Arven tersenyum melihat Freya yang begitu fokus dengan eskrimnya. Sudah seperti anak kecil yang begitu senang hanya dengan dibelikan eskrim.
Iseng, Arven mencoleh pipi Freya dengan sendok eskrim itu. Sampai eskrim menempel di pipi Freya. Arven terkekeh lucu dengan apa yang dia lakukan. Entahlah, tapi dia senang dengan hal sederhana seperti ini.
"Aaa.. Sayang, kamu ini" Freya cemberut sambil mengusap eskrim yang menempel di pipinya. Lalu dia pindahkan ke hidung mancung Arven. Dan keduanya tertawa dengan hal itu.
Di bangku taman yang berbeda, Hendrick menatap pasangan yang sedang saling bercanda dan tertawa itu. Dan Hendrick ikut senang melihat Arven yang sangat bahagia bersama Freya.
Sepertinya memang ada alasan lain kenapa Tuan Muda ingin menjadikannya sebagai pacar kontrak hanya karena dia membuat kesalahan.
Kembali pada pasangan kontrak yang sepertinya mulai nyaman untuk mengobrol dengan santai.
"Jadi, besok temani aku makan siang lagi" ucap Arven.
Freya mengambil tisu dari dalam tasnya, dia mengelap bekas eskrim di hidung Arven dan juga bibirnya. Entah, kenapa dia melakukan ini dan tidak ada lagi kegugupan yang besar saat dia melakukan hal-hal seperti ini pada Arven.
"Tapi besok aku bekerja, jadi tidak bisa" ucap Freya.
Arven menangkap tangan Freya yang sudah selesai membersihkan bibirnya dari bekas eskrim. Mengecup punggung tangan Freya dengan lembut, hal yang cukup membuat Freya terkejut, tapi mulai terbiasa karena memang Arven selalu melakukan hal seenaknya saja dan semaunya dia.
"Kalau begitu temani makan malam bagaimana?"
Freya menghela nafas pelan. "Aku kerja sampai malam, jadi tetap tidak bisa"
Arven langsung merubah raut wajahnya, dia kesal karena Freya yang tidak bisa menuruti keinginanya. Tapi mau bagaimana lagi karena memang Freya tidak bisa terus menerus meninggalkan pekerjaannya.
"Malam ini saja aku temani kamu makan malam, bagaimana? Karena besok aku tetap harus kerja" ucap Freya.
Arven langsung menoleh, wajah kesalnya mulai mencair. "Oke, mau makan dimana?"
Freya tersenyum, dia mengusap punggung tangan Arven yang sejak tadi menggenggam tangannya. "Kalau aku yang masakin buat kamu, mau gak? Jadi kita tidak perlu makan diluar, makan di Apartemen kamu saja. Biar aku yang masak, kamu suka masakan apa?"
"Apapun, aku akan makan masakan dari pacarku" ucap Arven.
Wajah Freya langsung memerah, entah kenapa hatinya berdebar senang dengan ucapan Arven barusan. Jangan terpancing Freya, jangan sampai kamu nyaman dan jatuh cinta padanya. Ingat jika semua ini hanya sebuah kontrak kerja sama.
Tentunya Freya tidak bisa membiarkan hatinya jatuh cinta pada Arven. Karena nyatanya Arven hanya seorang yang menjadikan dirinya sebagai pacar kontrak saja.
"Kalau begitu ayo kita belanja bahan masakannya" ucap Freya dengan penuh semangat.
Arven mengangguk, dia tersenyum melihat wajah Freya yang begitu antusias. Mereka langsung pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Arven yang mendorong kereta belanja dan Freya yang memilih beberapa bahan.
"Sepertinya aku senang belanja bersama seperti ini. Kalau bisa kita harus sering-sering belanja bersama seperti ini" ucap Arven.
Freya hanya tersenyum mendengar itu, tentu saja dia juga merasa senang bisa belanja bersama. Tapi kenapa aku harus senang ya? Kan dia hanya pacar kontrak saja? Gumamnya dalam hati dengan kebingungannya sendiri. Masih mencoba menutup hatinya agar tidak lebih nyaman lagi pada Arven. Karena sadar jika kisah ini hanya ditentukan oleh kontrak kerja sama.
Arven tersenyum beberapa kali saat dia melihat Freya yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua malam ini.
Tangannya yang begitu pandai menggunakan alat masak, membuat Arven mempunyai kekaguman yang lebih padanya. Rasanya masih tidak percaya kalau saat ini ada seorang wanita yang masuk ke dalam Apartemennya. Padahal dulu dirinya itu tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke dalam Apartemennya ini selain Hendrick dan kedua orang tuanya.
Jadi, Freya adalah orang pertama yang masuk ke Apartemennya sebagai orang luar. Apa ini? Arven memegang dadanya sendiri saat dia melihat Freya yang berbalik dengan membawa sepiring masakan yang sudah jadi, senyuman Freya padanya membuat Arven berdebar.
"Silahkah Sayang, aku sudah siapkan masakan buat kamu. Semoga kamu suka ya, kalau ada yang kurang tolong bilang padaku ya" ucap Freya sambil menaruh masakan terakhirnya di atas meja.
Arven mengerjap pelan, sejenak dirinya tertegun melihat kecantikan Freya yang terpancar saat dia tersenyum. Lesung pipinya yang terlihat begitu dalam dan membuatnya semakin terlihat cantik.
"Sayang, kenapa malah melamun? Apa kamu tidak suka dengan apa yang aku masak?" tanya Freya.
Arven langsung mengerjap pelan, dia menggelang dan menatap masakan yang dibuat oleh Freya di atas meja itu. "Aku suka, ayo kita makan sekarang. Kamu ambilkan untuk aku dong, bukannya harus seperti itu"
Freya menghembuskan nafas pelan, lalu dia mengambil piring depan Arven dan mulai mengisi dengan makanan. Menaruhnya kembali di depan Arven.
"Apa tidak mau menyuapi pacarmu?" tanya Arven sambil menatap Freya yang sedang menaruh piring berisi makanan di depannya ini.
Freya langsung terdiam, senyuman Arven yang seperti itu entah kenapa membuat jantungnya semakin berdebar. Sial, dia selalu bsa membuat jantungku tidak aman.
"Kan kamu sudah besar Sayang, masa harus aku suapi. Kayak anak bayi saja. Haha" hanya tertawa hambar, karena sejujurnya Freya sudah kesal dan gugup yang bercampur jadi satu.
Wajah Arven yang awalnya penuh dengan senyuman itu, langsung ditekuk kesal. Sungguh dia tidak suka dengan sebuah penolakan. Apa dari pacarnya sendiri. Pacarnya?
Aduh, Freya sepertinya memang kamu akan sangat kerepotan mengurus bayi besar ini. Membantahnya akan membuat kamu semakin berada dalam masalah yang besar.
Freya menghembuskan nafas kasar, lalu dia menarik kursi disamping Arven. Mengambil piring berisi makanan di depan kekasihnya itu. "Yaudah aku suapi, tapi hanya untuk kali ini saja ya. Lagian 'kan aku juga tidak bisa terus makan bersama dengan kamu, jadi jangan terus meminta disuapi terus menerus ya"
Oke Freya, kau memang sudah pantas menjadi seorang Ibu yang membujuk anaknya.
Arven menatap Freya sambil terkekeh pelan, merasa lucu dengan kekasihnya yang bahkan langsung menurut saat Arven menunjukan wajah kesal. Tapi baguslah, karena Freya memang gadis penurut. Itu yang Arven inginkan.
"Kamu sudah seperti Ibu-ibu saja" ucap Arven sambil terkekeh.
Rasanya aku ingin memukul kepalanya, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Padahal dirinya sendiri yang seperti bayi.
"Ayo makan, aku harus segera pulang" ucap Freya yang langsung menyuapi Arven agar pria itu berhenti meledeknya mirip Ibu-ibu.
Arven mengunyah makanan sambil terus menatap lekat ke arah Freya. Satu tangannya menyangga kepalanya dengan bertumpu pada meja makan. Entah kenapa menatap wajah Freya saja sudah membuatnya sesenang ini.
Dia memang seperti barbie, sangat lucu dan menggemaskan. Apalagi saat dia sedang kesal seperti ini. Ah, apa si yang aku pikirkan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mimi Suparmi
jadi inget tuan saga ini mah😁😁💃
2023-10-22
0
Lovita BM
Aah Arven aleman ....
ntar dua²nya nyaman ketahuan kedua ortunya Arven gmna tuh ?
2023-08-09
0