawa ku ke pohon itu?." Mawar sedikit melunak.

"Aku ingin menghukum mu karna sikap dingin mu itu."

"ini hari pertama ku sekolah, kenapa kau ingin menghukum ku?."

Levin terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Mawar, dan hanya bisa tertawa pelan.

"Maaf."

~To be continued~

Di tunggu kritik dan saranya. ^^

Part 2

Di sore hari Mawar yang menggunakan kaus putih dan celana training hitam tengah duduk setelah berlari mengelilingi lapangan, dengan nafas yang terengah-engah Mawar mengamati sekeliling lapangan dan memperhatikan setiap orang ada di sekitarnya. Nafas Mawar kembali normal ketika ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Loker 32 di gym central." Pria itu menjulurkan kunci loker.

tanpa banyak bicara Mawar mengambil kunci itu dan beranjak dari duduknya.

Dengan mengunakan masker dan topi Mawar masuk ke dalam gym dan langsung menuju loker yang di maksud, Mawar membuka loker itu dan menemukan amplop cokelat penuh dengan uang. Mawar mengambil kantung kresek di dalam saku celananya dan memasukan amplop cokelat itu kedalam kresek, sebelum menutup pintu loker Mawar merasa ada yang mengamatinya, Mawar menarik nafas dalam dan membuang nya pelan sebelum ia kembali bergerak.

Mawar mengambil langkah panjang dan tenang seraya memikir kan cara untuk lepas dari orang orang yang mengikutinya, mata nya tertuju pada toko pakaian yang terlihat penuh dengan pelanggan, tanpa pikir panjang Mawar pun masuk ke dalam toko mengambil sembarang jaket yang tergantung dan masuk kedalam ruang ganti. Mawar mengambil jaket berwarna pink, sebelum keluar Mawar mengintip bagaimana kondisi di luar, ia menyadari tidak ada yang menggunakan masker dan topi selain dirinya, mau tidak mau Mawar memasukan topi dan maskernya kedalam kresek lalu kreseknya ia masukan kedalam jaket. Mawar menarik nafas dalam sebelum melangkah keluar, Mawar menuju kasir dan sebari melihat orang yang tadi mengikutinya sedang melihat sekeliling mencari keberadaan dirinya, tanpa pikir panjang Mawar mengaitkan tangannya di lengan seorang pria yang sedang berdiri di kasir.

Levin mengerutkan keningnya melihat Mawar yang tiba-tiba muncul dan mengaitkan tangannya.

"Jaket yang sedang di pakai mau di bayar terpisah atau di masukan kedalam bill?." Tanya sang kasir.

"Pisah -"

"Masukan saja." Levin memotong ucapan Mawar.

Levin sedari tadi menatap mawar mulai tersenyum ketika Mawar menoleh kan pandanganya.

"Hallo." Ucap Levin manis ketika mata mereka bertemu.

terlihat raut wajah Mawar yang sedari tadi tegang mulai mengendur karna kehadiran Levin di sampingnya.

Berkat bantuan Levin Mawar dapat melewati orang yang sedari tadi mengikutinya dengan aman tanpa di curigai.

Di rasa sudah jauh dari toko, Mawar menurunkan tangannya dari lengan Levin. Levin yang menyadari itu menghentikan langkahnya dan melangkah maju kehadapan Mawar.

"Mau minum thai tea?." Ajak Levin manis.

"Berapa harga jaket ini?." Mawar bertanya tanpa menjawab pertanyaan Levin.

"Kau tidak mau minum thai tea bersama ku?" Levin melakukan hal yang sama dengan Mawar.

"Aku tidak punya waktu." Mawar melepaskan jaketnya dan memberikan nya pada Levin.

Mawar kembali melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan Levin yang kebingungan melihat tingkahnya.

****

Mawar membuka pintu rumah nya dengan kasar, dan langsung berjalan menuju ruangan Roy.

"Saya ada disini." Langkah Mawar terhenti begitu melihat Roy baru datang dari halaman belakang.

Mawar melangkah mendekati Roy yang tengah duduk untuk melepaskan sepatu bots nya.

"Ada orang yang mengikuti ku." Ujar Mawar.

"Berapa orang?" Roy melepaskan topi jerami yang tadi ia gunakan ketika berkebun.

"Kurasa 2 orang." Jawab Mawar ragu.

"Mereka mengenali wajahmu?."

"Saya menggunakan masker dan topi."

"Kau harus lebih hati hati, masker dan topi tidak bisa menjamin mereka tidak mengenalimu." Roy bergerak menuju dapur dan duduk di kursi meja makan di ikuti Mawar yang berdiri di sampingnya.

Mawar menaruh kresek hitam yang sedari tadi ia bawa di hadapan Roy.

"Malam ini saya ada pekerjaan di luar kota, dan tidak tahu kapan pekerjaan saya akan selesai, jadi ambilah bagian mu." Roy mengambil segepok uang dan menyodorkannya ke dekat Mawar.

"Tetap siaga bila terjadi sesuatu ketika saya tidak ada!."

"Baik." Mawar mengambil uang itu dan masuk ke dalam kamar nya.

****

Bel sekolah berbunyi membuat para siswa girang dan mulai berkumpul untuk menghabiskan waktu istirahat mereka bersama, ada yang pergi menuju kantin ada yang duduk berkelompok dan membuka bekal makanan yang mereka bawa dari rumah. Levin mengambil tas bekalnya sebelum menengok ke tempat Mawar duduk, mata Levin tidak menemukan keberadaan Mawar di kelas, Levin mengambil jaket pink yang di beli Mawar kemarin dan pergi menuju halaman belakang sekolah.

Dengan ragu Levin berjalan ke balik pohon dimana ia langsung menghembuskan nafas lega karena Mawar tengah duduk disitu sambil melahap sebuah roti.

"Apa sepotong roti bisa membuat mu kenyang?" Levin memecahkan kesunyian.

Mawar melirik sekilas ke arah Levin dan memilih fokus menghabiskan roti yang ada di tangan nya.

Tanpa persetujuan Levin duduk disamping Mawar, ketika ingin berbisik refleks Mawar bergerak mundur. Jarak wajah Levin dan Mawar terbilang cukup dekat, menghiraukan ketidak nyamanan Mawar, Levin mendekatkan wajahnya ke telinga sang gadis.

"Pohon ini berhantu." bisik Levin.

Mawar yang mendengar itu kesal dan mengambil botol minum untuk memukul kepala Levin.

"Au..." Levin meringis kesakitan. "Kenapa kau memukul kepalaku?."

"Pergi dari sini!" Untuk pertama kalinya Levin melihat sebuah ekspresi risih di wajah Mawar.

"Teryata kau bisa juga berekspresi."

Mawar memberikan tatapan tajam nya pada Levin yang sedang tersenyum.

"Ini." Levin menyodorkan jaket yang ia bawa. "Kau belum membayarnya."

"Berapa harganya?".

"Harga jaket 500." Levin bercanda.

"500?!." Mawar sedikit meninggikan suaranya.

"Kau mengambil tanpa melihat harganya?" Levin terlihat binggung karna Mawar percaya dengan harga yang ia ucapkan.

"Besok akan ku bawa uangnya." Mawar mengambil jaket pink itu dari tangan Levin.

"Aku tidak menerima pembayaran secara cash." Levin menolak. "Kau bisa mencicil jaketnya sampe kita lulus sekolah."

"Tidak perlu aku bisa membayar tanpa harus -."

"Cicil saja, aku ingin kau membayar jaket itu dengan menyicil." Tegas Levin.

"Aku akan membayar sepenuhnya besok."

"Tidak mau, aku ingin kau menyicilnya." Levin bersikukuh.

Mawar mulai menaruh kecurigaan pada Levin.

"Apa tujuan mu? Kenapa kau bersikeras agar Aku menyicil jaket ini?."

"Aku tidak ingin membebani mu dengan harga jaket ini." Jelas Levin .

"Aku mampu membayarnya, jadi aku tidak merasa terbebani."

"Baiklah aku akan jujur padamu, Aku ingin memiliki alasan untuk berbicara dengan mu." Ungkap Levin. "Aku ingin berteman denganmu."

"Aku tidak butuh teman." Sanggah Mawar.

"Karna itu aku ingin kau membayarnya dengan menyicil, agar aku bisa bicara denganmu tanpa harus menjadi teman." Levin bersungguh-sungguh.

Mawar merasakan kesungguhan dalam kata kata yang di lontarkan Levin. Mereka saling menatap dalam sepersekian detik sebelum suara bel terdengar menghapus keheningan di antara Levin dan Mawar.

"Waktunya masuk kelas." Levin terlihat gugup saat berdiri dan berjalan terlebih dulu.

****

Mawar yang baru selesai mandi setelah berolahraga, duduk di tepi kasur dan menatap jaket pink yang menggantung di pintu lemari, Mawar merasakan perasaan aneh ketika pikirannya mengingat wajah Levin, senyumannya, dan kebersamannya bersama Levin. Mawar tidak melawan perasaan yang baru pertama kali ia rasakan, ia membiarkan perasaan aneh itu menjalar dan membuat sebuah senyuman kecil di wajah Mawar yang selama ini datar dan dingin.

Senyuman itu tak berlangsung lama ketika terdengar suara gebrakan pintu terdengar, Mawar langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar kamar, tubuhnya terhenti ketika melihat 2 orang pria bertubuh besar dan tinggi tengah berdiri di ruang tamu.

"Mau apa kalian?." Mawar mengenal mereka yang tempo hari membuntutinya.

"Dimana ayah mu?." Tanya salah satu dari mereka.

"Dia tidak ada disini." Jawab Mawar tenang.

"Mengurus gadis kecil ini aku tidak perlu bantuanmu, tunggu saja di luar siapa tau Ayah nya akan pulang."

"Baiklah, lakukanlah dengan cepat dan tenang." Salah satu pria besar itu keluar.

Mawar menarik nafas dan menyiapkan tubuhnya untuk melawan pria yang ada di hadapannya.

"Anggap saja kau mati karena ulah Ayah mu." pria itu berjalan mendekati Mawar. "Kau tidak takut padaku?!"

Mawar tidak menjawab ataupun lari, Mawar hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam.

Pria itu mulai melayangkan pukulannya namun Mawar berhasil menghindar, Mawar melakukan gerakan tinju yang ia pelajari untuk melawan musuhnya, pria itu tidak mengira Mawar dapat membalas bahkan mengenai wajahnya, perkelahian pun tak terelakan beberapa kali Mawar terkena pukulan hingga tersungkur, dan beberapa kali juga pukulan yang Mawar lepaskan berdampak terhadap musuhnya. Terlihat darah mulai muncul dari mulut pria besar itu, begitu pun dengan Mawar yang tubuhnya sudah penuh dengan keringat serta hidung dan mulutnya berdarah, pria itu sudah muak bermain tinju dengan Mawar sehingga ia mengeluarkan pisau yang ia simpan dari tadi di saku belakangnya, saat pria itu mendekatinya Mawar mengunakan jiu jutsu untuk menjatuhkan pria yang memiliki postur jauh lebih besar dan berat dari nya, ia mencoba mengunci tangan kanan yang memegang pisau hingga pisau itu terjatuh, Belum sempat Mawar melayangkan tinju, pria itu menarik tubuh Mawar dengan tangan kirinya hingga ia terbanting ke lantai. tubuhnya yang besar menindih tubuh Mawar yang kecil, dan mencekik leher Mawar sekuat tenaga, Mawar mencoba melepaskan tangan itu namun tidak bisa, tangan kanan Mawar bergerak gusar berharap bisa mendapatkan pisau, Akhirnya pisau itu tergapai Mawar langsung menusukan senjata itu ke leher musuh yang berhasil membuat cekikan itu terlepas, pria itu jatuh tersungkur membuat Mawar mulai bisa bernapas dengan benar. mawar merangkak menjauh dari tubuh pria yang mulai bersimbah darah, Mawar tidak berani mendekat atau sekedar melihat pria itu sudah mati atau masih hidup. Wajah Mawar sudah penuh dengan cipratan darah tubuhnya bergetar hebat, air mata terus turun dari pelupuk mata Mawar. Suara langkah kaki terdengar dari halaman belakang, mawar mengumpulkan sisa tenaganya untuk berdiri bersiap bila pria satunya datang, Mawar merasa lega ketika melihat perut pria besar itu masih bergerak walau penggerakan nya sangat pelan, Mawar berpikir pria ini masih bisa di selamatkan.

Langkah kaki itu berhenti di ambang pintu dan yang Mawar lihat bukan teman pria itu melainkan Roy yang sedikit menyeringai.

"Kau berhasil melumpuhkan orang ini." Roy mendekat ke tubuh pria besar yang masih bernafas. "Namun sayang, kau tidak berhasil membunuhnya." Roy mencabut pisau yang ada di leher dan menusuk kan pisau itu ke titik vital yang di leher.

Tubuh mawar terjatuh melihat tindakan Roy, Mawar tertegun mematung melihat apa yang telah dilakukan Roy .

To Be Continued

Di tunggu kritik dan saranya ^^

Part 3

Matahari yang sudah menyongsong tinggi di langit pun tidak berhasil membujuk Mawar yang masih menutup tubuh nya dengan selimut, Mawar masih merasa bersalah dan ketakutan karena apa yang ia lakukan dan ia saksikan.

Suara pintu kamar terbuka di iringi dengan suara Roy.

"Temui saya di halaman belakang!."

Mawar memejamkan matanya menguatkan hati dan tubuhnya untuk menemui Roy.

Mawar keluar kamar dan berjalan ke halaman belakang dimana Roy sudah berdiri dengan sebuah boneka besar yang di ikat di sebuah pohon. Roy menyodorkan sebuah pisau pada Mawar, Mawar memasang raut wajah ketakutan lalu mundur satu langkah dari posisinya.

"Kau harus melatih penggerakan pisau mu, kemarin kau tidak berhasil membunuhnya." Roy mengambil lengan Mawar yang bergetar dan menaruh pisau itu di tangan Mawar.

"Tusukkan pisau ini hingga air dalam boneka itu keluar." Titah Roy yang sudah menyiapkan air di dalam boneka berbentuk manusia.

Tangan Mawar masih bergetar, Roy menghadapkan tubuh mawar ke boneka dan berbisik di telinga Mawar.

"Kau tidak peru takut dengan pilihanmu sendiri." Roy menepuk pundak Mawar.

****

Sudah tiga hari Mawar tidak masuk sekolah, wali kelas memberitahukan kalau Mawar sedang sakit. Levin yang tidak tahu dimana rumah Mawar atau pun number telponnya hanya bisa menunggu kehadiran Mawar.

Seutas senyum tergambar di wajah tampan Levin ketika kembali melihat Mawar masuk ke dalam kelas setelah 3 hari ia tidak melihatnya, tapi seperti biasa Mawar tidak membalas senyuman dan hanya melewati Levin begitu saja.

Waktu istirahat pun tiba, levin sudah tau harus pergi kemana untuk bisa bertemu dengan Mawar. Levin tidak mengeluarkan sepatah katapun ketika melihat Mawar yang tertidur dengan memeluk lututnya, Levin mencoba melangkah lebih dekat namun tanpa di sengaja dia menginjak ranting kering yang ada membuat Mawar terbangun dari tidurnya dan langsung melihat ke arah Levin.

"Hai." Levin tersenyum canggung.

Mawar tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, dan hanya memalingkan wajahnya dari Levin.

"Kau terlihat lebih murung dari biasanya." levin duduk di samping Mawar.

Mawar tidak menghiraukannya.

Levin menjulurkan tangannya ke kening Mawar.

"Tubuhmu dingin."

Mawar kembali melihat ke arah levin sembari menurunkan tangan Levin dari keningnya.

"Kau takut hantu bukan?! Kenapa kau sering datang kemari?." Suara Mawar terdengar begitu lelah.

"Aku tidak takut hantu kalau bersama mu." Levin membalikan telapak tangan mawar yang penuh dengan luka. "Ada apa dengan tanganmu?."

Mawar mencoba menjauhkan tangannya dari Levin, namun genggaman Levin terlalu kuat.

Levin menatap mata mawar dengan tatapan penuh ke khawatiran.

"Apa yang kau lakukan sehingga tanganmu seperti ini?." Levin membalikan tangan kiri Mawar yang tak jauh berbeda dengan tangan kanannya.

Mawar terus menatap Levin dengan sendu, Mawar merasa ingin memeluk Levin dan menangis dan mengeluarkan semua yang ia rasakan selama ini. Levin meniup setiap luka yang ada di tangan Mawar.

"kau tidak boleh sedekat ini denganku."

Levin mengangkat kepalanya untuk menatap Mawar, ia melihat air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata Mawar.

Tanpa persetujuan Mawar Levin memeluk tubuh Mawar dan menenggelamkan Mawar ke dalam tubuhnya. Mawar merasakan sesuatu yang mendesak dalam dirinya, pelukan hangat Levin membuat pertahanannya ambruk dan langsung menangis tersedu sedu mengeluarkan semua yang berkecamuk di dalam hatinya.

****

Matahari sudah berganti dengan bulan tanpa bintang malam ini. Mawar duduk di tepi kasur dan menatap kembali jaket pink yang masih tergantung di pintu lemari, untuk pertama kalinya ia merasa tubuhnya ringan dan udara yang ia hirup terasa tidak begitu menyesakkan.

Suara ketukan mengalihkan perhatian Mawar.

"Bersiap lah, saya tunggu di mobil." Suara Roy terdengar di balik pintu.

"Baik." Jawab Mawar.

Mawar berpikir sejenak sebelum mengambil jaket pink untuk menghangatkan tubuhnya.

Di dalam mobil Roy menatap aneh karena baru pertama kali Mawar menggunakan pakaian atau jaket berwarna cerah.

"Kapan kau membeli jaket itu?." Tanya Roy.

"Saat aku di ikuti." Jawab Mawar.

"Kau menggunakan itu untuk mengelabui mereka?." Roy terdengar meremehkan.

"hm." jawab singkat Mawar.

Setelah sampai di tempat tujuan, Mawar mengikuti Roy dari belakang melewati pasar yang sudah tutup dan masuk kedalam satu toko, Mawar melihat ke sekeliling toko yang hanya menjual ramuan ramuan herbal, Mawar melihat Roy berbisik pada penjaga toko, penjaga toko seorang pria paruh baya menatap ke arah Mawar yang membuat Mawar sedikit risih.

"Kau yakin dia bisa melakukanya?." Tanya penjaga toko sembari melihat ke arah Mawar.

"Jangan meremehkan penerusku." Ujar Roy sebelum memberi isyarat pada Mawar untuk mengikutinya lagi.

Mawar menilik tajam ke arah penjaga sebelum mengikuti Roy masuk ke bagian dalam toko yang memiliki pintu rahasia dan tangga menuju ke ruangan bawah tanah.

Mawar mengerutkan dahinya ketika melihat orang orang bertopeng duduk memandang mereka, dan Mawar melihat ada sebuah ring di tengah ruangan.

"Akhirnya penantang kita sudah datang." Ujar salah satu dari mereka.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama." Sahut Roy.

Roy membalikan tubuhnya menghadap Mawar.

"Sekarang tunjukan hasil latihan mu selama ini." Mawar menatap Roy tak mengerti. "Bunuh lawanmu di atas ring."

"A..aku belum siap." Mawar mencoba lari dari tempat itu, namun lengan Roy lebih cepat menangkap lengan Mawar.

"Tidak ada kata itu di hidupmu," Bisik Roy di telinga Mawar. "Di hidupmu hanya ada kata bunuh atau di bunuh." Mawar menatap nanar ke arah Roy.

"Lepas tas dan jaket mu, lalu naik ke atas ring."

Mawar menarik nafas dalam lalu melepaskan jaket dan tas, menghembuskan nafas yang ia hirup sembari berjalan ke atas ring.

Mawar melihat lawannya seorang pria yang tidak terpaut umur jauh darinya, badanya tak sebesar pria tempo hari.

Terdengar suara pertanda pertandingan di mulai pria itu mulai menunjukan kemampuannya, tidak semua serangan dapat Mawar tangkis sehingga mengenai wajah dan meninggalkan luka di beberapa bagian tubuh lainnya. Mawar belum membalas serangan pria itu sampai Roy meminta waktu untuk berbicara dengan Mawar sebentar di atas ring.

Roy mendorong tubuh Mawar dengan kasar ke ujung ring.

"Kalau kau seperti ini terus kau akan mati!! Bunuh dia! Hancurkan musuhmu."

"Aku tidak ingin membunuh siapapun!." Jawab Mawar.

Roy menekan sikutnya di leher Mawar. "Kalau kau berpikir seperti itu, kau tidak akan pernah menemukan pembunuh orang tuamu."

Mawar menatap Roy penuh kebencian.

"Keluarkan hasrat pembunuh mu, tunjukan padaku kalau kau sudah bisa membunuh manusia." Roy menghempaskan tubuh Mawar dan mempersilahkan pertandingan untuk di lanjutkan.

Sorot mata mawar kini berubah, sorot matanya tampak dingin dan kejam. Mawar mulai memberikan perlawanan dan tidak membiarkan pria itu mendaratkan pukulan lagi di tubuhnya, Mawar mengeluarkan semua kemampuannya untuk menjatuhkan lawannya, hingga sampai dimana Mawar menduduki tubuh pria itu dan akan melayang kan tinjunya.

"Selamatkan saya." Rintih pria yang wajah nya sudah tertutup dengan darah.

Rintihan itu menyadarkan Mawar, Mawar menurunkan lengannya dan berdiri dari posisinya dan melihat keadaan pria itu tidak berdaya di bawah kakinya. Suara yang menandakan pertarungan berhenti terdengar, seseorang mendekati tubuh pria itu untuk mengecek apa dia sudah mati atau belum.

"Dia masih hidup." Mawar yang mendengar itu bernafas lega dan melangkah mundur dari posisinya.

Mobil melaju dengan sangat cepat, Roy terlihat sangat tidak puas dengan hasil pertandingan tadi.

"Kenapa kau tidak membunuhnya." Roy kesal.

Mawar hanya terdiam seraya menatap lampu lampu jalanan yang terlewati.

"Jangan pernah melupakan perjanjian kita." Roy mengingatkan. "Saya membiarkanmu hidup bukan untuk menjadikan mu manusia yang baik hati."

Mawar memejamkan matanya sembari meremas jaket pink yang ia kenakan.

****

Mawar menjadi bahan gunjingan di sekolah karena wajahnya penuh luka dan kedua tangannya di perban. Mawar bersama Roy baru saja keluar dari ruang guru dan langsung melihat Levin yang sudah menunggu mereka sedari tadi. Levin menyapa Roy dengan tersenyum sembari menundukkan kepalanya sedikit, Roy membalas sapaan Levin dengan tatapan dingin.

"Ayo masuk kelas." Karena tatapan itu Levin bersikap canggung pada Mawar.

Mawar pun melangkah terlebih dahulu tanpa berpamitan dengan Roy.

Roy berkutat dengan pikirannya ketika melihat Mawar dan Levin berjalan bersama menuju kelas mereka, Roy melihat senyuman tulus yang di berikan Levin pada Mawar dan interaksi Mawar pada Levin terlihat sangat berbeda dengan Mawar yang biasa ia lihat, Roy menyeringai sebelum memalingkan pandanganya.

Levin dan Mawar duduk bersama di tempat persembunyian mereka. Levin tidak bisa menghentikan senyumannya ketika Mawar mengunakan jaket pink yang mereka beli bersama.

"Berhentilah tersenyum." Ujar Mawar.

Levin hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Aku senang kau mulai menggunakan jaket ini." Ungkap Levin.

"Apa kau tidak takut padaku?." Mawar menatap Levin dengan sendu.

"Hm.. aku sudah melewati ketakutan ku padamu."

"Maksudmu?!." Mawar tidak mengerti.

"Pertama kali aku bertemu dengan mu aku takut kau memukulku, dan di hari pertama itu juga kau membuat hidung ku berdarah, jadi tidak ada lagi yang harus ku takutkan darimu."

Untuk pertama kalinya Levin melihat senyuman di wajah Mawar yang saat ini penuh dengan luka.

"Dan ketakutan kedua ku padamu baru saja terlewati." Levin memasang wajah seriusnya.

"Ketakutan apa itu?" Mawar masih tersenyum.

"Ketakutan kedua ku ialah jatuh cinta padamu, dan sekarang ketakutan itu hilang karena aku sudah jatuh cinta padamu." Senyuman yang tadi terlukis di wajah Mawar kini sirna setelah mendengar pengakuan Levin.

Raut wajah Mawar berubah drastis, tergambar jelas ke khawatiran dari sorot matanya.

"Jangan jatuh cinta padaku, kau akan menyesalinya." Titah Mawar.

"Aku tidak akan menyesalinya!". Pungkas Levin.

"Kau tidak mengenalku."

"Buatlah aku mengenalmu."

"Kau akan berlari dan membenci dirimu sendiri karena perasaan mu itu."

"Aku tidak akan berlari dan membenci perasaan ku padamu." Tekad Levin.

"Pembohong."

"Kalau begitu sadarkan aku, buatlah aku membenci perasaan ini dan berlari dari mu," Levin menggenggam tangan kanan Mawar. "Tunjukan siapa dirimu yang sebenarnya padaku."

Mawar ingin sekali memberitahu semuanya pada Levin, tapi mulutnya tidak bisa bersuara. dadanya terasa penuh dan sesak.

"Biarkan aku berada di sisimu, dengan begitu aku bisa mengenal siapa dirimu." Ucapan Levin begitu menenangkan bagi Mawar.

Mawar mencoba mempertahankan batasan yang sudah ia buat agar tidak memiliki perasaan pada siapapun.

"Aku jatuh cinta padamu Mawar."

Mawar tidak bisa lagi mempertahan kan batasannya ia mendekatkan tubuhnya pada Levin dan mencium bibir Levin, bibir mereka pun saling bertautan di iringi air mata yang jatuh dari pelupuk mata Mawar.

To Be Continued...

Jangan lupa kritik dak saranya ^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!