Berlapang dada

Sepanjang perjalanan pulang, Rania tak mengucapkan sepatah kata pun. Rania diam membisu hanya terdengar isakan yang menyedihkan.

Setelah mendapat setengah dari perjalanan Indah pun memutuskan untuk menghentikan motornya di sebuah gubug kecil yang menjual aneka makanan ringan dan minuman.

Di sebelah gubug itu terdapat sebuah embung (danau buatan yang dipergunakan untuk irigasi sawah) disana banyak pemancing yang mencari peluang untuk mendapatkan ikan.

Indah pun duduk di tepian danau tersebut sekedar untuk melepas lelah.

Indah dan Rania pun duduk beralaskan rumput yang hijau.

indah membawa 2 botol minuman dingin dan juga cemilan untuk mereka berdua.

"minum dulu Ran,,, kamu pasti haus" ucap Indah sambil menyodorkan sebotol teh kemasan tersebut.

Rania pun menerimanya dan meminumnya sedikit.

"makasih ndah,,, "

"aku tahu ini semua berat untukmu, tapi aku yakin kamu mampu melaluinya dengan baik Ran,,, mas ku itu emang keterlaluan" gerutu Indah.

"aku sakit ndah,,, mas mu menyakitiku,, dia membawa perempuan tidur di dalam kamarnya ndah,, dia jahat!!!" tangis Rania pecah seketika menginggat kejadian itu.

Indah pun dengan sigap memeluk Rania, agar dia lwbih tenang.

"yang sabar ya Ran,,," ucap Indah sambil mengelus punggung sahabat baiknya itu.

Sepertinya impian Indah untuk menjadikan Rania sebagai kakak iparnya pupus sudah.

Mana mungkin Rania bisa memaafkan kelakuan kakaknya yang sudah terlampau buruk.

Dia menginapkan seorang wanita di dalam kamar kostnya, itu hal yang paling menjijikan yang pernah Indah ketahui sepanjang hidupnya.

Setelah sejenak mereka menenangkan diri di tepian danau, akhirnya Rania dan Indah pun memutuskan untuk kembali ke kampung mereka.

Sedari tadi ponsel mereka berdua pun berdering silih berganti, panggilan telepon siapa lagi kalau bukan dari Irwan.

Saat mereka sampai di kampung, Indah pun mengantar Rania dahulu ke rumahnya, Rania terlihat sangat murung, wajahnya pun sembab karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.

Terlihat di depan rumah Rania sudah duduk di teras seorang pemuda yang sudah membuat hatinya kecewa. Ternyata Irwan menyusul mereka untuk pulang ke kampung.

"kamu sudah sampai nduk??? Katanya mau memberi kejutan untuk nak Irwan, kenapa nak Irwan malah yang sampai disini duluan???" tanya bu Ningrum saat Rania turun dari motor Indah.

"ndak apa - apa buk,,," Rania pun ikut duduk di teras.

"ndah,,, sini kamu juga duduk disini,,," pinta Rania.

"ya sudah kalian ngobrol dulu, ibu mau kebelakang dulu,,," pamit Bu Ningrum.

Sepeninggalan Bu Ningrum tak ada kata yang keluar dari mulut ketiganya, semua membisu,,, larut dalam pikiran masing- masing,

"aku sangat lelah kalian pulang saja,,," ucap Rania mengusir kedua kakak beradik tersebut secara halus.

"aku bisa jelaskan semua ini padamu Ran,,," ucap Irwan, dengan menatap wajah Rania yang tetap tertunduk.

"aku kira semua sudah jelas mas, sudah cukup bagiku untuk mengetahui semua itu,,," balas Rania.

"hari pernikahan kita sudah sangat dekat dek,,,,kita harus bicarakan semua ini,,,,"

"jika mas tahu kita akan menikah,, kenapa mas tidak berpikir saat membawa wanita lain bermalam di kamarmu??? Tanya Rania.

"kau tahu bagaimana hancurnya hatiku mas???" tangis Rania yang semula ia tahan pun pecah.

"mas khilaf dek,,, maafkan mas,,," pinta Irwan.

"maaf mas untuk kali ini, aku tak bisa,,," ucap Rania sambil berjalan memasuki rumahnya.

Tak berapa lama pun Indah mengajak sang kakak untuk pulang, agar Rania bisa menenanhkan diri sejenak.

"ayo mas pulang,, Rania sedang kacau jangan paksa dia mendengar penjelasanmu itu" gertak Indah.

"kamu menyiayiakan berlian, hanya demi batu kerikil"

"pulang sekarang" perintah Indah.

Irwan pun menuruti kata Indah dengan berjalan pelan mendekati sepeda motornya, setelah menyalakan mesin motor itu mereka berdua pun berlalu dari rumah Rania.

***

Semenjak kepulangan kedua kakak beradik tadi Rania menggurung diri di kamar, ia meratapi nasibnya di khianati di saat - saat mereka akan melangsungkan pernikahan.

"nduk,,,,kenapa sejak kamu pulang tadi, kamu tidak keluar dari kamar to nduk???"

"ada apa cerita sama ibu" ucap Bu Ningrum yang memasuki kamar Rania.

Rania pun hanya menangis mendengar pertanyaan ibunya, Rania bangkit dan meletakkan kepalanya di pangkuan Bu Ningrum yang duduk di ranjangnya.

"mas Irwan bu,,,,,," ucap Rania.

"kenapa Irwan,,, kalian itu akan menikah beberapa hari lagi,,,kalau ada masalah ya di bicarakan dengan baik to nduk,,, jangan sedikit- sedikit ngambek,,,

ndak baik nduk,,,," ucap Bu Ningrum sambil mengelus kepala Rania.

"mas Irwan selingkuh bu,,,, tadi aku lihat ada perempuan yang menginap di kamar kostnya bu" Rania pun mengatakan apa yang ia lihat tadi di rumah kost Irwan.

"astagfirullah haladzim,,," ucap Bu Ningrum sambil beristigfar.

"mas Irwan mengkhianatiku bu,,," tangis Rania pun pecah di pangkuan ibunya, hatinya sakit,, luka yang di torehkan Irwan di hatinya sangatlah melukainya.

"kamu istirahatlah dulu, ibu mau bicara dulu sama bapak,,,," ucap Bu Ningrum dengan lembut seraya meninggalkan kamar Rania.

Bu Ningrum pun menemui suaminya yang sedang menikmati secangkir kopi hitamnya di samping rumah,, tempat yang sangat nyaman bagi Pak Usman untuk melepas penat usai menghabiskan waktu sepanjang hari di ladang.

"Pak,,,," sapa Bu Ningrum.

"iya bu,,," balas Pak Usman.

"Rania pak, dia dari tadi menangis, katanya Irwan selingkuh, Rania sendiri dan Indah yang melihatnya sendiri, Irwan membawa seorang wanita menginap di kamar kostnya pak,,,,"

Pak Usman pun tak bergeming, ia mematikan rokok yang sedari tadi menemaninya melepas penat.

"panggil Rania kesini bu,,, bapak mau bicara!!!" perintah Pak Usman.

Bu ningrum pun dengan cepat memanggil Rania supaya menemui ayahnya.

"duduk nduk!!!?" perintah Pak Usman kala melihat Rania berada di hadapannya.

"bapak mau tanya,,,,

Apa yang kamu harapakan dari Irwan???" tanya Pak Usman.

"tidak ada pak,,, hatiku sudah terlanjur sakit,,,"jawab Rania.

"kalau begitu biar bapak yang putuskan, lebih baik kita mundur saja, karena lelaki yang berselingkuh itu bukan kekhilafan, melainkan penyakit yang kapan saja bisa kambuh"

" Bapak tidak ikhlas jika anak perempuan kesayangan bapak disia- siakan oleh laki - laki macam Irwan" ungkap Pak Usman

"aku nurut saja pak, aku yakin keputusan bapak yang terbaik untukku" ucap Rania pelan.

"jadi Mas Irwan selingkuh mbak???? Kurang ajar!!!" ucap Rudi yang baru saja bergabung di antara mereka.

"harus tak kasih perhitungan dia,,, berani - beraninya menyakiti Mbak Rania"

"sudah Rud,,,, jangan menambah masalah lagi, cukup kita tahu saja,,,mundur lebih baik, mumpung belum terlanjur,,, masih ada waktu untuk mundur" ungkap bapak.

Mereka berempat pun terdiam, bayangan indah Rania yang akan menjalani biduk rumah tangga dengan Irwan musnah sudah.

Anggan - anggan yang mereka sering impikan saat mereka berdua telah sah menjadi pasang suami istri pun hangus sudah, terbakar rasa sakit yang Rania rasakan di hatinya.

"ayo bu,,, kita ke rumah orang tua Irwan" ucap Pak Usman mengajak istrinya.

Tak lama terdengar suara mesin sepeda motor yang dinyalakan, tak lama suara itu pun semakin menjauh dari rumah mereka dan menghilang.

***

Sementara di rumah Irwan sedang ada keributan besar, ayah Irwan yakni Pak Hadi, dia sedang memarahi Irwan habis - habisan karena ulahnya yang telah di adukan Indah pada kedua orang tuanya.

Sementara Bu Siti terus saja menangis melihat anak lelakinya di hajar oleh suaminya sendiri.

Bu Siti tak bisa membela putra kesayangannya sebab yang dilakukan oleh Irwan memang bukan perbuatan yang baik.

Bu Siti terduduk sambil terus mengusap air matanya yang terus saja mengalir.

Indah pun dengan setia menemai sang ibu dan menguatkannya.

"Bocah tak tahu diri,,, buat malu orang tua saja,,," ucap Pak Hadi saat sudah puas memukul anaknya yang tak melawan sedikitpun.

Irwan duduk di sofa ruang tamu dengan menundukkan kepalanya, tak berani Irwan menatap mata ayahnya yang penuh kilat amarah.

"aku tidak ada hubungan apapun sama perempauan itu pak,,,aku cuma main - main pak,,,, tidak serius,,,

aku hanya mencintai Rania ,,," ucap Irwan pelan.

"Terus kamu bisa berbuat zina sama perempuan selain Rania,,,, " gertak Pak Hadi.

"tolong pak,, buat keluarga Rania memaafkan aku pak,,,," ucap Irwan lagi,

"kamu mikir tidak to Wan,,,, orang tua perempuan mana yang mau menyerahkan anak gadisnya pada lelaki macam kamu,,,,"

Terpopuler

Comments

Amai Kizoku

Amai Kizoku

Jalan ceritanya bikin penasaran

2023-08-02

0

Michelle Flores

Michelle Flores

Gak bisa berhenti membaca, cerita ini keren banget, semangat terus author!

2023-08-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!