Mawar membuka pintu lemari yang ada di kamarnya memilah apa ada pakaian yang cocok untuk di gunakan hari ini. Mawar mengendus sedih ketika ia tidak menemukan pakaian yang di rasa cocok untuk hari ini, mau tidak mau Mawar mengambil kaos putih dan celana jeans di dalam lemari, setelah dirasa sudah siap Mawar berdiri di depan cermin untuk mengikat setengah rambut nya. Mawar merasakan gejolak yang begitu mendebarkan di dalam dirinya yang membuat senyuman manis tidak mau hilang dari parasnya, sebelum Mawar melangkah keluar kamar ia mengunakan jaket pink.
Mawar keluar kamar dan melihat sekilas Roy yang sedang membaca buku di ruang tamu, Mawar melewati Roy begitu saja tanpa sepatah kata pun, langkahnya terhenti ketika Roy membuka suaranya.
"Bawa ini." Roy menyodorkan handphone di atas meja.
"Untuk apa?." Mawar heran.
Selama ini Roy tidak pernah mempermasalahkan atau menanyakan kegiatan Mawar selain tentang latihan dan urusan pekerjaan, begitu pun sebaliknya Mawar tidak pernah berpamitan atau memberitahu kemana dia akan pergi dan dengan siapa.
"Bawa saja, kau bisa menghubungi saya bila terjadi sesuatu." Jelas Roy.
"Tidak perlu." Tolak Mawar.
"Bawa!" Roy menegaskan suaranya.
Mawar yang tidak memiliki waktu untuk berdebat dengan Roy mengambil handphone yang ada di meja, lalu pergi begitu saja. Roy menyeringai ketika melihat Mawar memasukan handphone ke dalam saku celananya.
****
Hari minggu membuat gedung sekolah menjadi sepi dan hening, levin berdiri didepan pagar sembari menyembunyikan senyuman bahagianya. Levin dan Mawar telah berjanji akan menghabiskan hari libur ini bersama sama, Levin mengembangkan senyumannya yang sedari tadi ia tahan ketika melihat Mawar.
"Mawar." Levin melambaikan tangannya dan berlari kecil menuju Mawar.
Mawar membalas senyuman Levin. "Kau sudah lama menungguku?."
"Tidak, aku juga baru sampai," Levin meraih tangan Mawar. "Ayo."
Levin menuntun Mawar di sampingnya.
"Kita mau pergi kemana?." Tanya Mawar.
"Kemanapun langkah kaki kita melangkah." Jawab Levin bahagia.
Levin mengajak Mawar menonton bioskop, setelah menonton bioskop mereka menyusuri food street untuk mengisi perut mereka yang kosong, mereka mencoba banyak makanan yang ada disana, pertama kalinya Levin melihat Mawar memakan makanan selain roti dan Mawar terlihat begitu lahap.
"Apa makanannya enak?." Levin memandang Mawar dengan penuh kasih sayang.
"Hmm." Mawar mengangguk dengan mulutnya yang penuh. "Kau harus mencobanya."
Levin membuka mulutnya berharap Mawar menyuapinya.
"Gunakan tanganmu sendiri." Mawar berpaling dari Levin dan kembali fokus pada makanan nya.
Levin menutup mulutnya dan mengubur keinginannya untuk di suapi.
Setelah lelah berjalan jalan, mereka duduk di sebuah cafe dan memesan minuman dan sepotong cheese cake tiramisu. Mereka memilih meja yang berada diluar cafe.
Levin memotong ujung cheese cake itu dan menyodorkan nya pada Mawar.
"Makan saja sendiri." Mawar menolak.
"Sekali saja, aku ingin menyuapi mu." Minta Levin dengan wajah memohon.
Mawar yang merasa berterimakasih pada Levin, tidak bisa berdebat dan membiarkan makanan itu masuk kedalam mulutnya. Levin tersenyum lebar ketika melihat reaksi Mawar yang mengemaskan.
"Kue ini enak sekali." Kagum Mawar.
"Sekarang giliran ku mencobanya." Levin menyodorkan sendok kue ke tangan Mawar.
Akhirnya harapan kecil untuk di suapi Mawar terpenuhi juga.
"Terimakasih." Levin tersenyum bahagia.
Mawar kembali tersenyum ke arah Levin yang sedang merogoh saku celana dan mengeluarkan handphonenya.
"Berapa nomer telepon mu? Sudah lama aku ingin menanyakan ini." Levin menjulurkan handphonenya.
"Aku tidak punya nomer telepon." Jawaban Mawar membuat Levin tak percaya.
"Bagaimana bisa kau tidak punya?!."
"Karena aku tidak membutuhkan nya."
"Bagaimana kau menghubungi Ayah dan teman mu kalau terjadi sesuatu? Begitupun sebaliknya." Levin tidak mengerti dengan pemikiran Mawar.
"Aku tidak memiliki teman." Jawaban Mawar membuat Levin sedikit mengerti.
"Jadi kau tidak memiliki handphone."
"Ah, aku baru ingat tadi Ro- ayah ku memberikan ini padaku." Mawar mengeluarkan handphone yang sedari tadi ia bawa.
Levin langsung mengambil handphone itu dan menuliskan nomer teleponnya.
"Sekarang kau punya teman.. bukan kau sudah memiliki kekasih, jadi kau harus menyimpan nomer teleponku." Levin membuat panggilan ke nomer teleponnya sendiri.
"Sekarang kemanan pun kau pergi, aku bisa mencari mu." Mawar mengambil handphonenya dan melihat nama yang ada di layar handphonenya. 'kekasihku'.
Secara diam diam Levin memotret mawar yang sedang tersenyum ketika melihat layar handphone nya. Kemudian Levin menggeser kan kursinya ke dekat Mawar, dan mengambil handphone Mawar.
"Lihat kamera." Levin merangkul pundak mawar "Senyum."
Levin kembali mengangkat handphonenya karena belum mendapatkan gambar yang ia rasa bagus.
"Sudah." Mawar mengambil handphonenya di tangan Levin.
"Kita lihat bagaimana hasil gambar nya." Levin membuka hasil tangkapannya.
Mawar terdiam begitu melihat ada sosok pria mengunakan jaket, topi dan masker hitam sedang memperhatikan mereka di dalam foto, Mawar langsung membalikan badanya ke belakang dan melihat ke sekeliling, Mawar mulai merasakan ketegangan di dalam tubuhnya ketika sosok yang di dalam foto tidak di temukan. Mawar membalikan tubuhnya dan melihat Levin yang sedari tadi mengoceh sendiri.
"Foto ini bagus bu -." Levin terdiam ketika melihat raut wajah Mawar. "Ada apa ?."
"Ayo pergi dari sini." Mawar menyimpan handphone itu kedalam sakunya dan menggenggam tangan Levin.
Levin yang tidak tahu apa yang terjadi pada Mawar hanya mengikuti langkah Mawar yang gusar tanpa sempat bertanya, Mawar membawanya ke tempat yang ramai, langkah mereka terhenti di tengah keramaian.
"Ada apa? Kau ingin membeli sesuatu?." Tanya Levin yang akhirnya dapat bertanya.
Mawar melepaskan genggamannya.
"Sekarang sudah malam, aku harus pulang." Mawar mencoba untuk tenang di tengah pikiran nya yang campur aduk.
Levin tidak di beri waktu untuk bertanya lagi oleh Mawar yang sudah berjalan tanpa menoleh sekalipun kepadanya, ketika Levin akan mengejar Mawar ada sosok pria yang menghadangnya.
"Bisa kah kau menolongku?" pinta pilu pria itu.
sebelum menjawab pria yang ada di hadapnya Levin melihat Mawar sudah menyebrang menjauh.
"Apa yang bisa ku bantu?." Levin tidak menaruh curiga sedikit pun.
"Teman ku sedang mabuk parah, aku tidak memiliki tenaga untuk membopongnya pulang karena tangan ku sedang sakit." Jelas pria itu.
"Baiklah, Dimana temanmu itu?."
"Ikuti aku." Pria itu berjalan di depan Levin sambil menyeringai.
Mawar berjalan dengan perasaan waspada, melihat ke sekeliling dan sesekali melihat kebelakang untuk memastikan pria bertopi itu mengikutinya atau tidak. Pandangan Mawar terhenti ketika melihat Levin tengah berjalan mengikuti pria yang tadi ia lihat di dalam foto, ketika Mawar membalikan tubuhnya Mawar melihat pria lain yang mengunakan serba hitam tengah menyeringai ke arahnya.
Mawar yang sudah membaca situasinya langsung berlari mengejar Levin yang sedang dalam bahaya, Mawar merasa menjadi bodoh karena tidak bisa menyadari keberadaan orang orang yang mengikutinya, Mawar hanya fokus pada dirinya dan Levin.
Levin yang masih memikirkan Mawar tidak memperdulikan kemana langkah kakinya berjalan, ia hanya mengikuti pria yang di hadapannya hingga mereka sampai di jalan buntu nan gelap.
"Dimana temanmu?." Dengan polosnya Levin bertanya.
Pria itu membalikan tubuhnya dan langsung mendaratkan tinjunya ke perut Levin yang tidak memiliki pertahanan. Levin terhuyung kebelakang, tidak melewatkan kesempatan pria itu menendang Levin hingga terjatuh.
"Apa yang kau lakukan!!" Teriak Levin.
