Setelah melakukan ijab kabul pagi hari, akhirnya Arjuna dan Amira resmi menjadi sepasang suami istri.
Malam harinya, keluarga Arjuna melaksanakan acara resepsi. Gaun putih menjulang, dengan hiasan mahkota di atas kepala menambah kecantikan Amira.
"Selamat ya sayang, akhirnya kamu resmi menjadi istri. Layani suami mu dengan baik, apapun yang ia katakan kamu harus menurutinya, karena dia adalah imam kamu sekarang." ucap Rina memberi nasihat kepada anaknya yang kini sudah menyandang status istri.
"Iya bu. Semoga Amira bisa menjaga amanat ibu." ucap Amira lembut kepada ibunya.
"Gak usah di tunda ya, mama mau segera menimang cucu." ucap Salma.
Arjuna dan Amira sama-sama bergidik setelah mendengar kata cucu. Bagaimana mungkin ia melakukannya tanpa cinta. Membayangkannya saja membuat mereka ingin muntah.
"Gak usah buru-buru lah ma, Amira juga masih kuliah." ucap Arjuna berusaha mencari alasan.
"Kamu ini ya Jun. Jaga istri kamu dengan baik, mulai besok juga kamu masuk kerja di kantor papa. Sekarang kamu adalah kepala rumah tangga. Sudah kewajiban kamu mencari nafkah halal untuk istri kamu." ucap Rama.
"Iya-iya." jawab Arjuna sedikit malas.
...***...
Setelah acara resepsi, Arjuna dan Amira langsung menempati rumah baru mereka. Amira segera pergi ke kamar mandi setelah ia berhasil melepas semua aksesoris rambutnya.
Namun saat di kamar mandi, resleting kemben bagian belakang Amira tersangkut dan Amira kesusahan melepasnya.
Dengan terpaksa akhirnya Amira memanggil Juna untuk membantu melepasnya.
"Junaaaa, apa kamu disana?" teriak Amira dari kamar mandi.
"Ada apa?" sahut Juna.
"Tolongin aku." teriak Amira lagi.
Juna mengetuk pintu kamar mandi. Amira pun membuka handle pintu. Dengan sedikit malu, ia menutup bagian dadanya, sebab ia hanya mengenakan kemben dan hotpans sebagai dalaman gaun pengantinnya tadi.
"Ada apa?" tanya Juna saat Amira ada di depannya.
"Resleting nya nyangkut." ucap Amira lalu berbalik badan membelakangi Juna.
Juna berusaha menarik resleting baju Amira. Karena merasa susah sebab terlalu ngepas, Arjuna pun menyuruh Amira mengangkat tangannya.
"Angkat tanganmu ke atas, trus tahan nafasmu sebentar." ucap Juna.
Dengan sedikit ragu Amira pun mengangkat tangannya. Juna menarik resleting kembali sambil sesekali melihat leher jenjang Amira yang terpampang nyata di depannya.
"Cepetan, jangan ambil kesempatan lo ya." ucap Amira membuyarkan lamunan Juna.
"GR banget lo, badan cungkring gini gue gak nafsu." ucap Juna.
Juna menarik resleting dengan paksa hingga resleting terlepas dari kemben Amira yang menyebabkan kemben Amira terjatuh ke lantai.
Amira dengan sigap langsung menutupi kedua gunung kembarnya yang terpampang nyata.
Juna yang emang dasarnya jahil pun langsung mendekati Amira. Amira mundur ke belakang, tapi Juna malah semakin mendekatinya.
"Jangan macem-macem lo ya." gertak Amira yang kini sudah bersandar di dinding kamar mandi.
"Satu macem doang kok. Mama kan udah kepengen cucu, kita kabulin sekarang aja gimana?" ucap Juna dengan tatapan ingin menerkam.
"Berani nyentuh gue, gue tonjok lu ya." ucap Amira mengepalkan tangannya di depan Juna.
"Hahaha dosa loh berani nolak suami. Ayolah sayang..." ucap Juna semakin menggoda Amira.
Kini badan Juna sudah sangat menempel dengan badan Amira. Amira pun tak bisa berkutik lagi. Saat Juna mendekati wajah Amira, Amira pun spontan menutup matanya. Juna yang melihatnya pun tersenyum penuh kemenangan.
"Kan gue bilang, gue gak nafsu sama badan lo yang cungkring ini." bisik Juna lembut di telinga Amira.
Amira langsung membuka matanya karena geram. Juna malah tertawa pergi keluar dari kamar mandi. Setelah Juna keluar, Amira pun segera mengunci pintunya dari dalam.
"Emang brengsek si kutu kupret, bikin jantung gue mau loncat aja rasanya." gumam Amira masih mengatur detak jantungnya.
Keluar kamar mandi ia tak mendapati Juna di kamarnya. Ia pun menggunakan kesempatan itu untuk segera berganti pakaian.
Amira turun menuju ruang tengah. Dan benar saja, Juna sedang asik dengan game di layar komputernya.
"Aku mau kita bikin kesepakatan." ucap Amira berdiri di samping Juna.
"Katakan." ucap Juna masih asik bermain game tanpa menoleh ke arah Amira.
"Satu, kita gak perlu tidur seranjang." ucap Amira.
"Oke." jawab Juna.
"Dua, di larang mencampuri urusan pribadi."
"Oke."
"Tiga, pura-pura baik-baik saja ketika berada di depan mama, papa, dan ibu."
"Oke."
"Empat, karna lo tau gue udah punya pacar, lo gak berhak larang gue buat ketemu cowok gue."
"Untuk yang lain gue setuju, tapi yang terakhir ini gue gak setuju. Walaupun kita menikah karna terpaksa, lo tetep istri gue. Gue berhak atas lo, gue punya hak buat nglarang lo. Gue gak nglarang lo ketemu sama cowok lo, silahkan kalau mau ketemu. Tapi harus atas izin dari gue." ucap Juna berlagak jadi suami.
"Gak bisa seenaknya don." ucap Amira membantah.
"Seenaknya? Lo yang seenaknya sendiri. Gue kepala rumah tangga disini. Gue punya tanggung jawab atas apapun yang terjadi di dalam rumah ini. Belum sehari kita menikah lo udah berani ngasih syarat sama gue. Dari mana letak seenaknya dari gue? Gue bahkan gak meminta syarat apapun dari lo." ucap Juna panjang lebar lalu meninggalkan Amira.
"Gue kira dia seperti anak kecil, ternyata dia bisa berfikir dewasa juga." gumam Amira lalu berjalan mengikuti Juna menuju kamarnya.
Saat Amira masuk ke kamar, dia melihat Juna sudah berbaring di atas tempat tidurnya.
"Gue bilang kan gue gak mau satu ranjang sama lo." ucap Amira kepada Juna.
"Iya gue setuju. Tapi gue gak bilang kalau gue bakal tidur di sofa kan?" ujar Juna lalu berguling seolah ranjang itu adalah miliknya sendiri.
Amira mendengus kesal lalu pergi dari kamar utama tersebut. Amira memutuskan untuk pergi ke kamar tamu dan berbaring di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments