BAB 2. Fitting Baju Pengantin

Keesokan paginya pagi-pagi sekali ada yang mengetuk pintu rumah Amira. Setelah Rina membuka pintu betapa kagetnya ternyata calon mantu sudah ada di hadapannya.

"Lhoh nak Juna, ada apa? Ehh ayo masuk dulu." tanya Rina heran sekaligus menawarkan masuk Juna.

"Saya di suruh mama buat jemput Amira bu, Amira mana ya?" ucap Juna berusaha sesopan mungkin.

"Jemput Amira? Tapi Amira ada kuliah. Sebentar ya.." ujar Rina lalu berlalu untuk memanggil anaknya.

"Gue ada kuliah. Lo mau bawa gue kemana?" ucap Amira saat keluar kamar.

"Mana gue tau, mama yang nyuruh. Gue tungguin lo deh di kampus." ucap Juna.

"Terserah lo aja. Bu, Mira berangkat ya." ucap Amira sinis kepada Juna, lalu mengambil tangan ibunya untuk di cium sekalian berpamitan.

Sesampainya di kampus, Amira di sambut segerombolan cowok yang sedang berkumpul di depan parkiran.

"Mobil siapa tuh, kok gue gak pernah liat." ucap salah satu sekumpulan orang tersebut.

"Ehh itu bukannya cewek lo ya Vid." lanjutnya lagi setelah melihat Amira keluar dari mobil tersebut.

David lalu menghampiri Amira.

"Dia siapa?" tanya David saat melihat cowok tampan keluar dari kursi kemudi.

"Udah ayo ikut aku." ujar Amira lalu menarik tangan David dan meninggalkan Arjuna sendirian.

"Cewek sialan, gue di tinggal gitu aja." gumam Arjuna lalu memutuskan berjalan-jalan di sekitar kampus.

"Jelasin dia siapa Mir? Kenapa kamu semobil sama dia?" tanya David yang saat ini sedang duduk berdua di ruang kelas.

"David. Aku mau ngomong serius sama kamu. Sebenernya aku di jodohin sama cowok itu." ucap Amira sedikit takut jika David marah dengannya.

"Terus kamu mau?" tanya David.

Amira mengangguk ragu.

"Aku terpaksa sayang. Bapak dan temannya sudah ada perjanjian bakal jodohin anaknya. Dan ini udah tiba waktunya. Aku juga baru tau kemarin." ujar Amira sembari menggenggam tangan David.

"Kamu mencintainya?" tanya David kembali.

"Ya enggaklah, aku aja baru liat orangnya kemarin." ucap Amira percaya diri.

"Gak masalah kalau kamu gak cinta sama dia. Dia sepertinya juga gak peduli sama kamu. Kita masih bisa berhubungan walaupun kamu udah nikah. Lagian dia kaya raya, kuras saja uangnya." ujar David tertawa penuh arti.

Sepertinya David mengincar harta Arjuna. Sepertinya David mau memanfaatkan kepolosan Amira.

Di sisi lain Arjuna sedang menikmati segelas jus jeruk nya di kantin kampus sambil memainkan telepon genggamnya.

"Jol, mangsa baru tuh kayaknya." ucap Silva kepada Jolly.

Jolly termasuk gadis tercantik di kampusnya. Karena kecantikannya itu juga dia sering memanfaatkan beberapa cowok yang mendekatinya. Apapun yang Jolly mau, harus dia dapatkan.

Jolly menatap Arjuna. Celana jeans dengan kaos putih polos menambah ketampanan seorang Arjuna.

Jolly menghampiri Arjuna dengan senyumnya untuk memikat Arjuna.

"Sendirian aja, gue boleh duduk sini dong." ucap Jolly lalu duduk di depan Juna.

Juna hanya melirik sekilas lalu melanjutkan aktifitasnya melihat balap motor di layar hp nya.

"Lo suka balapan? Gue mau ikut dong kalau lo balapan." ucap Jolly berusaha kembali.

Juna menatap ke luar, dia melihat Amira berjalan di depan cafe. Juna seketika berdiri dan berjalan melewati Jolly begitu saja.

Jolly menatap kesal ke arah Arjuna.

"Bisa-bisanya tu cowok nyuekin gue. Dia siapa sih? Dari jurusan mana?" ucap Jolly sembari menatap Juna yang pergi meninggalkannya.

Juna berlari kecil hingga berjalan sejajar dengan Amira.

"Cepetan ke mobil, mama udah nungguin dari tadi." ucap Juna kepada Amira.

"Bawel." gerutu Amira yang terus saja berjalan.

...***...

Mobil berhenti di sebuah butik. Amira dengan ragu keluar dari mobil Juna. Juna melangkah masuk ke dalam butik duluan tanpa memperdulikan Amira.

Amira melangkah masuk mengikuti Juna. Di dalam butik ternyata sudah ada mamanya Juna sedang memilih beberapa gaun pengantin.

"Sini nak Amira. Kamu pilih mana yang kamu suka." ujar Salma menuntun Amira untuk melihat beberapa gaun pengantin di hadapannya.

"Aduh terserah tante aja deh, Amira gak ngerti." ucap Amira kebingungan.

"Ya jangan dong sayang. Harus kamu sendiri yang memilih sesuai selera kamu. Kalau saya yang milih trus gak sesuai nanti kamu nyesel trus gak mau pake." ucap Salma lembut.

"Ini aja deh tante." ucap Amira menunjuk satu gaun putih dengan rok menjuntai.

"Ya udah kamu coba dulu sana di ruang ganti." ujar Salma menunjuk ruang ganti yang terletak di sampingnya.

Amira hanya menuruti perkataan calon mertuanya itu. Mertuanya sangat baik, dan lemah lembut sehingga Amira merasa nyaman berada di dekatnya.

Juna juga sedang mencoba jas hitam untuk ia kenakan di pernikahan nanti. Juna melongo saat Amira keluar dari ruang ganti.

Badan putih dan rambut panjang Amira sangat cocok di padukan dengan gaun putih yang ia kenakan.

"Cantik kan Jun, sampe terpesona gitu." goda Salma menyenggol lengan Juna.

"Kami ambil yang itu aja mbak, sekalian jas yang di pake anak saya ini." ucap Salma ke pegawai butik.

Amira dan Juna segera berganti pakaian kembali, sedangkan Salma sedang melakukan transaksi di meja kasir.

"Mampir ke rumah ya, kita makan malam sama-sama. Saya sudah izin ibu kamu kok tadi." ucap Salma menggandeng tangan Amira sembari menuju ke mobil.

Amira hanya mengangguk.

...***...

Amira memasuki rumah orang tua Arjuna. Betapa kagumnya dia melihat rumah sebesar ini. Rasanya membayangkan masuk rumah sebesar ini saja Amira tak pernah, apalagi sekarang ia akan jadi bagian dari keluarga kaya ini.

"Amira, ayo sini. Kok berdiri di situ aja." ucap Salma mengajak Amira untuk makan malam bersama.

"Iya tante. Rumah sebesar ini cuma bertiga yang tinggal disini?" tanya Amira sembari melihat sekeliling rumah.

"plus 3 ART dan 1 satpam." jawab Salma.

"Setelah kalian menikah, kalian mau tinggal disini kan?" tanya Rama.

"Enggak pa, Juna mau rumah sendiri." ujar Juna sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Kenapa gak tinggal di sini aja Jun, biar mama ada temennya." ucap Salma berharap.

"Enggak ma. Kita tinggal sendiri aja, kalau gak di izinin ya udah gak usah nikah aja." ucap Juna cuek.

Amira menatap Juna sinis. Padahal ia sangat ingin tinggal di rumah ini bersama mama mertuanya. Dia sudah sangat nyaman dengan kebaikan calon mertuanya itu.

Dan juga, Amira gak pernah tau apa yang akan terjadi jika mereka hanya tinggal berdua. Bisa saja Juna melakukan hal yang aneh-aneh kan nantinya.

"Ya udah terserah kalian aja. Yang penting kalian setuju untuk menikah. Amira nikmati ya makannya, makan seadanya aja." ujar Salma.

Amira tersenyum getir. Makanan satu meja penuh gini di bilang seadanya. Seadanya mah kalau lauknya garem doang.

"Ini mah udah kayak pesta kalau di rumah Amira." celetuk Amira yang sontak membuat Salma dan Rama terkekeh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!