Tanpa pikir panjang pria itu meninju wajah Levin beberapa kali.
Mawar terus berlari seraya mencari keberadaan Levin, perasaan takut sudah menguasai pikiran dan tubuhnya.
"Levin." Teriak Mawar.
Mawar berlari kejalan kecil, berharap ia bisa menemukan Levin secepatnya, Mawar keluar dari jalan kecil ke jalan yang tidak begitu besar namun sepi, tidak ada orang di sekitar jalan itu saat Mawar akan melangkah ke arah kanan terdengar suara rintihan di arah yang sebaliknya, Mawar pun mengikuti suara itu dan menemukan Levin yang sedang melawan pria yang sudah menyerangnya.
Mawar mengambil batu lalu mendaratkan batu yang ia pegang ke kepala pria itu hingga terhuyung dan tak sadarkan diri.
"Mawar." Levin menggenggam tangan Mawar untuk kabur namun langkah mereka terhenti.
Pria ke dua yang tadi mengikuti Mawar sudah berdiri di hadapan mereka, Levin menarik Mawar kebelakang tubuhnya.
"Siapa kalian?." Tanya Levin dengan wajahnya yang penuh luka.
"Kita tidak punya waktu untuk berbicara, aku harus membunuh kalian." Pria kedua itu melakukan peregangan.
"Kau harus lari dari sini." Bisik Mawar sebelum melangkah maju untuk melawan pria kedua itu.
Levin sedikit terkejut melihat Mawar dapat memberikan perlawan.
"Cepat lari!!" Teriak Mawar seraya mencoba untuk menjatuhkan pria yang ada di hadapannya.
Saat Levin akan berlari tubuh nya terbanting ke belakang karena pria kesatu sudah terbangun.
"Kau mau lari kemana?!"
Mawar yang melihat Levin dalam bahaya mengeluarkan jiu jitsu untuk menjatuhkan lawannya, setelah lawan nya jatuh Mawar bergegas menarik pria kesatu untuk menjauh dari Levin dan menghajarnya. Levin melihat pria kedua berdiri, Levin pun berlari untuk menghadang pria kedua meski ia tahu kekuatannya tidak sebesar lawannya.
Mawar yang gerakannya tidak terarah karena harus memperhatikan Levin yang beberapa kali terkena pukulan menjadi kesempatan pria kesatu untuk menjatuhkan kan Mawar, pria kesatu berhasil membuat tubuh Mawar tersungkur dan jatuh di bawah tubuhnya. pria kesatu tidak menyiakan kesempatannya untuk memukuli wajah Mawar dan tangan satunya mencekik leher Mawar.
Levin tersungkur ketika wajah nya terkena tinju entah untuk ke berapa kali, ia mengunakan moment itu untuk mengambil batu dan memukul pria kedua hingga terjatuh ketanah. Dengan batu yang masih ada ditangan nya Levin memukul kepala pria kesatu dengan sangat keras hingga terjatuh.
"Mawar." levin membantu mawar untuk bangkit.
Saat mereka akan lari pria kedua sudah berdiri dengan pisau di tangannya dan berjalan mendekati mereka.
"Aku tidak akan membiarkan kalian hidup." Pria kedua itu mulai menyerang.
Mawar menyangkal serangan itu dan berusaha melepaskan pisau dari pemiliknya.
"Pergi dari sini sekarang!!" Teriak Mawar.
Levin berniat untuk lari kembali terjatuh karna kakinya di tahan pria kesatu.
pria kesatu itu menindih tubuh Levin yang tengkurap dan mengambil batu untuk menghajar kepala bagian belakang Levin.
Ketika batu itu mendarat di kepala Levin Mawar berhasil mengambil pisau di tangan pria kedua dan langsung menusukan pisau itu ke leher pria kesatu dengan sangat dalam, Mawar kembali menarik pisau itu keluar darah pria kesatu mulai berserakan. Mawar yang sudah tersulut amarahnya melihat Levin sudah tak berdaya langsung melayangkan pisau itu ke pria kedua, walau melakukan perlawanan namun mawar berhasil menusuk leher pria kedua itu beberapa kali, hingga di pastikan pria kedua itu tewas. Mawar membalikan tubuh Levin yang sudah terkulai.
"Levin." Mawar menangis histeris.
Tangan kiri Mawar mengangkat kepala Levin kedalam pelukannya, mencoba menutup luka di belakang kepalanya yang terus mengeluarkan darah, tangan kanannya yang terus bergetar mencoba untuk mengambil handphone agar ia dapat memanggil ambulance.
To Be Continued . ..
Di tunggu kritik dan sarannya ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Andi Fitri
makax mawar jgn jatuh cinta dulu krn bikin kmu ribet dan susah cari pembunuh ortu mu...😁
2023-11-06
1