Ayah dan Ibu langsung saling pandang mendengar itu. Namun beberapa detik kemudian keduanya tersenyum tipis karena merasa senang dengan kemajuan Arven ini.
"Terima kasih banyak karena sudah memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan anda" ucap Presdir dengan ramah dan sopan
Tuan Adnan Widianto hanya tersenyum mendengar sanjungan itu. Dia juga merasa sangat bangga dengan putranya yang berhasil memberikan yang terbaik untuk perusahaan keluarganya ini.
"Oh ya, ini adalah putri saya. Dia yang akan mengurus Grand Plaza Mal ini mulai saat ini. Cyntia, beri salam pada Tuan Adnan dan Tuan Arven, Nak"
Gadis cantik dengan penampilan yang elegan itu mengangguk hormat dan menyalami Tuan Adnan dan juga Arven.
"Saya Cyntia, Tuan"
"Ahh baiklah, cantik sekali gadis anda ini Tuan" ucap Tuan Adnan
Semua pembicaraan terus berlanjut ke arah bisnis. Namun Arven sudah mulai jengah, apalagi ketika dia menyadari dengan jelas jika Cyntia yang terus melirik ke arahnya dengan senyum penuh arti. Membuat Arven merasa muak saja. Padahal sudah jelas ada Freya yang duduk disampingnya sebagai pacar kontraknya itu. Tapi tetap saja gadis bernama Cyntia itu tidak merasa terhalangi dengan adanya Freya disana.
Selama ini banyak wanita yang mendekatinya atau yang sengaja di dekatkan oleh Mama, dan semuanya bisa Arven lihat jika mereka semua tidak mempunyai ketulusan. Mereka mendekati Arven hanya karena uang dan hartanya. Dan Arven muak dengan itu semua. Penilaiannya pada semua perempuan sama. Mendekatinya karena uang.
Setelah kepergian keluarga Presdir, kini adalah waktunya akting Freya yang sebenarnya di uji. Ayah yang menatap anaknya dan seorang gadis di sampingya dengan tatapan tidak percaya. Selama ini Arven sangat tidak mau berdekatan dengan wanita manapun.
Bahkan dirinya yang tidak pernah merasa cocok pada setiap wanita yang dijodohkan padanya oleh Ibunya itu. Jadi tiba-tiba Arven yang membawa seorang kekasih seperti ini, sungguh membuatnya merasa heran.
"Jadi kamu ini siapa namanya, Nak? Maaf ya kalau tadi kamu malah terabaikan, karena memang tadi masih ada keluarga Presdir" ucap Ibu dengan lembut.
Sungguh, jantung Freya sudah berdetak sangat kencang saat ini ketika dia melihat Ibu yang begitu baik. Tutur katanya yang begitu lembut, membuat Freya yakin jika Ibu dari Arven ini memang sangat hangat. Freya jangan sampai mengecewakannya kalau begitu.
"Nama saya Freya Nyonya, saya adik sepupu dari Kak Hendrick" ucap Freya dengan tersenyum.
"Wah, benarkah?" Ibu langsung melirik ke arah Hendrick, seolah dia sedang menunggu penjelasan dari Hendrick saat ini. "Kenapa kamu tidak pernah cerita kalau mempunyai sepupu cantik seperti ini, Hendrick"
"Ah iya Nyonya, saya tidak ada waktu untuk berceria" ucap Hendrick.
Mamahanya menghela nafas pelan, dia sudah tahu bagaimana asisten dari anaknya itu yang selalu tampil kaku. Menjawab pertanyaan ringan seperti ini saja selalu dengan bahasa yang formal dan kaku. Padahal dirinya sudah di anggap seperti keluarga oleh keluarga Widianto itu.
"Dan kamu kenapa baru sekarang membawa Freya ke hadapan Mama dan Papa?" tanya Ibu pada anaknya.
Arven mengelus kepala Freya dengan lembut, menatapnya dengan senyuman yang bahagia. Seolah memang benar jika dirinya mencintai Freya. "Aku memang sudah lama kenal dengan dia. Tapi baru berani mengungkapkan perasaanku kemarin Ma, jadi sekarang aku dan Freya memang baru saja berpacaran"
Freya menoleh pada Arven dan tersenyum, tentu saja dia juga harus mengimbangi semua ini. Freya meraih tangan Arven dan menggenggamnya, meski satu tangannya di bawah meja sudah meremas rok yang dia pakai. Sangat gugup saat dia melakukan ini.
"Iya Nyonya, kami memang baru saja menjalin hubungan ini" ucap Freya sambil tersenyum.
Ibu dan Ayah saling tatap, dia melihat bagaimana anaknya yang begitu terlihat bahagia dengan kekasihnya ini. Meski ini memang yang pertama bagi Arven, meski tidak tahu akan seperti apa setelah ini. Mungkin akan berjalan dengan lancar, atau mungkin akan berakhir. Tapi Ibu dan Ayah berharap akan berjalan lancar agar anak mereka tidak lagi selalu kesepian, setelah kepergian sahabat kecilnya, Aresha.
"Baiklah, kalau begitu Mama dan Papa akan melihat bagaimana hubungan kalian kedepannya. Semoga kalian bisa lebih baik dan bisa lebih dekat lagi ya" ucap Ibu.
Freya mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Ibu. Mereka banyak berbincang, dan Freya bisa menjalani akting pertamanya dengan cukup lancar. Bahkan ketika orang tua Arven bertanya tentang orang tuanya dan keluarganya, Freya bisa menjawab dengan begitu santai.
Sesuai dengan apa yang diberi tahukan oleh Hendrick sebelum dia datang kesini. Dan akting Freya kali ini cukup membuat Arven puas, Hendrick juga menghela nafas lega karena merasa Freya tidak mengecewakan.
Sepertinya Ibu percaya dengan segala kebohongan yang dilakukan Freya yang diajarkan oleh Hendrick juga. Hingga dia terlihat senang dengan Freya. Di perjalanan pulang Arven cukup puas dengan apa yang Freya lakukan itu. Dia memuji atas akting yang ditunjukan untuk kedua orang tuanya.
"Sepertinya kau memang berbakat untuk membuka jasa pacar kontrak"
Entah itu sebuah pujian atau hinaan, tapi Freya tetap tersenyum. Karena dirinya tidak bisa membantah apapun yang telah diucapkan oleh Arven.
"Terima kasih, Tuan atas pujiannya" ucap Freya dengan sopan. Tapi malah mendapatkan tatapan yang begitu tajam dari Arven. Apa? Kenapa malah menatapku seperti itu? Apa aku salah berbicara.
"Apa kau lupa? Aku minta kau rubah panggilanmu itu padaku. Apa kau tidak faham maksudku?" ucap Arven dengan tatapan yang begitu tajam menusuk pada Freya.
Aku mengerti, tapi saat ini kita sedang berdua saja. Apa tetap harus memanggil Sayang juga. Freya menghembuskan nafas pelan, lalu dia tersenyum pada Arven. Meski kesal tidak berani juga jika dia harus menunjukan kekesalannya itu pada Arven.
"Tapi apa waktu berdua juga harus memanggil Sayang? Bukannya hanya di depan orang tua anda saja?"
Freya tetap bertanya karena dia butuh kejelasan. Dia tidak mungkin asal manggil sayang pada Arven di saat tidak ada siapapun selain mereka berdua disana. Nantinya Arven akan mengejeknya.
Arven tidak menjawab, dia menatap keluar jendela dengan tangan yang bersangga di pintu mobil itu. Mengetuk-ngetukan jarinya kek kaca jendela. Hal ini yang membuat Freya kesal dan semakin kebingungan saja.
"Nona, mau kalian sedang berdua atau tidak. Anda tetap harus memanggil Tuan Muda dengan panggilan Sayang. Mungkin untuk membiasakan agar anda tidak kaku lagi jika sewaktu-waktu kedatangan Nyonya dan Tuan Besar" jelas Hendrick yang selalu tahu keinginan Tuannya, meski sekarang dia sedikit bingung karena Arven yang tiba-tiba berubah seperti ini.
Apa mungkin Tuan Muda, sudah menganggap Nona Freya sebagai miliknya. Sehingga dia melakukan hal ini. Sungguh aneh.
Freya langsung menoleh pada Hendrick yang sedang mengemudi di depannya. Masih merasa tidak percaya jika pria di depannya itu selalu mengetahui apa yang di inginkan oleh Arven, padahal dia tidak mengatakan dan tidak menjelaskannya.
"Baik Tuan" ucap Freya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-09-27
0
Silfi Rinawati
lanjut donk kak
2023-08-03
0
🥰🥰 Si Zoy..Zoy..🤩🤩
Lanjut lagi Kak...👍🏻👍🏻🥰
2023-08-03
0