Adimas menatap lekat wajah Rainy yang ketakutan saat ini. Namun hal ini membuatnya semakin ingin menjahilinya. Ia mencium lembut bibir Rainy yang menggoda itu. Lalu berlanjut keleher mulusnya, memberikan beberapa kecupan disana. Ia menyadari tubuh Rainy bergetar.
Ia tersenyum lebar dan berbisik ditelinga wanita itu. "Bukankah kau menyukainya? Calon istriku?"
Rainy yang sudah tidak tahan langsung menginjak kaki Adimas dan menendang perutnya, membuatnya terhempas kebelakang. Ia pun merintih kesakitan.
"Menjijikkan!" sakartis Rainy sambil mengusap kasar bibirnya. Ia menatap tajam pria gila didepannya dan langsung pergi dari sana.
Entah kenapa ada rasa bersalah dalam diri Adimas melihat Rainy pergi. Apalagi matanya yang sudah berkaca-kaca. Apakah dia sudah sangat keterlaluan. Ia memegangi perutnya yang nyeri karena tendangan Rainy.
Rainy berlari cepat dan menghentikan taxi, air mata yang ditahannya jatuh begitu saja. Ia masih syok. Ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini. Bahkan ciuman pertamanya telah direnggut dengan menjijikkan. "Kenapa aku tidak membunuhnya sekalian, hiks" racaunya.
"Kakek kau memilihkanku orang jahat. Aku tidak mau"
--
Dalam perasaan kacau Rainy menyantap rakus sewadah besar eskrim di hadapannya.
"Kakek. Dia sangat menjijikkan. Aku membencinya"
"Haih, kau ini selalu saja mengeluh. Berhentilah makan, kau harus menjaga tubuhmu"
"Kakek kau sangat jahat padaku, dia memperlakukanku dengan buruk, dia bahkan me-me..." Rainy ragu melanjutkan kalimatnya.
"Apa? Aku tidak percaya. Dia anak yang baik"
"Bagaimana kakek tahu dia baik, bahkan kakek tidak pernah bertemu dengannya"
"Itu... eh, itu. Ah, kakek lupa mematikan kompor. Sampai jumpa cucuku tersayang"
Sambungan terputus.
"Arrgh kakek!!" kesal Rainy.
Tiba-tiba ada telepon masuk, Rainy segera mengangkatnya.
"Temui aku di rumah sakit N, sekarang"
Belum sempat ia menjawab sudah dimatikan. "Dia benar-benar gila. Setelah memperlakukanku seperti itu masih bisa memerintah tanpa meminta maaf? Aku akan membunuhnya nanti"
Dengan cepat Rainy berganti pakaian dan segera pergi ke tempat yang dimaksud.
-Di rumah sakit N-
"Kau telat 10 menit" ucap Adimas dengan wajah datarnya. Rainy hanya mengatur nafasnya tak peduli, dia masih kesal. "Kau pandai bersandiwara kan. Cukup tersenyum dan jawab Iya saja saat ditanya". Adimas meraih tangan Rainy dan menggenggamnya, dengan cepat Rainy menghempaskan, namun tidak bisa, genggaman pria itu terlalu kuat. Mereka pun masuk.
Rainy terdiam melihat seorang pria tua, mungkin seumuran dengan kakeknya tengah terbaring lemah di hadapannya. Tubuhnya begitu kurus hingga tulang pipinya pun terlihat jelas. Ia sudah membayangkan, bagaimana jika itu kakeknya.
"Aku membawanya, Kakek" ucap Adimas.
Kakek itu membuka matanya perlahan dan tersenyum menatap Rainy. "Kemarilah nak!" ucapnya lirih.
Rainy menatap Adimas seolah meminta persetujuan. Adimas hanya diam dan menuntun Rainy mendekati ranjang kakeknya.
"Kau sangat cantik, persis seperti Rosa, namun matamu lebih mirip Rivan. Haha, si tua itu bisa membesarkan cucu secantik ini"
"Kakek mengenal ayah ibuku?" tanya Rainy. Ia sendiri hanya tahu tentang kisah mereka, namun tak pernah mendapat kasih sayang mereka, karena mereka meninggal saat Rainy masih berumur satu tahun.
"Sangat. Sangat mengenal mereka" nafas kakek mulai berat.
"Siapa namamu nak?"
"Rainy Rhosella"
"Nama yang cantik" kakek menarik nafas agak panjang. "Aku meminta bantuanmu, tolong kau jaga cucuku ini, dia memang agak tidak menyenangkan, namun aku sangat tahu dia itu baik dan bertanggung jawab"
Rainy menatap Adimas yang hanya diam memandangi kakeknya. 'Dia baik? Aku meragukannya'
"Tapi kek.." belum sempat Rainy melanjutkan kalimatnya, Adimas memeluk bahu Rainy dengan erat, tak memberikan kesempatan Rainy bicara lebih lanjut.
"Aku berjanji akan menjaganya kek, sebaiknya kakek istirahat dulu" ucap Adimas.
"Eheh, i-iya kek" Rainy semakin kesal karena tak bisa menolak.
"Satu lagi, kakek ingin melihat kalian menikah, sebelum kakek pergi"
"Sesuai permintaan kakek" Adimas tersenyum dan berpamitan. Ia menggiring Rainy untuk segera pergi dari sana.
Setelah diluar, Rainy menghempaskan tangan Adimas dan menatapnya tajam. "Kenapa kau mengatakan itu, apa aku setuju?"
"Hanya 3 bulan, setelahnya kita bisa bercerai" ucap Adimas enteng.
"Kau benar-benar gila. Memangnya aku wanita seperti apa?" kesal Rainy.
"Maaf untuk perilakuku tadi"
Rainy memandangnya tak percaya, entah kenapa ia sedikit kasihan dengan pria itu. Sepertinya ucapan kakek tadi ada benarnya, kalau dia punya sedikit sisi baik. "Aku yang membuat peraturan" ucapnya.
Adimas menatapnya, "Terserahmu. Besok kita akan mengurus surat nikah. Jangan sampai telat" ia melenggang pergi meninggalkan Rainy begitu saja.
"Cih. Salah aku mengira dia itu baik" umpatnya. "Ah, kenapa aku harus menerimanya. Hari-hariku yang menyenangkan akan hilang"
"Tunggu. Haruskah aku mengabari Kak Barra?. Ah tidak perlu, lagipula cuma 3 bulan".
Rainy memandangi pintu kamar kakek Adimas dan pergi setelahnya.
...****************...
source : pinterest
Rainy dan Adimas memandangi surat nikah mereka. Begitu cepat dan mereka sudah resmi menikah.
Rainy menyerahkan sebuah map pada Adimas dan segera diperiksa.
"Untuk poin 3 dan 4 kurasa tidak bisa. Kita pasangan suami istri sekarang, jadi sudah seharusnya sekamar, dan saling berpelukan adalah hal normal" ucap Adimas seperti biasa tanpa ekspresi.
"Tapi, kita kan hanya berpura-pura jadi hal itu bukan hal penting. Aku tahu kau memang pria mesum, jadi..."
Belum sempat melanjutkan kalimatnya, bibirnya sudah dibungkam dengan ciuman Adimas. "Kau terlalu cerewet"
"Kau!" Rainy sudah akan menamparnya jika tangannya tidak ditahan oleh Adimas. "Jika kau ingin mengambil sebuah peran, kau harus totalitas dalam melakukannya. Aku bisa menerima semua syaratmu, tapi poin 3 dan 4 akan diubah sesuai keinginanku. Itu kesepakatannya"
Rainy merampas map itu dan menatap tajam Adimas, lalu pergi.
"Semua barangmu sudah dipindahkan ke rumahku. Jadi kita pulang bersama"
"Bagaimana kau bisa... Ah sudahlah. Aku tidak mau pulang bersamamu, aku ada urusan, pulanglah sendiri" rasanya percuma berdebat dengan pria kejam itu. Rainy menghentikan taxi dan pergi dari sana.
Adimas masih menatapnya hingga taxi itu menjauh. Ia memegangi bibirnya, masih ada rasa lipstik Rainy. Ia tersenyum, namun sekejap wajahnya kembali dingin. Ia masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat itu.
...****************...
"Apa kau sudah menikah?" suara lantang itu membuat seisi cafe menatap ke arahnya. Rainy menarik tangan wanita di sampingnya agar tenang.
"Wah Rho yang cantik ini, bagaimana bisa? Bukankah kau bilang kau akan menikah setelah impianmu terwujud?"
Dia, Celine Alexandra, sahabat Rainy dari Amerika, ia lebih dulu kembali ke tanah air dan bekerja di perusahaan ayahnya. Dan baru sempat bertemu Rainy hari ini.
"Aku terpuruk sekarang. Dia orang gila. Hiks"
Celine memeluk sahabatnya itu, ia tahu jika Rainy dijodohkan oleh kakeknya, ia juga tidak bisa membantu apa-apa.
"Tenang saja. Rho ku yang cantik pasti bisa melewatinya. Aku mendukungmu"
"Kau memang yang terbaik"
"Baiklah mari kita makan sepuasnya, dan lupakan masalah hari ini. Semangat untuk besok"
Rainy sedikit tersenyum, ia pun makan dengan senang. Setidaknya ia bisa melupakan ketidak beruntungannya itu sejenak. Untung saja ia tinggal dekat dengan Celine jadi dia masih bisa mendapat semangat menjalani hari-harinya.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 dan Rainy masih belum pulang. Adimas pun menghubunginya.
"Kau dimana? Kau..." belum sempat melanjutkan kalimatnya ia bergegas mengambil kunci mobil dan pergi.
15 menit kemudian ia berhenti didepan cafe, ia melihat Rainy terduduk tak sadarkan diri, dan seorang wanita disampingnya.
"Anda, bos galak? Eh?" Celine bingung dengan ucapannya, ia tak tahu harus memanggilnya bagaimana karena itu yang tertera di kontak Rainy.
"Terima kasih sudah menjaganya, saya akan membawanya pulang" ucap Adimas segera menggendong Rainy kedalam mobil.
"Ah iya. Mohon jaga Rainy baik-baik" ucap Celine, ia sendiri seolah familiar dengan wajah pria itu. Meski khawatir ia membiarkan Rainy pergi dengan pria itu, karena bagaimanapun itu suaminya.
"Bukankah itu Adimas Wiyono?" sebuah suara dari belakang mengagetkan Celine. "Eh? Jadi dia?" gumamnya. Seorang pria menghampirinya. "Kita pulang sekarang?". Celine memeluk erat lengan pria itu.
"Aku khawatir pada Rainy. Dia tidak pernah dekat dengan lelaki sejak dulu. Ah, semoga dia baik-baik saja"
"Dia pasti baik-baik saja. Lagipula dia kan sudah menikah"
"Yaa dia membuatku iri. Kapan kau akan menikahiku?"
"Aku siap kapan pun. Bukankah kau sendiri yang belum mau menikah?"
"Maaf. Tapi memang aku..."
"Sudahlah, tenang saja, aku akan menunggumu. Sekarang kuantar pulang"
Celine tersenyum senang. Ia sungguh beruntung memiliki kekasih seperti Vino. Ia masih berharap Rainy akan baik-baik saja.
...****************...
Matahari sudah tinggi, sinarnya mengusik tidur Rainy. Ia pun mengerjap beberapa kali. Pemandangan sekeliling begitu asing, saat menoleh kesamping ia terperanjat hingga jatuh kebawah.
Pria itu duduk bersandar di ranjang sambil membaca bukunya. "Kau!" teriak Rainy.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Diaa
semangat ya kak🤗
2023-10-18
2
Sophia Aya
lanjut thor
2023-10-15
1
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
semangat terus kak up nya, ceritanya menarik niu
2023-08-24
1