Bukan Miranti kalau lagi terdiam tidak sambil membayangkan.
Benar saja! Mateo masih membekas di bayang-bayang Miranti.
Kala itu Miranti sedang melamun di balcon hotel.
Ia duduk sendiri di tepi pagar balcon.
Sore menjelang malam,pemandangan yang begitu indah dilihat dari atas lantai 5 itu.
Rasa penasaran yang begitu menghantuinya.
Miranti hanya bisa ber andai-andai saja,ia takut rasanya bertepuk sebelah tangan.
Miranti tak mengetahui apakah Mateo juga mempunyai rasa yang sama seperti dirinya.
Tidak ingin menjadi perempuan yang mengatakan perasaannya pada laki-laki lebih dulu.
Ia ingin sedikit jual mahal.
Namun tetap terlihat santai.
Dia kan anak orang kaya ganteng lagi.Gak mungkin kalau gak ada cewek yang deket sama dia.Gua gak boleh terlalu banyak berharap dan gak boleh kepedean.
Ujarnya sambil menghela nafas sedikit merasa gelisah.
Tidak jauh dari tempat lemunan Miranti.
Tepat di sebelah kiri balcon Miranti yang berjarak hanya beberapa balcon saja terlihat Mateo yang juga sedang menikmati pemandangan sore menjelang malam itu.
Keduanya menyadari dan saling ternnganga melongo tanpa sapaan.
"Itu Mateo."ujar lirih Miranti dengan perasaan berdebar.
"Miranti!." ucap lirih Mateo.
Miranti dan Mateo saling tatap namun terbentang jarak yang sedikit jauh.
Teriak pun mungkin tidak akan bisa mendengarnya.
Akhirnya Mateo......
"Mir,"sambil melambaikan tangannya kepada Miranti.
Tersenyum lebar balas Miranti sambil melambaikan tangannya balik pada Mateo.
Miranti salah tingkah dan langsung masuk ke dalam kamar.
Mateo hanya terdiam.
Kenapa Miranti malah masuk?.gumamnya dalam hati sambil menggaruk kepalanya bagian belakang padahal tidak gatal.
Hermawan yang mendapati Mateo sedang terdiam di balcon.
Sesekali ia mengerutkan dahinya.
Seperti sedang ada banyak pertanyaan di dalam kepalanya pada Mateo.
Namun Hermawan lebih baik diam terlbih dulu,ingin mengetahui seberapa jauh kedwkatan Mateo dengan Miranti.
"Kenapa malah diem di situ nak?".Ucap Hermawan.
Mateo terkaget mendengar suara Hermawan.
"Ehh... Papa.gapapa kok pa."Dengan muka sedikit kebingungan.
Tanpa Miranti dan Mateo sadari,perasaan mereka sama-sama dilanda rasa penasaran.
Yang awalnya singin dan cueg sekarang menjadi cowok yang ingin tau sosok gadis mungil nan santun itu.
Miranti,yang tadinya sempat kesal dengan sikap Mateo,kini menjadi penasaran di balik sikap dinginnya kala itu.
Sahabatnya pun sampai sekarang belum tau apa yang terjadi pada Miranti dan Mateo.
Hanya saja Hermawan yang sudah mulai mencium kedekatan mereka.
Tidak salah satu dari mereka yang ingin mengungkapkan.
Masih terkesan buru-buru karna hanya dengan perkenalan singkat kala itu.
Tidak sengajak mengajak Miranti keluar bareng yang berujung hanya membeli seporsi martabak dan segelas teh poci.
Namun mampu membuat keduanya penasaran satu sama lain.
"Anak kita kok betah banget di Bandung buk?".ucap Anton pada Suryani.
"Biarkan saja dulu pak,mungkin masih mengikuti pendaftaran nya."jawab Suryani sambil menyapu halaman depan.
Anton dan Suryani tinggal di Jakarta.
Mereka memiliki beberapa hektar tanah di kampung kelahiran Suryani,yakni di Jawa Timur.
Ya! Suryani Asli Jawa Timur, dan Anton Asli Jakarta.
Mereka memiliki perkebunan yang di kelola oleh saudara dari Suryani.
Disitulah penghasilan mereka,dan tentu bukan itu saja.
Anton masih bekerja di salah satu pabrik di Jakarta.
Ia sudah sangat lama bekerja di pabrik tu.
Sejak Anton masih bujang.
Bahkan sekarang ia menjadi orang kepercayaan atasannya.
Dreeettt !!!
Dreeett !!!
Ponsel Miranti berdering.
Ya! Anton menghubungi Putri mungilnya itu.
"Assalamualaikum nak,"ucap salam Anton pada Miranti.
"Waalaikumsalam pak!".Jawabnya penuh semangat.
Anton yang merasa kesepian karna ditinggal Miranti hampir 4 hari lamanya.
Bagaimana tidak,dirumah temannya cuman bersua saja Suryani istrinya dan Miranti anak bungsunya itu.
Kini ditinggal ke Bandung untuk mengurus pendaftaran kuliahnya.
Yang jelasnya nanti akan ditinggal Miranti lebih lama dari ini karna sebentar lagi gadis bungilnya itu akan melanjutkan pendidikan kuliah di Bandung.
Anton dan Suryani mendukung keputusan Miranti,karna itu untuk masa depan anaknya kelak.
Meski berat tapi itu sudah menjadi keinginan Miranti.Tentunya atas persetujuan Anton dan Suryani juga.
Kala itu Anton tidak memiliki biaya untuk kuliah Ikbal kaka Miranti yang no.1,karna dulu sempat keluar dari pabrik.
Keluarnya Anton dulu dari pabrik karna sempat mengalami kecelakaan sepulang kerja.
Yang mengakibatkan ia tidak bisa jalan beberapa bulan.
Maka dari itu Ikbal tidak bisa kuliah dan hanya sampai sekolah SMA saja.
Setelah itu ia kerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Sempat berada di titik dimana Ikbal yang mencari nafkah sementara waktu untuk orangtua dan adik-adiknya yang masih sekolah.
Melihat Ikbal yang waktu itu ber susah payah sendirian mencari nafkah,Anton bertekad semangat sembuh.
Bangkit melawan rasa sakit di kakinya yang waktu itu sempat cidera,namun tidak terlalu fatal.
Hanya butuh beberapa bulan untuk memulihkan.
"Kamu betah nak disitu?kok gak pulang-pulang."ucap sindir Anton pada Miranti.
"Ah bapak ngeledek ya?".jawab Miranti.
"Bapak kesepian ya?".ledeknya kembali pada Anton.
Anton sangat senang melihat putri bungsunya itu bahagia.
Tidak menyangka yang dulunya masih terlihat bayi imut sekarang sudah beranjak dewasa namun tetap manja kepadanya.
Dulu masih sering di gendong kesana kemari,di timang-timang.
Sekarang tumbuh dewasa nan cantik.
Bapak gak tau gimana kalau nanti kamu udah ketemu dengan jodohmu,nak.
Gumam Anton,yang masih dipanggilan Miranti.
Anton selalu membayangkan kalau saja nanti Miranti sudah menemukan jodoh.
Ia akan ditinggal ikut dengan suaminya.
Dan bakalan jarang bertemu dengan putri manjanya itu.
"Ihhhh.. Bapak mah malah diem aja."
Suara cempreng Miranti mengagetkan Anton.
"Bapak jadi ngelamun nak,"jawabnya.
"Nanti Miranti pulang mungkin lusa pak,karna disini masih ada beberapa hal yang harus Miranti selesaikan,agar cepat bisa terdaftar nama Miranti dikampus ini."jelasnya agar Anton tidak bertanya-tanya yang aneh.
Padahal itu hanya alasan Miranti saja agar ia bisa lebih lama sedikit di Bandunf,karna Miranti masih ingin berada dekat dengan Mateo.
Walaupun belum ada kejelasan pasti pendekatannya itu.
Namun ia masih penasaran dengan sikap peduli dan perhatian Mateo padanya waktu itu.
Tokkk..tokkk....tokkk !!!
Terdengar pintu kamar Miranti ada yang mengetuknya.
"Permisi....Mir,"
Terdengar suara seorang laki-laki dari balik pintu.
Siapa ya? Perasaan gak lagi pesen makan atau minum deh!
Gumam Miranti dalam hati dengan perasaan bertanya-tanya.
Miranti membuka pintu dengan perlahan.
Krekk !!!
Sontak ia kaget dengan sosok laki-laki di hadapannya.
Sosok tinggi gagah itu adalah Mateo.
Mateo bermaksud ingin mengajak keluar Miranti dengan alasan cari makan.
Dengan rasa penasarannya terhadap Miranti,Mateo memberanikan diri untuk menemui Miranti malam itu.
Seperti ingin mengenal lebih dekat dengan Miranti akhirnya Mateo bertindak mendekati secara perlahan namun pasti.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments