...****************...
Aira yang lelap dari tidurnya pun kaget karena Gian yang mengeluh kesakitan, Aira yang melihat Gian seperti itu langsung terpelonjak kaget dan memeluk tubuh Gian. Ternyata badan Gian sangatlah panas, Gian juga mengeluh memegangi perutnya, mungkin ia sedang mual, Aira langsung pergi untuk mencari kompres supaya badan Gian tidak terlalu panas. Tetapi saat Aira ingin pergi tangannya dipegang oleh Gian "Jangan tinggalin gue plis". mohon Gian dengan menangis. Aira tidak habis pikir dengan suaminya itu, padahal biasanya dia sangat cuek bahkan Aira mengira sifatnya seperti harimau karena sangat garang, Aira terkekeh geli melihat tingkah suaminya sekarang, dia bagaikan kucing yang meminta makan kepada majikannya. "aku tidak pergi aku mau mengambil kompres supaya demam mu turun." kata Aira sambil tersenyum.
Aira baru mengerti sekarang ternyata Gian itu garang di luarnya saja, dan saat sakit seperti ini, Gian cenderung mengeluarkan sifat aslinya. Aira merasa kasihan terhadap suaminya itu dia sebenarnya dari dulu butuh kasih sayang dari seorang ibu tetapi dia tidak mendapatkannya. Baiklah!! Aira akan merawat suaminya itu dengan kasih sayang yang dia punya, apalagi dari dulu Aira suka dengan anak kecil. Dan Sekarang tingkah suaminya itu seperti anak kecil yang menangis minta dibelikan permen oleh ibunya.
Aira dengan telaten mengompres dahi Gian supaya panasnya mereda, Gian yang merasa kedinginan menarik tangan Aira dan memeluk pinggang Aira, Aira yang sadar pun langsung memeluk tubuh Gian yang panas untuk menyalurkan kehangatan supaya suaminya itu tidak kedinginan. Setelah beberapa saat Gian kembali memegang perutnya dan tanpa disadari ia muntah, Aira yang paham langsung menyatukan kedua tangannya supaya suaminya itu muntah ditangannya. Gian sangat kaget karena dia muntah ditangan Aira, Aira langsung pergi kekamar mandi untuk membersihkan tangannya. Gian menatap kosong ke pintu kamar mandi, gimana bisa Aira tidak merasa jijik sama sekali dengan muntahnya. Setelah Aira kembali ia melihat Gian yang terus menatap dirinya, "kenapa Hm? masih sakit perutnya?" tanya Aira tulus.
"kenapa tadahi muntahan gue? Lo gak jijik?" tanya Gian. Aira cuma tersenyum mendengarnya. "kenapa harus jijik, dari pada terkena selimut nanti kotor".
Aira mengambil minyak angin di dalam nakas lemari nya, ia kemudian mengusapkan minyak itu ke perut Gian. Aira terkejut, ternyata Gian memiliki perut yang sixpack, padahal Gian sudah berada di kursi rodanya sejak satu tahun terakhir. Sungguh Gian sangat pandai menjaga tubuh idealnya.
Gian masih terlelap dalam tidurnya, Aira yang tidak tega meninggalkan suaminya yang sedang sakit itu akhirnya memutuskan untuk cuti bekerja meskipun nanti resikonya akan dipecat, tetapi demi suaminya dia gak masalah soal itu, dari pada dia bekerja tetapi pikirannya berada di rumah.
Gian yang terbangun dari tidurnya mencari-cari keberadaan Aira tetapi dia tidak menemukannya, entah kenapa, air mata Gian menetes begitu saja membasahi pipinya. Mungkin Gian merasa nyaman saat mendapat kasih sayang saat dia sakit dari Aira tetapi sekarang Aira juga meninggalkannya. "hai, kenapa nangis Hm? Masih sakit perutnya?" tanya Aira sambil menghapus air mata Gian, Gian sangat kaget, karena ternyata Aira tidak meninggalkannya, ia segera menghapus air mata yang membasahi pipinya karena dia sangat malu Menangis di depan Aira. "gue cuma kelilipan aja, siapa juga yang nangis." elak Gian. Aira yang mengerti bahwa Gian itu gengsi cuma tersenyum mendengarnya. "aku buatin minuman jahe ya supaya perutnya hangat." Aira langsung meninggalkan Gian untuk pergi membuat minuman untuk suaminya itu.
...****************...
Matahari sudah mulai naik, kedua suami istri ini sedang menonton film di televisi dengan cemilan mereka masing-masing. "gimana badannya? Sudah enakan?" tanya Aira untuk memecah keheningan. "Hm." jawab Gian tanpa menoleh sedikitpun kepada Aira.
"aku minta maaf sebelumnya, tapi apa kakimu itu tidak bisa disembuhkan?" tanya Aira penasaran. "gue cuma lumpuh sementara" jawab Gian dengan wajah tanpa ekspresi itu. Aira terlihat bengong mendengar jawaban dari Gian, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
"kenapa? Lo berharap gue gak sembuh? Atau Lo berharap gue lumpuh selamanya?" tanya Gian dengan menautkan kedua alisnya, tatapannya sangat tajam dan bisa membuat takut siapa saja yang berbicara dengannya, tetapi itu tidak berlaku pada Aira, justru Aira melihat Gian dengan wajah seperti itu sangatlah tampan bahkan dia terlihat sangat imut didepan Aira. Oh ayolah, pipi Aira memanas sekarang bahkan wajahnya terlihat sangat merah.
"kenapa Lo?" tanya Gian penasaran dengan wajah Aira yang seketika berubah menjadi merah, Gian pikir Aira takut melihat Gian dengan tatapan sadisnya itu tetapi dugaannya benar-benar salah. "wajahmu itu imut sekali jika seperti itu, aku jadi suka melihatnya sama seperti kucing" jawab Aira dengan polosnya dan tidak lupa dengan senyum terpesonanya. Gian mengangkat kedua alisnya heran.
Sebelumnya tidak ada yang berani dengan Gian jika tatapan Gian seperti itu, bahkan banyak orang yang lari jika melihat Gian dengan tatapan marahnya. Namun apa sekarang? perempuan didepannya ini benar-benar sangat aneh, dan cuma dia yang menganggap tatapan sadis Gian itu imut dan apa tadi yang dia katakan? sama seperti kucing? Wah sepertinya perempuan di depannya ini perlu dibawa ke psikolog, batin Gian.
"siapa juga yang berpikir se negatif itu, justru aku senang mendengarnya kalau kakimu masih bisa disembuhkan. Gimana kalau sekarang kita belajar jalan? Bukankah itu ide yang bagus? Supaya kamu segera bisa jalan juga." tawar Aira dengan semangat. namun senyuman semangat di wajah Aira langsung dirubah dengan jawaban yang tidak sehari dari Gian. "gak!!! Jangan sok baik deh Lo sama....." Gian berhenti bicara karena jari telunjuk Aira yang sudah menempel di bibir mulusnya itu. "sssttt. kali ini tidak ada penolakan hm. Kamu harus semangat buat sembuh, kalau kaki kamu bisa sembuh kenapa kamu gak berusaha aja buat sembuh, Emang kamu mau diatas kursi roda terus menerus sampai nanti tua?" kata Aira dengan bertolak pinggang didepan Gian.
Gian yang sudah tau bagaimana sifat Aira pun hanya bisa memutar bola matanya malas, karena percuma juga jika dia menolak apa yang dikatakan perempuan itu, pasti ujung-ujungnya dia juga yang cape menanggapinya, karena bicara sama Aira sama saja dengan bicara dengan tembok, jadi gak ada gunanya juga.
Aira langsung menadahkan tangannya didepan Gian. "ayo kita belajar jalan" kata Aira. "gue gak bisa, kaki gue sakit kalau jalan sedikit aja!!" jawab Gian dengan judes. "makanya ayo dicoba dulu, janji deh aku pegang terus, nanti kalau kamu gak belajar buat jalan, kaki kamu akan sakit terus seperti ini. Makanya ayo kita latih buat jalan, supaya kaki kamu bisa lemes." paksa Aira dengan segala alasannya. "atau jangan-jangan kamu gak mau latihan buat jalan karena kamu..........." Gian sudah memicingkan matanya untuk menunggu apa yang perempuan itu katakan selanjutnya. "apa?" tanya Gian penasaran. "kamu gak mau latihan karena kamu pendek. Ya kan? Kamu lebih pendek dariku makanya kamu gak mau latihan buat jalan karena kamu malu?" tebak Aira asal-asalan. "gak!!!" jawab Gian dengan memutar bola matanya lagi. "cih ngaku aja kalau emang kamu pendek, aku gak masalah kok kalau kamu pendek, aku akan terima kamu apa adanya" jawab Aira dengan tersenyum.
"terserah" Gian yang sudah malas dengan tingkah Aira dan tidak bisa mengelak lagi dengan permintaan perempuan didepannya itu terpaksa harus mengikuti apa yang dikatakan oleh perempuan didepannya yang sekarang sudah menjadi istrinya itu, itung-itung dia ingin berbalas Budi kepada Aira karena kemarin malam sudah merawatnya saat dia sakit. Gian menahan rasa sakit yang menjalar dikakinya itu hingga dia menggigit bibir bawahnya sampai merah. Aira yang tau bahwa Gian kesakitan berusaha menahan tubuh Gian supaya dia tidak terlalu kesakitan tetapi mereka berdua akhirnya tidak bisa menahan keseimbangan tubuh mereka dan "AAAAARRRGGGGG!!!!!"...........
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments