Awal Pernikahan Bahagia

Pada awal masa pernikahan, semua hal mungkin akan terasa indah. Setiap masalah yang muncul, mungkin akan dengan mudah terselesaikan.Tidak heran jika beberapa bulan pertama pernikahan, disebut dengan 'honeymoon stage' atau fase bulan madu tahap awal suatu hubungan. Pada fase ini, kegembiraan kita dan pasangan meningkat. Fase awal ini, tampaknya tak ada hal lain yang lebih penting selain menghabiskan waktu berdua bersama pasangan kita.

Pernikahan juga membuat setiap orang dapat mempelajari banyak hal baru, termasuk menoleransi kebiasaan menjengkelkan pasangan yang mungkin tidak pernah tampak sebelumnya.

"Mas, ayo bangun. Ini sudah kesiangan loh kita. Aku laper, kapan kita sarapannya kalau kita masih di kamar terus. Mandi gih, Mas!" Aku mengguncang tubuh mas Gibran agar dia bangun.

"Mas maunya mandi sama kamu, sayang. Kita lakukan sekali lagi pagi ini, ya please! Nanti setelah itu kita turun ke bawah," manjanya mas Gibran hingga dia memeluk pinggangku membuat Aku susah turun dari ranjang.

"Bohong, sekali lagi itu maksud kamu durasinya pasti panjang, kan? Semalam saja kamu melakukanya selama 6 jam. Aku kewalahan, Mas!" Aku memasang wajah cemberut.

"Hehehe, tapi pagi ini cuma sekali doang kok. Sekaliiiii saja, paling 15 menit," ujarnya menggoda.

"Bohong kamu Mas."

"Nggak kok, janji deh nggak bakal lama," kemudian mas Gibran langsung bangkit dan menarik tubuhku dalam pelukannya.

"Akhhh, Massss!" sontak Aku menjerit.

"Pokoknya, aku akan makan kamu kembali, sayang," ucap mas Gibran.

"Aduh Mas pelan-pelan, sabar dong!" Aku pasrah dengan segala cumbuan dari mas Gibran yang seperti singa kelaparan.

Sungguh melelahkan, belum puas semalam dan kini Aku di serang kembali oleh mas Gibran. Setelah menghabiskan waktu 2 jam, kami pun mandi bersama.

"Dasar pembohong," umpat ku kesal sambil melangkah keluar dari kamar mandi kemudian disusul oleh mas Gibran.

"Ya gimana lagi, sayang. Jangan salahkan Mas dong. Nih salahkan si junior yang susah sekali tidur. Maunya on terus jika dekat kamu, sayang!" mas Gibran mengarahkan tanganku ke area barang kebanggaan dirinya kepadaku.

"Ihhh, dasar mesum!" Aku menyentakkan tanganku dengan kesal.

"Hahahaha," tawa mas Gibran.

Kamar tidur yang kami gunakan sudah tak berbentuk, bantal berserakan di lantai, bahkan pakaian kami pun berceceran di sana sini. Yang jelas kami menikmati bulan madu kami di hotel dengan bebas, penuh gairah.

Jujur saja, sebenarnya kita ingin menghabiskan sebagian besar waktu untuk bersama dengan pasangan kita. Namanya juga masih masa bulan madu, tentunya kita ingin membicarakan banyak hal dengan pasangan, tanpa adanya gangguan dari orang lain ataupun pekerjaan. Kita dan pasangan tidak lagi merasa canggung. Sebaliknya, kita akan menikmati setiap kesempatan yang bisa kita lakukan berdua dengannya, tanpa adanya gangguan orang lain.

Kebanyakan pasangan dapat melewati batas enam bulan pertama pernikahan dengan baik, itu berarti telah mencapai tonggak penting dalam sebuah hubungan di mana masing-masing orang tidak lagi hanya sekadar dibutakan oleh cinta, tetapi tetap saling mencintai.

Selama beberapa bulan pertama pernikahan tentu akan ada banyak perubahan yang terjadi pada hidup dan juga hubungan setiap pasangan. Beberapa perubahan mungkin akan terasa tidak nyaman, sementara ada pula yang membuat pernikahan terasa semakin indah.

Saat ini, mendekati satu tahun pernikahan.

Kami merasa nyaman satu sama lain. Meski kenyamanan dengannya memang sudah kami rasakan jauh sebelum menikah, namun setelah pernikahan hal ini akan berbeda. Misalnya, kami tidak akan keberatan dan merasa tetap nyaman untuk tampil berantakan setelah bangun tidur. Atau Kami bisa tetap merasa nyaman saat berbicara mengenai hal-hal intim dengan pasangan.

"Kamu pengen punya anak berapa, sayang?" tanya mas Gibran sambil mengelus rambutku.

"Emm ... sebanyak mungkin lah."

"Yakin, kamu sanggup? Ngurus anak nggak gampang loh sayang," mas Gibran sedikit terkejut oleh ucapanku barusan.

"Insya Allah aku sanggup kok, Mas. Aku kan wonder women. Kalau banyak anak, banyak rezeki juga nanti."

Terdengar olehku mas Gibran menghela nafasnya. Ya, Aku rasa ucapanku tadi di buat serius oleh mas Gibran. Aku tersenyum geli dibuatnya.

"Ya baiklah, terus nanti kita buat rumah yang besarrrrr sekali dan bertingkat lima," ucapnya sambil memperagakan dengan kedua tangannya.

"Aamiin," Aku sih hanya menjawab dengan do'a.

"Loh kok di Aamiin kan sayang," mas Gibran kali ini terlihat frustasi. Ya, mungkin dia hanya membual dengan perkataan sebelumnya tadi.

"Lah bukannya itu yang Mas Gibran sendiri bilang tadi," jawabku.

"I-iya sih, tapi....," mas Gibran ragu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Apa hayooo," ledek ku.

"Ya sudah, sekarang kita wujudkan untuk membuat baby. Jangan salahkan Mas jika durasinya panjang, karena kamu yang minta banyak anak," Mas Gibran mulai memposisikan dirinya untuk menindihku.

"Ya tapi nggak langsung banyak juga kali, Mas!" protes ku.

"Bisa saja sayang, mungkin saja hasilnya nanti twin, anak kembar, kembarnya tujuh. Gimana sayang?" ujar mas Gibran.

Mataku membulat sempurna menatap mas Gibran.

"What, a-anak kembar!" sontak tubuhku seketika lemas mendengar perkataan dari mas Gibran.

Hahahaha

Tawa mas Gibran pecah, dia sungguh membuatku kesal. Bisa-bisanya dia malah menggodaku.

Derttt derttt derttt

Mas Gibran beralih ke arah ponselnya yang berdering. Dia langsung turun dari ranjang dan meraih ponselnya. Dengan serius pula mas Gibran menatap layar ponselnya.

"Telepon dari siapa, Mas?" tanyaku.

"Ah, itu ... dari ... temen bisnis, sayang. mas angkat telepon dulu, ya."

Mas Gibran langsung melangkah ke luar balkon. Aku merasa heran dengan tingkah mas Gibran. Dia terlihat gugup saat melihat panggilan telepon di layar ponselnya.

Karena penasaran, Aku diam-diam mengikuti mas Gibran dari belakang. Ya seperti memata-matai suami yang sedang selingkuh. Rasanya Aku nggak rela bila itu terjadi. Padahal Aku yakin bahwa mas Gibran sangat mencintaiku dan tidak mungkin melakukan curang di belakangku.

Sewaktu langkahku lebih dekat ke mas Gibran dan siap memasang telinga untuk menguping, padahal sebenarnya hal itu nggak boleh dilakukan, tapi ya apa boleh buat. Eh, ternyata tiba-tiba mas Gibran langsung memutuskan sambungan teleponnya, mungkin kehadiranku mulai disadari olehnya, lantas dia berbalik ke arahku. Sontak Aku terkejut.

"Eh, sa-sayang ... ngapain kamu di sini? Udah lama?" kaget plus gugup terlihat dari wajah mas Gibran.

"Barusan saja, kok. Ada apa Mas?" tanyaku ingin tahu.

"Oh, ini cuma ... masalah pekerjaan saja kok," mas Gibran tersenyum hambar.

"Oh gitu," Aku manggut-manggut.

Tanpa sadar mas Gibran menatapku dengan intens, lama dia pandangi Aku dengan mata nakalnya.

"Kamu ngapain lihat-lihat aku kayak gitu, Mas?" tanyaku heran.

Mas Gibran perlahan semakin mendekat ke arahku.

"Mas akan memakan kamu, sayang!" dengan gerakan cepat mas Gibran menggendongku.

"Akh, Massss!" Aku berteriak.

Ya, begitulah indahnya awal pernikahan kami mendekati tahun pertama. Kita akan merasa pasangan kita adalah orang yang benar-benar tepat. Secara tidak sadar, naluri kita akan memberi tahu bahwa kita telah bersama dengan orang yang tepat. Akan ada banyak kejadian yang tampaknya di luar perkiraan dan justru membuat kita menyadari betapa beruntungnya kita memilikinya.

Terpopuler

Comments

Lela Lela

Lela Lela

lanjut

2024-05-19

1

peri kecil

peri kecil

pokoknya yg suka ditunggu sama pengantin baru asekkkk😁

2023-10-19

1

Rindu Rindu

Rindu Rindu

bener bgt. kadang kesel bgt dibuatnya😁

2023-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!