BAB 5

Amira terus saja melingkarkan tangannya ke perut Arjuna. Bahkan sangking nyamannya bahu Juna, Amira ketiduran di bahu lelaki yang ber status suaminya tersebut. Arjuna yang menyadari Amira tertidur pun mengurangi kecepatan laju motornya.

"Ck, dasar *****. Bisa-bisanya naik motor aja dia tidur." gumam Juna ngedumel sendiri melihat Amira yang tertidur di bahunya. Dan ketika tangan Amira yang melingkar di perutnya mulai mengendor, Juna menarik tangan kembali Amira dan memeganginya hingga sampai ke tempat tujuan.

Saat Juna menghentikan motornya, Ia sebenarnya tak tega jika harus membangunkan istrinya tersebut. Dan saat Amira menggeliat membuka matanya dan menyadari laju motor telah berhenti, Arjuna menyuruh Amira segera turun dari motornya.

"Cepet turun lo, enak aja pundak gue lo buat tidur. Lo pikir pundak gue bantal, seenaknya aja lo tidurin." omel Juna hingga membuat mata Amira terbuka sempurna.

Baru juga ia membuka mata, udah kena omel aja dari Juna. Amira menatap sinis ke arah Juna karena mengganggu tidurnya.

"Nih helm lo, ngomel gak jelas dari tadi." ucap Amira mengembalikan helm yang tadi dipakainya dan berlalu pergi meninggalkan Juna tanpa berterima kasih.

"Dasar cewek sialan. Gak tau terimakasih." gerutu Juna melihat punggung istrinya yang mulai menjauh.

Juna pun melaju kembali untuk menemui teman-teman geng balapannya.

...***...

"Ehh siapa? Cowok baru lo ya? trus David lu kemanain." ucap seorang cewek yang juga baru tiba berjalan sejajar dengan Amira. Dia Clara, teman kuliah Amira sekaligus selingkuhan David yang juga satu jurusan dengannya.

"Enak aja, siapa juga yang mau sama cowok rese' kayak dia." sanggah Amira tidak terima dengan tuduhan temannya tersebut.

"Lo gak mau, buat gue aja. Ganteng ini orangnya." ucap Clara menggoda Amira.

"Ambil aja sono." ucap Amira sewot. Amira malas jika harus membahas suaminya tersebut. Ganteng sih ganteng, tapi sikapnya dingin banget kayak kulkas dua pintu.

"Btw gue belum ngerjain tugas dari pak Surya, liat punya lo ya." ucap Clara merayu Amira agar memberinya contekan.

"Gak sembuh-sembuh ya penyakit lo. Gua aja baru ngerjain tadi pagi. Gue contekin, tapi ini terakhir kalinya. Besok-besok lo harus kerjain sendiri." ucap Amira merasa sedikit terbebani sebab temannya satu ini selalu mengandalkannya.

Entah apa yang ada di pikiran Clara sehingga dia menikung sahabatnya sendiri. Padahal Amira begitu baik padanya. Selalu membantu tugas-tugasnya jika memang dia belum selesai mengerjakan. Bagaimana mau mengerjakan tugas, kalau ternyata Clara tengah sibuk berpacaran dengan pacar sahabatnya itu.

...***...

"Jadi gimana setelah nikah bro?" ucap Bagas, salah satu teman Juna.

"Ya jelas enak lah, makan ada yang nyuapin, mandi ada yang mandiin, tidur ada yang ngelonin hahahaha." seru Candra, teman Juna yang lain di ikuti gelak tawa dari yang lain.

Juna tak begitu meladeni omongan teman-temannya ini. Boro-boro makan di suapin, malah di suruh pesen online aja. Boro-boro di mandiin, baru masuk kamar mandi aja langsung di usir. Boro-boro di kelonin, tidur aja pisah ranjang. Sungguh indah pernikahan Arjuna ini, ck.

"Diem lo semua, berisik. Jadi kapan jadwal kita balapan lagi." seru Juna berusaha mengalihkan pembicaraan.

Memang sekarang ini mereka kumpul bukan untuk balapan, hanya sekedar kumpul untuk membahas seputar balapan.

"Emang lo masih bisa balapan bro? Enggak di marahin istri di rumah? Hahaha." goda Candra kembali.

"Masak sih seorang Arjuna takut sama istri. Kayaknya gak ada di kamus dia." tambah salah seorang teman Juna di sana.

"Mulai besok gue bakal kerja di kantor papa. Tapi bakal tetep gue usahain buat balapan." ujar Juna memberi penjelasan. Karna dia tau, para lawan lebih suka jika lawan balapannya adalah Juna. Mereka merasa tertantang sebab belum pernah ada yang bisa mengalahkan Juna di sirkuit balapan.

"Iyalah bro, mana mau mereka balapan kalau gak ada lo. Apalagi gengnya Adrian, dia gak akan mau kalau bukan lo yang turun ke jalan." ucap Bagas menambahkan.

"Oh iya kemarin Adrian nantangin lo lagi. Jadi kapan lo terima tantangannya." tanya Bagas ke Arjuna.

"Besok juga ayo." ucap Juna santai. Baginya tak ada lawan yang susah. Ia sangat percaya diri sebab ia tak pernah terkalahkan.

"Oke, nanti gue konfirmasi ke geng nya Adrian." ucap Bagas.

"Kita lanjut kemana abis ini? Ke club aja gimana?" Candra menawarkan ronde kedua.

"Kalian aja, nih pake kartu gue. Gue ada perlu." ucap Juna masih dengan gaya santai nya.

"Lo gimana sih Can, pengantin baru kok lu ajak ke club. Istrinya aja udah cukup lah bro hahaha." goda Bagas yang di balas gelak tawa dari yang lain.

"Gue cabut. Hubungi gue kalau ada apa-apa." Juna berpamitan lalu meninggalkan teman se geng nya beserta kartu kreditnya.

...***...

Juna telah tiba di rumahnya. Namun saat ia memasuki rumah, ia tak mendapati Amira di rumah. Sepertinya Amira belum pulang.

"Udah hampir larut malam tapi dia belum balik juga? Dia kuliah apa pacaran sebenernya. Ahh lagian bodo amat, mau dia gak pulang sekalipun bukan urusan gue." gumam Arjuna yang mengoceh sendiri sebab istrinya tak nampak di rumah. Jam menunjukkan pukul 8 malam, tapi Amira tak kunjung pulang juga.

Juna ingin menghubungi Amira. Baru ia ingin memencet tombol hijau, terdengar suara deru motor di depan rumah Juna. Juna mengintip dari jendela. Terlihat Amira datang bersama pacarnya. Juna segera berlari ke sofa dan berpura-pura sibuk dengan hp nya.

Amira memasuki rumah. Ia melirik sekilas Juna yang sibuk dengan hp nya. Ia terus berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum untuknya. Ia segera meneguk segelas air putih untuk menghilangkan rasa hausnya. Baru aja Amira melangkahkan kakinya ingin pergi ke kamar, tiba-tiba terhenti oleh ucapan Juna.

"Kemana aja lo, lo gak liat sekarang jam berapa?"

Amira menatap jam yang menggantung di dinding rumah. Masih jam 8 malam kenapa Juna begitu menjengkelkan.

"Bukannya gue sudah bilang, dilarang ikut campur urusan pribadi. Lagian ngapain masih nanya sedangkan elo sendiri yang tadi nganter gue sampe depan kampus." ucap Amira membantah ucapan Juna.

"Lo bisa gak sih gak usah ngebantah gue. Gue suami elo. Udah seharusnya lo nurut sama gue." ucap Juna berdiri dari posisinya semula.

Ucapan Juna berhasil membuat Amira tersenyum miris. Amira mendekati Juna dan berdiri di depan lelaki yang berstatus suaminya tersebut.

"Apa yang lo harepin dari pernikahan karena perjodohan? Lo mau gue tiba-tiba suka sama lo gitu? Lo mau gue tiba-tiba hormat sama lo gitu? Jangan mimpi. Lo bahkan tau gue udah punya pacar. Lagian ini masih jam 8 tuan muda, kenapa lo sangat menjengkelkan." ucap Amira mendorong bahu Juna hingga ia terduduk kembali. Amira lalu meninggalkan Juna menuju kamarnya.

"Malam ini, gue tidur di kamar." ucap Amira sebelum ia benar-benar meninggalkan Juna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!