Paginya, Tyler masuk ke sekolah, tapi kali ini dia datang sendirian karena ketiga temannya masih teler, belum sadarkan diri dari mabuknya. Semua murid di sekolah tahu bahwa Tyler adalah ketua geng motor yang terkenal dingin.
Tapi mereka justru mengidolakan Tyler si makhluk dingin sedingin es di antartika itu.
"Kya! Gue liat Tyler tadi." ujar seorang siswi berjingkrak - jingkrak heboh.
"Tyler ganteng banget, tapi juga dingin banget, kaya kutub utara." Ujar teman siswi tadi.
"Dia kaya bulan purnama, sangat indah tapi kesepian." Ujar yang lainnya.
Tyler berjalan dengan rambutnya yang di kuncir setengah ke belakang, sangat mencerminkan anak nakal sekali. Padahal di sekolah tidak memperbolehkan anak laki - laki berambut panjang, tapi larangan guru seperti nyanyian bagi Tyler.
"Tyler, sampai kapan kamu mau semaunya sendiri di sekolah, kamu mau dikeluarkan dari sekolah?" Ujar seorang guru pembimbing. Tyler hanya menatap sebentar guru itu, lalu kemudian dia berjalan pergi begitu saja masuk ke kelas.
"Anak itu benar - benar, orang tuanya juga tidak pernah ada yang datang, sebenarnya dia ini anak manusia atau bukan, irit bicara sekali." Ujar guru.
Tyler benar benar hanya diam, dia memang irit bicara seperti yang gurunya katakan. Dia memperhatikan pelajaran, walau 99% tidak menyangkut di otaknya.
Hingga pelajaran berakhir Tyler hanya duduk diam di kelas tidak seperti teman sekelasnya yang langsung menyerbu ke kantin. Tyler mengeluarkan ponsel, lalu mengotak atiknya.
"Tyler." Panggil gurunya. Tyler pun mengangkat wajahnya dan menatap gurunya itu yang saat ini sedang berdiri di hadapannya.
"Ada apa, bu?" Tanya Tyler dengan suara datar.
Guru itu sampai merasa ngeri sendiri dengan Tyler, Tyler bagai sesuatu yang sangat indah tapi juga berbahaya yang tidak bisa didekati.
"Ibu minta tolong padamu, untuk membawa orang tuamu datang ke sekolah besok, apakah bisa?" Tanya Guru akhirnya.
"Jika aku bisa, aku sudah membawanya kemari. Atau perlu aku bawa jasadnya saja?" Ujar Tyler tanpa berkedip.
"Taruh rasa hormatmu kepada gurumu, Tyler. Saya tahu keluargamu tidak baik baik saja, tapi jangan bawa itu ke sekolah. Tidak bisakah kamu menjadi anak yang ceria seperti teman - temanmu yang lain?" Ujar gurunya.
Tyler tiba tiba bangun dan berdiri di hadapan gurunya. "Apakah ibu tahu, kadang terlalu ikut campur dengan kehidupan orang lain juga tidak baik, loh? Anda hanya guru, jadi mengajar saja selayaknya guru." Ujar Tyler.
"Saya gurumu, jadi di sini saya adalah orang tua keduamu." Ujar guru itu tegas. Tyler pun langsung bangun dari duduknya
"Saya tidak memiliki orang tua, jadi saya tidak memiliki orang tua kedua." Ujar Tyler, lalu berjalan pergi. Tyler berjalan keluar dan sebelum benar - benar hilang dari pintu, Tyler kembali menatap gurunya.
"Selamat siang, ibu guru." Ujar Tyler, kemudian dia melangkah pergi. Gurunya sampai geleng - geleng kepala memiliki satu murid seperti Tyler itu, selain sulit diatur, dia juga pembuat onar di luaran sekolah.
Setelah pulang sekolah, Tyler langsung pergi ke markas. Markasnya adalah rumah toko yang dia beli dengan uang hasil dari balapan liarnya, jadi dia tidak takut jika nanti orang tua nya menarik semua aset darinya, dia sudah memiliki tempat tinggal.
"Ty, gimana sekolah?" Tanya Luigi, sembari makan makanan yang dibelinya secara online.
"Biasa aja." Sahut Tyler, dengan malas.
Terdengar langkah kaki yang turun dari tangga "Ty, malam ini kita tanding, ya."Teriak Renan dari lantai dua memberitahu Tyler.
"Hm, Gue tidur dulu, gue capek." Ujar Tyler dan langsung merebahkan dirinya di ayunan yang dipasang di ruangan itu.
Renan, Luigi dan Jack saling pandang, karena sepertinya Tyler sedang tidak baik baik saja. Tapi mereka tahu, masalah Tyler tidak akan jauh jauh dari kedua orang tuanya yang tidak mempedulikannya.
Malam harinya, ketika semua orang tidur, di sebuah jalan raya kini justru sedang ramai karena akan ada pertandingan balap motor.
"Denger - denger Kyle bakalan datang, ya?" Tanya Jack.
"Masa bodo sama tuh bocah, mati juga gue gak peduli." Ujar Renan, dan langsung di tampol Jack.
"Ish, masalahnya gue takut dia datang bawa Fia. Gue gak mau Tyler jadi emosi dan gagal fokus nanti." Ujar Jack.
"Tyler tuh pembalap profesional, dia bisa bedain urusan pribadi sama urusan kerjaan." Ujar Renan, sembari mengusap kepalanya.
"Kalo itu gue juga tahu, dodol. Masalahnya Tyler bakal mengasingkan diri lagi kalo udah liat Fia." Ujar Jack.
" Oh iya, lupa." Ucap Renan menyengir kuda.
"Kalo pertandingan udah selesai, mending kita langsung cabut aja." Ujar Luigi.
"Hm, iya bener." Timpal Jack.
Semua peserta mulai maju menuju garis start begitu juga Tyler yang sudah siap dengan motor hitamnya. Dia selalu menggunakan pakaian serba hitam, behitu juga dengan motor dan helmnya, semuanya hitam.
"Malam ini kita kedatangan peserta baru." Teriak seseorang. Dan peserta baru yang di maksudkan itu kini muncul dan berada di barisan Tyler, di sebelah kiri Tyler persis.
'Apa - apaan ni, anak SMP ikut balap liar juga, kah?' Batin Tyler ketika melirik peserta baru di sampingnya yang memiliki tubuh kecil.
"Ready!!" Teriak suara perempuan, dan ketika bendera dikibarkan, semua motor langsung melesat.
Peserta baru itu terlihat tertinggal jauh dari semua orang yang ikut serta, dan Tyler menggelengkan kepalanya melihat itu dari spion.
'Amatir.' Batin Tyler.
Tapi baru saja Tyler membatin, rupanya peserta baru itu menyusul ketertinggalannya. Tyler tentu tidak akan terkejar, tapi Tyler melihat sebuah potensi dari peserta baru itu.
Dan benar saja, dia melampaui semua orang, hingga setelah beberapa putaran dan di menit terakhir, peserta baru itu semakin mendekati Tyler.
'Bagus juga dia.' Batin Tyler.
Dan setelah di garis Finish, Tyler menjadi juara pertama dan peserta baru itu menduduki yang kedua.
"Wow.. Dia ketinggalan di awal, tapi jadi juara kedua, keren.." Ujar orang orang. Hadiah pun diberikan pada yang menduduki juara satu, dua, dan tiga.
"BRUUM!!" Sebuah motor tiba tiba pergi begitu saja.
"Apa - apaan tuh anak, dia pergi gitu aja abis menang." Ujar Renan.
Tyler melempar botol air yang baru di teguknya ke tong sampah, lalu bertanya. "Apa sekarang anak SMP juga boleh ikut balap?" Tanya Tyler.
"Emang tadi bocah SMP?" Tanya Renan balik.
"Lo ditanya malah nanya balik, gimana sih. Kalo gue tau gue gak bakal nanya, Ren." Ujar Tyler.
"Udah si, peduli amat. Ngapain lo pada pusing - pusing, ayo kita juga cabut dari sini." Ujar Luigi.
"Gue masih nunggu Ernest, ada yang mau gue tanyain ke dia." Ujar Tyler.
"Kalo lo nungguin dia, yang ada bukan Ernest yang dateng, tapi adik sepupunya." Ujar Luigi.
"Dih, Najis ketemu sama cewek salome." Ujar Renan sembari terkekeh.
"Ya udah, ayo cabut." Ujar Luigi.
Dan akhirnya semua anggota Tyler pergi dari sana. Seperti biasanya, ketika menang tanding, mereka akan merayakannya. Dan kini mereka akan berkumpul di jembatan yang kemarin Tyler singgahi.
Sebelum sampai di tempat itu, mereka mampir ke toko swalayan dan membeli bir, bir memang tidak begitu memabukan untuk yang terbiasa minum minuman beralkohol, tapi cukup untuk membuat suasana hati lebih baik.
Setelah sampai di sana semua orang turun dari motor, dan jembatan. Sebenarnya jembatan itu tidak boleh dijadikan tongkrongan, tapi empat anak nakal itu tidak peduli.
"Wih, bagus juga pemandangan di sini, bun*h diri juga kayaknya gampang banget, tinggal lompat." Ujar Luigi.
Renan menoyor kepala Luigi. " Lo kalo ngomong yang bener dikit, bisa? Jangan sampe ni kaleng bir mendarat di kepala lo ntar. " Ujar Jack, dan Renan terkekeh.
Tyler hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ke randoman kawan - kawannya itu dan menatap pemandangan. Dan saat dia mengalihkan pandangannya, dia melihat gadis aneh kemarin, yang lagi - lagi masih berjalan sembari menghitung udara.
Tyler melihat gadis itu dari ujung jembatan gadis itu muncul, hingga ujung jembatan dia menghilang.
"Woi! Biasa aja liatnya, mata lo hampir keluar, noh." Ujar Renan, menampol pundak Tyler.
"Apa akhirnya lo dapet hidayah, Ty?" Ujar Jack.
"Hidayah - hidayah kepala lo." Ujar Tyler, lalu menenggak bir di tangan nya. Ketiga temannya hanya terkekeh melihat Tyler yang kesal.
Sementara itu, gadis yang dilihat Tyler tadi kini sudah sampai di rumahnya. Lana namanya, begitu sampai di rumah, dia langsung mendapatkan sambutan yang sangat r a m a h dari ayahnya.
"PRANG!"
Hampir saja piring yang terbuat dari beling itu mengenai kepala Lana jika saja Lana tidak menghindar. Piring itu pecah berserakan karena menghantam pintu yang berada di belakang Lana.
"Tau balik juga lo, hah!! Ngelayap kemana lo?!" Ucap ayah Lana sarkas.
Ayahnya itu sudah memegang tongkat sapu dan langsung menghajar Lana dengan membabi buta. Lana yang tidak siap itu langsung mencoba menepis tongkat sapu itu dengan tangan kosong.
"AH!!! SAKIT.!!" Teriak Lana kesakitan.
"Gue bilang kan lo bantuin ibu lo, kenapa malah ngelayap?! Udah bosen hidup, lo hah?! Udah bosen hidup?!!" Ayahnya memukulinya tanpa sedikitpun belas kasih.
"Sakit, Ban*sat!! Lo gak berhak mukulin gue!" Teriak Lana sembari masih mencoba menepis tongkat sapu itu, walau percuma.
Lana menahan sakitnya, punggung, paha, bahu, tangan, semua kena pukul.
"Ngelayap kemana lo, ngel○nte lo, hah?!! Mana duitnya, kasih gue!" Ujar ayahnya dengan tanpa perasaan.
Ayahnya sudah tidak memukuli Lana lagi, tapi langsung mencari cari uang yang Lana sembunyikan.
Dengan gerakan cepat, Lana mendorong ayahnya itu hingga tersungkur ke belakang, lalu dia sendiri langsung berlari keluar dari rumah.
"ANAK SIAL*N!!" Teriak ayah Lana.
"MATI AJA LO SONO!!" Teriaknya lagi.
Sementara Lana masih terus berlari sambil ia menahan sakit ditubuhnya, setelah dirasa sudah jauh, dia langsung berjongkok dan menangis dengan tersedu di gang sempit.
TO BE CONTINUED…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nur Bahagia
woww jangan kasar2 nona.. yg kalem aja tapi mematikan 😊
2024-09-08
0
Nur Bahagia
semoga Tyler dan kawan-kawan nya selalu kompak dan solid 🤗
2024-09-08
0
Nur Bahagia
Lanaa 🔥
2024-09-08
0