Rainy dengan cepat menutupi tubuhnya dengan selimut. Seingatnya ia terlalu banyak minum kemarin dan bersama Celine, tapi kenapa saat ini dia sudah disini. Kepalanya sedikit sakit, untuk mengingatnya.
"Kau! Apa yang kau lakukan padaku?!" teriaknya waspada. Adimas yang masih sibuk membaca bukunya hanya meliriknya sekilas. "Kau menutupi apa? Lagipula aku sudah melihat semuanya" santainya.
"Kau!" Rainy semakin kesal. Ia benar-benar banyak dirugikan.
"Minumlah air lemon itu" tambah Adimas, menunjuk segelas air diatas nakas disamping Rainy. Dengan ragu Rainy mengambilnya, dan mengendusnya.
"Siapa yang berniat meracunimu? Aku bisa langsung membunuhmu jika mau" ucap Adimas seolah tahu apa yang dipikirkan Rainy. "Cih" Rainy segera menghabiskan air lemonnya.
"Cepatlah mandi, setelah ini kita berangkat ke kantor. Telat akan kupotong gajimu" Adimas menutup bukunya dan segera menghilang dibalik pintu ruang ganti.
"Dia? Begitu seenaknya. Tunggu, dia bilang kita akan berangkat bersama? Tidak bisa, bagaimana jika hubungan kita terekspos?"
"Sudahlah, lebih baik aku mandi dulu"
Ia masih mencoba mengingat kejadian semalam. Adimas menggendongnya dan membantunya pulang. Lalu...
"Gawat, aku muntah di bajunya" Rainy begidik ngeri. "Tapi kenapa dia tidak membahasnya? Dan berbaik hati memberikan segelas air lemon?". Rainy mulai bimbang.
Selesai mandi ia menuju ruang ganti baju, ruangan nya begitu besar, sebelah kiri adalah lemari milik Adimas, dan sebelah kanan disediakan untuknya, semua baju miliknya tidak ada, semua baju baru dan ukurannya pas untuknya. "Bagaimana bisa?" gumamnya. "Apa aku boleh memakai semua barang ini?"
Tak banyak pikir Rainy segera ganti baju dan memoles wajahnya secepat mungkin.
"Sepertinya aku memang harus meminta maaf" gumamnya. Ia pun turun, dan melihat Adimas sudah duduk di ruang tengah menikmati kopinya. Duduk saja sudah sangat tampan, Rainy sempat terkecoh, ia segera menghapus pikiran anehnya.
"Aku berangkat naik taxi. Sampai jumpa" ucapnya sambil meninggalkan Adimas.
...****************...
Rainy menghela nafas kesal karena benar-benar tidak bisa menolak perintah Adimas, yang masih bosnya itu. Ia memperhatikan sekeliling dari kaca mobil, apakah ada orang atau tidak. Ya, akhirnya ia berangkat ke kantor bersama Adimas.
"Kau turunlah lebih dulu, 5 menit kemudian aku turun"
"Wah, kau bisa membaca pikiran ya?" kagum Rainy, karena Adimas selalu bisa membaca pikirannya.
"Oh iya, soal kemarin malam aku minta maaf, dan terima kasih" ucap Rainy cepat, ia pun membuka pintu mobil hingga tangan Adimas meraih tangannya, sontak membuatnya berbalik dan disambut ciuman manis dibibirnya.
"Kau?! Lagi?!" kesal Rainy yang selalu kecolongan. "Minta maaf harus memberikan kompensasi" ucap Adimas datar. "Kau! Siapa yang peduli? Dasar mesum" kesal Rainy segera keluar dari mobil. Ia berlari cepat menuju lift.
Selalu seperti itu, jantungnya akan berdegup kencang setiap kali Adimas menciumnya. Bibirnya begitu lembut, hanya saja caranya yang terlalu dadakan. Benar-benar menyebalkan. Namun ia sempat merasa senang.
"Apa yang kau pikirkan Rainy. Fokus, kau harus fokus dengan pekerjaanmu" batinnya.
"Pagi Rainy" Sapa Diana, sekretaris Adimas yang kemarin.
"Oh iya Kak Diana" balas Rainy ramah, ia pun duduk dikursinya.
"Kau mengambil libur kemarin? Apa ada sesuatu? Kau sakit?"
"Eh, tidak kak, aku mengurus surat pindahku dari Amerika. Jadi harus mengambil libur"
"Syukurlah. Aku takut kau tidak betah kerja disini karena Pak Adi yang seperti itu"
Kalau dipikir tentang sifat bosnya memang menyebalkan, kalau tidak karena sesuatu mungkin ia akan segera resign. "Ehe, memang dia agak menakutkan, tapi akan kucoba sedikit demi sedikit agar bisa lebih baik"
"Hah, untunglah Rainy punya pemikiran seperti itu. Tapi kalau kau sakit jangan dipaksakan juga"
Rainy tersenyum, ternyata disamping wajah sangarnya, Diana adalah orang yang cukup perhatian. Sepertinya tidak masalah jika ia berteman dengan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian Adimas masuk, Rainy dan Diana langsung menyambutnya dengan membungkukkan sedikit badannya. "Semua jadwal Anda sudah saya letakkan dimeja" ucap Diana.
"Baiklah. Setelah ini Rainy ikut saya dalam rapat. Dan Diana, segera siapkan berkas dari PT. Petra"
"Baik Pak" ucap Rainy dan Diana hampir bersamaan.
Mereka segera melaksanakan tugas masing-masing.
...****************...
Jam makan siang, Rainy pergi makan dengan Diana ke cafe dilantai satu perusahaan.
Diana banyak bercerita tentang dirinya selama bekerja menjadi sekretaris pribadi Adimas. Banyak hal yang dipelajarinya.
Rainy pun baru tahu bahwa Diana sudah memiliki suami, dan dia berencana resign dari perusahaan karena ia tengah hamil saat ini. Mendengar kisah Diana, Rainy sedikit iri, karena Diana bisa menikah dengan orang yang dicintainya, menjalani hari-hari dengan bahagia. Tidak seperti dirinya.
Dia juga baru mengetahui bahwa Adimas yang tampak kejam itu juga sangat perhatian dengan para bawahannya, bahkan tidak pernah ada kata kerja lembur diperusahaan. Oleh karena itu ia sangat disegani. Dan satu hal lagi, CEO kejam itu sangat membenci wanita, bahkan ada rumor kalau dia itu seorang gay. Sungguh tidak seperti yang Rainy duga, pasalnya perilakunya padanya sangat keterlaluan mesum.
source : pinterest
"Wah makanmu banyak juga ya, tapi kau bisa menjaga tubuhmu tetap bagus seperti ini" kata Diana melihat nafsu makan Rainy yang bar-bar.
"Hm, apapun keadaannya kita harus makan, biar semangat. Ehe" ucap Rainy polos setelah meneguk segelas air.
"Aku sangat senang bisa mengenal Rainy. Karena hari ini hari terakhirku, biar aku yang mentraktir. Oh ya, nanti setelah aku pergi, kau bisa mempelajari semua data tentang perusahaan dalam flashdisk ini, aku sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari"
"Kakak sungguh sangat membantuku. Pokoknya kalau ada apa-apa, kakak bisa menghubungiku oke" Rainy memeluk lengan Diana dengan erat. "Pasti. Semangat ya Rainy"
"Oke, sekarang kita kembali bekerja. Lakukan yang terbaik"
Mereka pun kembali keruangannya.
Ternyata sejak tadi Adimas menguping pembicaraan mereka di ruang vip sebelah, dan tersenyum.
...****************...
"Ini peraturan barunya. Apa masih ada yang tidak setuju?" Rainy menyerahkan selembar kertas pada Adimas. Kini mereka sudah dirumah dan duduk berhadapan di ruang tengah.
"Peraturan lagi, bukankah aku pemilik rumah ini, seharusnya aku yang membuat peraturan, kan?"
"Masuk akal juga. Baiklah apa peraturannya?"
"Aku hanya akan mengatakannya sekali, jadi kau harus mengingatnya"
Rainy mengangguk serius.
"Yang pertama, harus tepat waktu, tidak ada terlambat tidur atau terlambat bangun. Kedua, rumah harus selalu bersih, tidak boleh berantakan. Ketiga, aku sangat menyukai masakan rumahan, kau harus memasak makan malam mulai besok, dan aku yang buat sarapan, agar adil. Keempat..."
Adimas mengucapkanya begitu cepat, ia agak ragu Rainy akan mengingatnya. "Jadi apa kau ingat semua?" tanyanya.
Rainy tersenyum lebar, dan menggeleng cepat "Tidak sama sekali. Kau berbicara tanpa jeda, seperti kereta, jadi aku tidak mendengarnya sama sekali, malah aku mengantuk. Ehe" ucap Rainy santai.
"Sudah kuduga, Kau!" Adimas merasa gemas dengan wanita itu.
"Tapi aku merekam semuanya, jadi nanti akan kupelajari. Dan lagi, kau juga harus mengikuti peraturanku. Tidak boleh bertindak mesum, tidak boleh memublikasikan hubungan diluar, tidak boleh mengurusi privasi masing-masing, dan satu lagi, aku ingin tempat tidur terpisah"
"Tidak untuk yang keempat"
"Kenapa?! Kalau begitu aku memakai kamar lain saja, lagipula disini banyak kamar, kan?"
"Tidak bisa. Kakek akan tahu jika kita hanya pura-pura. Mata-matanya ada dimana-mana, jadi agak sulit".
"Melihat kondisi kakek, masih sempat dia mengurusi masalah itu. Haih apa boleh buat, aku akan memikirkan cara lain"
Rainy menyusun bantal ditengah ranjang, sebagai pembatas, Adimas tak peduli dan memilih membaca bukunya. "Nah, seperti ini, kau tidak boleh melewati pembatas. Hehehe" Girang Rainy, ia pun langsung berbaring dan menarik selimutnya. "Selamat malam" ucapnya, tak butuh waktu lama ia sudah tertidur.
Adimas tersenyum melihat wajah polos istrinya yang tengah tertidur itu. Ia menyingkirkan pembatas itu dan meraih Rainy kedalam pelukannya, menatap lekat-lekat wajah wanita itu seolah menyiratkan rasa rindu yang sangat dalam. Dikecupnya lembut kening Rainy dan mulai memejamkan matanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments