Adimas, Rainy, Celine dan Vino saling berhadapan didepan pintu rumah, semuanya hanya terdiam karena terkejut.
"Ah, kau pulang lebih awal?" tanya Rainy canggung. Adimas tak menjawab dan hanya memandang Rainy datar. Kemudian memandang Celine dan Vino seakan meminta penjelasan.
"Ah perkenalkan, saya pacar Celine, kebetulan anda sudah datang, saya harus menjemputnya karena ada masalah penting di cafe" ucap Vino menengahi.
"Ah, haha, benar. Saya harus pergi" tambah Celine canggung. "Tadinya saya ingin menghubungi anda, tapi syukurlah anda sudah kembali"
"Baiklah, kalian bisa pulang. Terima kasih sudah menjagaku" ucap Rainy sambil mendorong Celine agar segera pergi dari sana.
"Ya, saya sangat berterima kasih pada anda. Maaf merepotkan"
"Ahaha. Tidak. Tidak merepotkan. Kalau begitu kami permisi" Celine segera menggiring Vino pergi dari sana.
Rainy memandang Adimas sambil berkedip beberapa kali. "Kau tidak masuk?" tanyanya. Adimas masuk dan Rainy menutup pintu, ia sedikit lega. Saat berbalik ia menubruk punggung Adimas, membuatnya terdorong kebelakang.
Tiba-tiba suasana mencekam, Adimas berdiri menghadapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "K-kau?!" bingung Rainy. Tiba-tiba Adimas memeluknya erat, seolah melepaskan rasa khawatirnya. Rainy terdiam masih bingung.
'Gruugh' suara perut Rainy membuat Adimas melepaskan pelukannya. Rainy begitu malu, ia hanya tersenyum bodoh. "Aku akan masak makan malam. Kau bergantilah baju" ucapnya segera berlari ke dapur.
"Tunggu. Jangan gunakan semua bahan di kulkas. Kita pergi makan diluar saja. Tunggu sebentar" Adimas melepas jasnya dan dasinya, meninggalkan kemeja putihnya. Lalu menggandeng tangan Rainy keluar.
"Tapi, bahan makanan kan masih banyak?"
"Kita belanja lagi"
"Eh?! Kan sayang, bukankah masih segar"
"Itu sudah tidak higienis, buktinya membuatmu sakit tadi. Sudah jangan banyak bicara" Adimas menyuruh Rainy masuk kedalam mobil. Dan segera membawa mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan terbaik dikota.
Rainy semakin merasa bersalah. Apa ia sudah keterlaluan. Ia juga tidak berfikir akan seperti ini.
Sesampainya di Mall, mereka segera menuju tempat bahan masakan dan keperluan dapur. Adimas terlihat begitu serius memilih dan memilah sayuran di rak, sedangkan Rainy langsung saja memasukkan bahan makanan kesukaannya dan rata-rata makanan instan, namun Adimas langsung mengembalikannya, membuat Rainy kesal. Meski begitu, Rainy menemukan sosok baru dalam diri Adimas yang diluar ekspektasinya. Ya, bagaimana bisa seorang Bos perusahaan besar begitu terampil berbelanja, mengalahkan ibu-ibu rumah tangga.
source : pinterest
Kini mereka di sebuah tempat makan. Rainy tersenyum bahagia melihat begitu banyak makanan di mejanya, meski semuanya makanan lunak, tapi ia memang tidak pernah pilih-pilih makanan.
Adimas meniup bubur yang masih agak panas dan setelah dirasa suhunya aman, ia memberikannya pada Rainy. "Makanlah"
Rainy menatapnya senang, tanpa ragu ia melahap bubur itu. Adimas memandanginya. Merasa diperhatikan saat makan membuat Rainy tersedak. Dengan sigap Adimas memberikan segelas air padanya. "Pelan-pelan saja" ucapnya.
"Haih, kau pasti sangat pandai merayu wanita, kan. Kau melakukannya pada semua wanita yang kau temui, kan?" remeh Rainy, Adimas hanya tersenyum. "Sudah kuduga".
"Berhentilah memikirkan hal buruk" ucap Adimas sambil menyeka ujung bibir Rainy yang belepotan, membuat Rainy terkesiap. "Makan pelan-pelan".
Jantung Rainy kembali bergemuruh, apalagi saat melihat senyuman lembut Adimas yang jarang dilihatnya.
'Apa ini? Kenapa jantungku tidak tenang' batinnya. Ia langsung mengalihkan pandangannya dan segera menghabiskan makanannya.
'Tenang Rainy. Tenang'
...****************...
Mereka sudah dirumah dan segera menata semua belanjaan mereka ke dalam kulkas. Karena sayang dengan bahan masakan lama yang difitnah karenanya, Rainy mengemas dan meletakkannya di rak bawah saat Adimas pergi mandi.
Setelah selesai dengan kesibukannya, Rainy duduk di sofa ruang tengah sambil bermain ponsel hingga tanpa sadar, Adimas sudah berdiri dibelakangnya dan masih menggunakan handuk mandinya. "Bisa menjelaskan sesuatu?" tanyanya membuat Rainy kaget dan menjatuhkan ponselnya. Ia menoleh kearah Adimas dan semakin terkaget.
"Kau?!" ia menutup matanya. Bagaimana tidak, mantel mandi yang dipakai Adimas diikat longgar, membuat bagian dadanya terekspos, dan lagi rambutnya yang masih basah membuat Rainy langsung menelan ludah.
"Siapa yang mengubah kamarku?" tanya Adimas lagi.
"Ah. Aku yang mengubahnya. Kau tidak mengijinkanku pindah kamar, jadi aku membuat ranjang sendiri. Kau juga sangat mesum. Lagipula aku juga hanya merubah sedikit." jelas Rainy.
"Kau! Berani sekali!" kini Adimas sudah berdiri di hadapan Rainy. "Jangan-jangan kau juga berpura-pura sakit?". Rainy mengalihkan pandangannya. "Aku... tidak bermaksud menipu...mu" ucapnya lirih.
Adimas menekan tubuh Rainy ke sofa dan mendekatkan wajahnya. Rainy menelan ludah karena takut menatap mata Adimas yang tajam, ia juga tak ingin memberontak takut Adimas lebih marah lagi. "Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir" ucapnya lirih.
"Bagaimana kau membayarnya?" tanya Adimas dingin.
"Eh? Membayar? Be-berapa harganya? A-aku akan membayarnya" jawab Rainy santai karena memang ia tak kekurangan uang, tentu hal ini membuat Adimas semakin gemas.
"Aku tidak butuh uangmu. Akan kutunjukkan apa itu mesum" bisiknya ditelinga Rainy.
"Hmh" Rainy tertipu lagi, Adimas berhasil mencium bibirnya, kali ini Adimas tidak main lembut, ia ******* bibir Rainy tanpa ampun. Ia benar-benar tak ingin melepaskan Rainy saat ini.
Setelahnya ia menciumi leher Rainy dan memberikan tanda disana, dan berhasil membuat Rainy teriak tertahan. Bahkan tangannya sudah bermain dibalik hoodie Rainy. Rainy pun menggeliat gelisah.
"Le-paskan aku!" berontak Rainy, namun tak berdaya. Adimas kembali mencium bibir Rainy dan sudah berniat melepas bajunya.
"Argh" ia melepas ciumannya karena Rainy menggigit bibirnya. Ia mendesis kesakitan dengan nafas terengah. Rainy menatapnya dengan penuh kekecewaan bahkan ia sudah hampir menangis. Ia tersadar perbuatannya sudah kelewatan. Ia mengingat kejadian saat pertama kali melakukan hal yang sama saat itu.
Adimas melepaskan tangan Rainy. "Maafkan aku" ucapnya menyesal, dan memeluk Rainy lembut. Rainy mendorong tubuh Adimas dengan sisa tenaganya, lalu berlari ke kamar.
Ditutupnya pintu kamar rapat-rapat, dan jatuh terduduk dilantai. Nafasnya masih terengah dan jantungnya masih berdegup kencang. Ada rasa kecewa dihatinya tapi, disisi lain ia menyukai perilaku lembut Adimas. "Aku tidak bisa terus disini" ucapnya sambil menyeka air matanya.
Tak berapa lama, Rainy keluar membawa tasnya, karena memang barangnya tidak banyak, semua barang disana adalah milik Adimas.
Adimas sendiri sudah tidak ada disana. Tanpa pikir panjang Rainy pun pergi meninggalkan rumah itu.
...****************...
"Halo cucuku yang manis"
Rainy mengabaikannya dan menyibukkan diri dengan buah-buahan didepannya.
"Kau marah?"
"Kenapa harus marah. Aku sudah bercerai dengan pria itu. Sekarang cucumu janda, besok akan kembali ke Amerika. Jangan mencegahku lagi" sungut Rainy.
"Apa?! Bagaimana bisa? Apa yang sudah dilakukannya pada cucuku tersayang"
Ia sangat tahu kakeknya hanya pura-pura. "Kakek. Aku tidak memilki alasan disini. Lagipula aku masih bisa mencapai impianku meski aku di Amerika. Aku tidak ingin disini lagi".
Kali ini kakeknya memandang serius cucunya itu. "Apa kau yakin?" tanyanya. Rainy memandang kakeknya bingung, apa maksudnya harus yakin. Ia benar-benar tak memiliki alasan lain. Tadinya memang harus bekerja untuk mencari dana. Tapi ia juga masih bisa melakukannya di Amerika.
"Kau sebaiknya menemui Tuan besar Wiyono dulu. Kau akan mendapat jawabannya" ucap kakek Rainy. Rainy hanya menghela nafas dan mencoba mengikiti saran kakeknya.
Setelah sambungan terputus, Rainy melihati ponselnya. Adimas tak menghubunginya sama sekali. "Kenapa aku berharap" gumamnya. Tiba-tiba wajahnya merona karena memikirkan kejadian tadi.
"Hah, orang mesum itu. Lupakan saja"
...****************...
Keesokan harinya Rainy benar-benar ke rumah sakit N menjenguk kakek Adimas. Ia membawa sebuket bunga dafodil untuknya, itu juga saran dari kakeknya.
"Kakek?!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments