BAB 4

"Pagi harinya Amira bangun terlebih dahulu. Amira lalu memasuki kamar utama dan melihat Juna masih terbaring di kasurnya. Amira memutuskan membangunkan Juna karena hari ini adalah hari pertama Juna bekerja di kantor papanya.

"Juna bangun sudah jam berapa ini. Bukannya hari ini adalah hari pertama kamu masuk kantor." ucap Amira seraya menggoyang-goyangkan lengan Juna.

Tetapi lihatlah Juna hanya menggeliat tanpa membuka matanya.

"Juna bangun cepetan, kalau nggak bangun gue siram air nih ya." ucap Amira mengancam.

Merasa kesal karena Juna tak kunjung bangun, Amira pun pergi ke kamar mandi dan mengambil se gayung air lalu kembali ke tempat tidurnya dan mencipratkan air ke muka Juna. Karena merasakan sesuatu di wajahnya, Juna pun membuka matanya.

"Lo nyiram gue ya. Berani banget lo sama gue pagi-pagi begini udah bikin masalah." seru Juna karena merasa kesal dirinya dibangunkan sepagi ini.

Maklum selama lajang Juna bangun sesuka hatinya jika mamanya membangunkannya ia tak akan peduli kecuali jika ia ada janji bersama teman-teman nya.

"Lo nggak ingat apa kata Papa kemarin. Hari ini lo kan harus mulai kerja di kantornya papa." seru Amira merasa kesal.

"Bodo amat." ucap Juna lalu menarik selimutnya kembali. Hari ini ia hanya ingin bermalas-malasan. Begitulah Juna, selalu seenaknya sendiri. Orang tuanya Juna melakukan perjodohan ini juga karna bermaksud agar Juna memiliki rasa tanggung jawab, dan gak hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Kalau lo gak bangun juga, terpaksa gue telfon papa lo." ancam Amira.

"Silahkan aja." seru Juna dari dalam selimut.

Ternyata Amira tak hanya mengancam, ia benar-benar menelepon papa mertuanya itu untuk mengadu. Amira menekan tombol di layar hp nya dengan perasaan yang kesal. Ia memencet tombol yang tertera nama papa mertuanya itu lalu meletakkan hp di telinganya.

"Pagi pa, ini Amira." sapa Amira berusaha selembut mungkin.

"Sepertinya hari ini Juna gak bisa kerja dulu pa.. ." belum juga selesai berbicara, Juna bangun dari tidurnya dan merebut hp di tangan Amira.

"Maaf pa, Juna kesiangan. Makhlum lah pa pengantin baru habis malam pertama." Juna berbohong sembari meledek Amira. Amira ingin berteriak mengatakan bahwa semua itu bohong tapi mulutnya sudah di tutup oleh tangan Juna.

"Hari ini juga Juna mau nganter Amira ke kampusnya pa, katanya masih sakit buat jalan. Gak tau deh pa, padahal Juna gak main kasar loh kemarin." Juna terus berbohong dan meledek Amira. Amira hanya melotot mendengar apa yang Juna katakan.

Bisa-bisanya Juna berbicara hal semacam itu kepada papanya sendiri. Untung hanya telfon. Amira tak bisa membayangkan bagaimana jika Juna mengatakannya secara langsung, pasti Amira akan malu setengah mati.

"Udah ya pa, Juna mau kloter ke dua nih. Bye papa." ucap Juna mengakhiri telfonnya. Amira yang merasa sangat kesal pun menggigit tangan yang sedari tadi menutup mulutnya dan menginjak kaki Juna.

"Makan tuh kloter ke dua." ucap Amira kesal lalu pergi meninggalkan Juna ke lantai bawah.

"Dasar cewek sialan. Mimpi apa gue nikah sama cewek kayak dia." gerutu Juna sambil mengusap kakinya.

Juna memutuskan ikut turun menyusul Amira. Terlihat Amira sedang sibuk dengan laptopnya. Juna berjalan menuju meja makan tapi tak menemukan apapun di atas sana.

"Mana sarapannya." tanya Juna berdiri di hadapan Amira.

"Gak ada, masak aja sendiri atau pesen aja sana, ribet amat." balas Amira yang masih sibuk dengan laptopnya. Karena Amira sudah terbiasa tak sarapan, jadi dia gak mau repot jika harus masak untuk Juna seorang.

"Lo gak kuliah?" tanya Juna sembari duduk di sebelah Amira.

"Kelas siang." jawab Amira cuek.

"Tapi lo beneran mau nganter gue?" tanya Amira melihat ke arah Juna.

"Enak aja, gue udah ada acara. Lo berangkat aja sendiri."

"Yaudah siii." ucap Amira fokus kembali ke laptopnya.

...***...

"Jadi si Amira nikah? Dan kamu gak keberatan?" tanya Clara yang saat ini tengah tiduran manja di lengan David setelah selesai bercinta.

"Rencana aku mau putusin dia pas dia bilang di jodohin, karna kesempatan besar. Tapi ternyata suaminya anak orang kaya, kayaknya kita harus manfaatin Amira sesekali." ucap David membelai lembut rambut Clara, kekasihnya.

Saat ini David dan Clara tengah berada di rumah kecil milik David. Begitu teganya dia, ternyata dia punya kekasih lain selain Amira. Dia berselingkuh dengan Clara karna wanita itu mampu memberikan tubuhnya untuk David, sedangkan Amira sangat menjaga kesuciannya tersebut.

"Kita akan gunakan Amira untuk menghabiskan uang lelaki tersebut, kita gunakan uangnya untuk bersenang-senang dan beli apapun yang kamu mau." ucap David seraya menggoda Clara.

Clara pun tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya dia bisa memiliki David, lelaki yang selama ini ia incar dan sekarang, ia akan mendapat apapun yang ia mau.

"Aku menantikannya sayang." ucap Clara membelai wajah hingga dada David.

"Kamu menggodaku lagi? Apa kamu masih kuat kalau kita bermain lagi?" tanya David sembari mencumbu leher milik Clara hingga membuat Clara mendesah.

"Lakukan apapun sayang, semuanya milikmu." ucap Clara menantang David.

Merasa mendapat lampu hijau, David segera menindih tubuh Clara yang tak berbalut sehelai benangpun dan mereka pun bercinta menuntaskan hasratnya kembali.

...***...

Merasa terlambat, Amira segera berlari keluar rumah untuk menuju ke halte bus yang jaraknya sekitar 1 km dari rumahnya. Suara deru motor di sampingnya menghentikan langkahnya. Betapa kagetnya Amira saat pengendara motor tersebut membuka kaca helm nya dan ternyata Juna lah pemilik motor tersebut.

"Cepetan naik." ucap Juna menawarkan.

"Gak perlu." saut Amira.

"Yaudah kalau lo mau telat. Cepetan naik." Juna memberikan helm satu lagi ke Amira.

Dengan terpaksa Amira pun menerima helm tersebut dan menaiki motor Juna.

"Pegangan."

"Udah cepetan jalan." ucap Amira tak menghiraukan perkataan Juna.

"Oke." Juna melajukan mobilnya dengan mendadak yang membuat Amira sedikit kejengkang ke belakang dan refleks memeluk pinggang Juna.

"Katanya gak mau." goda Juna. Sontak Amira pun melepas pelukannya tapi Juna segera menarik kembali tangan Amira untuk memeluknya kembali. Juna melajukan motornya dengan kencang seperti menganggap jalanan ini adalah sirkuit balapannya.

Juna tak memperdulikan Amira yang sedari tadi teriak karna ketakutan. Merasa tak di hiraukan, Amira pun semakin mengencangkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di pundak Juna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!