"Ting.."
Bunyi gelas beradu.
"Sunny," Louzi menepuk pahanya. Tanpa harus mengeluarkan kalimat, Sunny langsung naik ke pangkuan Louzi, menenggak minuman berwarna merah kehitaman di pangkuan lelaki tersebut.
"Malam ini, kau menghadiahi ku dengan hidangan sempurna, Om." Kata Sunny sambil membenturkan gelasnya dengan gelas milik Louzi.
"Bukankah sangat menyenangkan mendapat partner royal sepertiku, Sunny?"
Sunny tertawa manja, seluruh tenaga dan raganya benar benar ia pergunakan untuk menggoda Louzi "Meski pelanggan ku melakukan hal yang sama, tapi yang kau berikan tiada banding, Om" Sunny mendaratkan kecupan kecil di ujung bibir Louzi.
Meski pun menghabiskan malam dengan lelaki yang usianya terpaut berpuluh tahun dengannya bukanlah hal yang mudah, tetapi Sunny selalu akan berusaha maksimal menuntaskan pekerjaannya, mencoba menikmati apapun yang akan ia lewati malam itu adalah hal yang paling baik buat dirinya.
"Sunny, Sayang" Louzi mulai menyentuhnya kembali. "Andai aku bisa mengikatmu seperti kuda betina ku, maka akan aku lakukan. Tapi kau terlalu istimewa dan berharga, aku tidak ingin mengekang mu. Tapi, kapan pun aku datang kau harus siap menjadi tunggangan ku"
Kata kata ini sering Sunny dengar, baik pujian atau hinaan. Namun Sunny mencoba tuli dan menganggap semua ucapan yang di lontarkan kliennya berupa semilir angin belaka, yang terpenting mereka bisa memberikan uang banyak untuk menopang kehidupannya, selebihnya Sunny tidak mau peduli.
"Kalau begitu, ikat aku!. Aku adalah kuda Mas mu Om, malam ini kau bisa berpacu dengan ku sesuka hatimu"
"Dasar wanita nakal. Pandai sekali kau membuat gairah ku hidup kembali"
.
.
Lima belas menit berselang, Louzi turun dari tubuh Sunny.
Kamar tidur yang rapih kini telah berantakan, Sunny tidak bisa menebak entah akan berapa kali Louzi menungganginya. Demi bayaran mahal Sunny akan menerima perlakuan itu.
Setelah permainan kedua, Louzi menyiapkan hidangan istimewa buat Sunny, hidangan tersebut, mungkin akan jarang bisa di nikmati banyak orang saking mahalnya.
"Sunny, bisakah kau tidak menggunakan apa apa?. Makan malam ku akan semakin berselera bila sambil menikmati keindahan tubuhmu"
Permintaan yang sangat konyol tetapi, mau tak mau Sunny harus setuju demi penawaran 600 juta, untuk semalam.
"Baiklah, ini akan lebih mudah dan menyenangkan buat ku, pakaian itu! Aku tidak perlu membukanya lagi nanti" kata Sunny.
"Kau memang wanita pengertian, Sayang" kata Louzi sambil mencolek dagu Sunny.
..
Di tempat berbeda.
"Kamu tidak perlu mengatakan itu di hadapan orang banyak" ucap seorang lelaki bertubuh tinggi, tegap, rupawan dengan lesung pipit tipis di kedua pipinya di tambah hidungnya yang mancung tajam, sambil membuka kancing di lengannya, dia adalah Azazil Direktur sebuah perusahaan raksasa di kota tersebut.
Melihat dari pakaian yang ia gunakan, tampak nya ia baru kembali dari sebuah acara bergengsi.
"Semua orang menganggap aku sempurna" sahut seorang perempuan bertubuh tinggi, gaun mewah membuat tubuhnya terlihat anggun dan sexy, dia adalah Lyana istri sah Azazil. "Aku tidak ingin kekurangan ku mengubah sudut pandang orang lain terhadap ku!" dengan Entengnya Lyana berkata demikian.
"Tapi, kau tidak seharusnya mengatakan kalau aku impoten!." Geram Azazil dengan gigi gemerutuk menahan amarah.
"Sudahlah, Zil. Lagi pula itu bukanlah hal besar" sahut Lyana ketika membuka aksesoris dari tubuhnya "Kau selalu memperbesar masalah. Dengar! Malam ini aku lelah, aku tidak ingin ribut dengan mu"
"Dengar Lyana!" Azazil menarik pergelangan Lyana dengan sedikit kasar. Tampaknya kesabaran Azazil memang sudah terkuras banyak, namun sebenarnya apa yang membuat Azazil semarah itu?. "Selama ini, sebagai istri kau sudah banyak menginjak injak harga diri ku. Aku juga banyak memaklumi mu, tapi malam ini kau benar benar kelewatan!. Harusnya kau sadar! Bukan aku yang bermasalah tapi kau! Kau yang tak bisa memberikan aku keturunan"
"Zil. Kau menyakiti ku" rintih Lyana.
"Akan aku tunjukkan pada mu bahwa aku bisa memiliki seorang anak!"
"Tapi aku tidak akan memberikan itu!" Sela Lyana.
"Jika bukan kau, maka akan aku cari orang lain yang lebih pantas" menepis kasar tangan Lyana. Selepas itu Azazil pergi dari kamarnya, dengan Emosi yang membara.
.
Kemarahan Azazil sebenarnya berawal dari masalah sepele, malam ini di sebuah acara tempat dimana menjadi wadah berkumpulnya orang orang yang Azazil segani, mulai dari kolega, klien dan rekan rekan bisnisnya Lyana mencetuskan sebuah lelucon yang menurut Azazil tidak pantas.
Lyana berkata, "Sampai kapan?." Orang orang di sana sedang membahas soal keturunan yang tidak juga di miliki oleh Azazil dan Lyana di usia pernikahan yang menginjak enam tahun. "Ini menjadi tidak mudah karena Suamiku yang mandul. Kalian" Lyana menunjuk Pasangan dari kolega dan semua orang yang melingkar di meja bundar tersebut "Mana mengerti susahnya membangunkan burung mati? (impoten). Jadi sekeras apa pun usaha ku, kalau dianya tidak bertenaga ya percuma saja" ujaran itu di akhiri dengan tawa yang menyinggung perasaan Azazil.
Ucapan Lyana tersebut menjadi lelucon di sepanjang acara, Azazil tidak bisa berbuat banyak selain berpura pura terhibur dengan lelucon tersebut.
Padahal kenyataannya yang bermasalah adalah Lyana.
Obsesinya dengan tubuh ramping dan sexy telah membuatnya buta dan rela melakukan banyak metode penurunan berat badan, dari mulai obat herbal, pergi ke Dokter dan banyak lagi yang lainnya, Lyana akan menjadi stres bila berat badannya naik setengah kilo saja, dia akan langsung meminum banyak obat yang ternyata lambat laun mempengaruhi sistem reproduksinya.
Hingga kemudian Lyana di diagnosa tidak akan bisa memiliki keturunan atau dalam kata lain mengalami monopouse dini.
Setelah mendiagnosa monopouse dini, Dokter mengatakan kalau Lyana tidak akan mendapat metode apapun yang bisa menyembuhkan dirinya. Dalam arti monopouse itu permanen.
Hal itu dapat di lihat dari hilangnya masa Mens Lyana dalam kurun dua tahun ini.
"Zil" panggil Lyana, Azazil yang terlanjur marah tak memperdulikan teriakan Lyana. Lyana pun tak banyak mengikuti Azazil.
Dalam pernikahan mereka memang kerap mengalami kerenggangan, Azazil yang memiliki jiwa bebas tampaknya tidak cocok menikah dengan Lyana, perempuan yang hidupnya selalu di penuhi dengan obsesi.
Tak jarang Lyana memaksakan sesuatu yang tidak di setujui atau bahkan tidak di sukai Azazil.
Hal itu lah dan perpedaan pendapat yang kerap terjadi membuat pernikahan mereka sering goyah.
.
Azazil yang marah lalu mendatangi sebuah club malam.
Tempat Ini menjadi jarang Azazil datangi setelah ia menjabat sebagai Direktur dan setelah ia menikah dengan Lyana.
Dentuman musik menyambut Azazil. Senyap di luar berganti dentuman dan keramaian di dalam Bar.
Azazil berkeliling untuk melihat sesuatu yang menarik, namun tidak ada yang menarik perhatiannya malam ini.
"Hei bro" seorang bartender sekaligus pengelola Bar menyapa.
"Hei. Zo" Azazil pun menyapa.
"Sudah lama sekali kemana saja?. Uuh gaya Direktur memang selalu beda" guyonnya, menggandeng pundak Azazil kemudian membawanya ke kursi untuk berbincang.
Zo dan Zil memang cukup akrab.
Zo adalah teman sebangku Zil semasa di SMA lalu setelah bergerak memiliki perusahaan masing masing Zil sering mengunjungi Zo dengan menjadi pelanggannya Vvip Zo.
"Gue fikir lu sudah lupa dengan tempat tempat seperti ini, Zil" ucap Zo.
"Selama gue masih manusia dan lu pemilik Bar_nya, sepertinya gue nggak bakal bisa lupain tempat ini" ucap Zil di akhiri tawa renyah.
"Baguslah, gue fikir gue sudah kehilangan satu pelanggan Vvip gue" Zo pun tertawa.
"Ngomong-ngomong. Mana yang paling menarik?" Zil melempar semua pengunjung dengan ekor matanya. Memindai perempuan cantik di tempat itu.
"Yang paling menarik sangat banyak. Tunggu.." Zo menyunggingkan senyum, "Bukannya lu udah punya Bini?. Kenapa nggak minta sama Bini lu?" Gurah Zo.
Zil menghela jengah, "Gue butuh seseorang yang bisa ngandung anak gue Zo."
Zo terkejut serta heran "Maksud, lo?"
"Sudahlah, lain kali saja gue cerita. Yang terpenting sekarang, cariin dulu yang body paras dan otaknya seimbang"
"Hahahah" Zo tertawa lucu mendengar syarat dari Zil. "Gue nggak tau speak macam mana yang cocok dengan selera lu, tapi gue punya satu primadona, yang servicenya cukup" Zo mengangkat dua jempolnya "Jos"
"Gue nggak butuh itu, yang penting dia mau setuju dengan syarat gue. Maka dialah pemenangnya"
"Ok" Zo setuju, "Deal. Ini kartu nama dia, temui dia besok di tempat ini. Ingat! Datanglah lebih awal sebelum pelanggan lain menjemputnya"
Zil mengangkat sudut bibirnya "Ok. Gue mau lihat sebagus mana selera lu"
Zo tersenyum kecil saat Zil meremehkan seleranya "Buat malam ini, apa masih ingin memilih satu ikan hias?"
Zil meneliti sekitar, "Tampak tidak ada yang menarik"
"Selera mu yang terlalu tinggi, Zil" sindir Zo sambil menuangkan minuman buat Zil.
"Sunny" gumam Azazil sambil memutar-mutar kartu nama yang sebelumnya di berikan oleh Zo. Tampaknya Azazil penasaran dengan perempuan bernama Sunny ini.
.
.
"Ini." Louzi memberikan sebuah kartu hitam kepada Sunny, Sunny yang sedang berkemas pun menghampiri ke tepi ranjang, untuk mendatangi Louzi yang masih berbaring di sana.
Waktu sudah menunjukan pukul lima pagi, itu artinya malam panjang itu sudah berakhir, Sunny harus meninggalkan kliennya.
Louzi sudah bersiap untuk tidur, "Jangan terkejut dengan isinya" ucap Louzi dengan suara lelah, hampir tertidur.
"Senang bekerja sama dengan, mu Om" Sunny menyeringaikan senyum senang, tangannya hampir menyentuh kartu yang di asongkan Louzi, tetapi Louzi menarik kembali kartunya.
"Berikan aku kecupan terakhir" pinta Louzi.
Tanpa adanya paksaan kecupan itu mendarat di bibir Louzi.
Setelah mendapatkan keinginannya, Louzi menyerahkan kartu tersebut kemudian berkata "10juta sisanya, pakailah untuk perawatan. Ingat! Minggu depan kita akan bertemu lagi"
Sunny menarik kartu tersebut dari tangan Louzi, "Kau akan mendapatkan apa yang kau mau, Om" setelah itu Sunny pun pergi.
Kerja sama yang lancar, Sunny tersenyum tipis setelah mengecek Black Card yang di berikan Louzi.
Lelaki Tua itu benar benar melebihkan bayaran atas diri Sunny.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Uthie
begitulah kehidupan dunia yg hanya setetes air diujung jari.. yg ditukar dengan luasnya air di lautan samudera.... tak seberapa dan tak abadi sebenarnya
2023-10-24
0