Kesanggupan diri untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi di depan mata, sering kali menjadi senjata mematikan yang balik menyerang tanpa kita sadari. Tak ingin mencoba mencari masalah, menarik mundur pun sudah tidak mungkin di lakukan karena tatapan matanya yang tajam.
(TOOKK TOOKKK BHAAKKK BHHAAKK) “ SANDRA ... BUKA PINTU INI!” teriak Byana.
“ Byana ... tolong ... UHHUKKK UHUUKK ... kaki ku terjepit lemari baju yang jatuh.”
“ APA?!”
Dengan sigap melihat sekitarnya, tatapan Byana pun mengarah pada jendela kecil yang berada di atas pintu kamar Sandra.
Gerakan berlari dengan melompat bersandar pada tiang pintu, Byana memecah kaca menggunakan hiasan patung kecil dan tulang lengan tangan kanannya.
( PRRAANNGGG ) Pecahan kaca yang berserakan.
Tersadar akan pecahan kaca yang terlihat berbahaya, Byana memutuskan untuk turun kembali dan berlari menuju toilet terdekat dengan mengambil kain atau apa pun yang ada di hadapannya dan membasahi secara merata.
“ SANDRA!. ANAKKU SANDRA MASIH ADA DI DALAM!. ADA 2 ANAK PEREMPUAN LAINNYA DI DALAM, MEREKA SAHABAT SANDRA.”
Teriakan suara Daniel yang dibawa lari keluar dari dalam rumah, dapat terdengar jelas oleh Byana. Kau pasti bercanda ... 3 ORANG ANAK?!. Gumam Byana dalam hati terkejut sembari kembali mencoba memikirkan jalan keluar lain.
Tak menyurutkan keberanian untuk menyelamatkan Sandra dan temannya, dengan mengambil kain lainnya yang sudah di basahi, Byana melempar agar masuk ke dalam kamar dan menyelimuti dirinya menggunakan kain basah lainnya lalu kembali memanjat atas pintu kamar Sandra.
“ Hey ... cantik ... kau tidak apa apa. Kalian tidak apa apa. Lihat aku, hey sayang ... Lihat aku ... kalian tidak apa apa.”
Byana melepaskan kain selimut basah yang dikenakannya, lalu mengangkat dan sedikit menendang lemari yang menindih Sandra dan temannya.
Kembali berlari mengambil kain yang sudah di basahi, Byana membungkus Sandra dan kedua temannya untuk menutupi tubuh mungil mereka.
“ Apa kalian bisa berjalan? Karena tidak mungkin aku menggendong kalian bertiga,” tanya Byana lembut.
Anggukan kepala ketiga anak tersebut pun di terima sebagai sinyal baik bagi Byana yang langsung mencoba mencari jalan keluar melihat api semakin melahap lapar pada seluruh bagian kamar dengan kabut asap yang sesak.
“ Byana ... aku tidak bisa ber—nafas ....”
Melihat Sandra yang mulai kehilangan kesadaran, Byana sudah tidak lagi memperhatikan dimana dia berada dan apa yang akan di pikirkan Daniel melihat kemampuan fisiknya yang sudah teruji selama masa pelatihan di asrama kepolisian.
Mengikat Sandra pada bagian tubuh belakangnya menggunakan kain tersebut, Byana berlari dengan menggandeng kedua anak lainnya pada tangan kiri dan kanannya menuju Balcon dimana petugas pemadam kebakaran yang akhirnya datang menggunakan sebuah tangga menjuntai tinggi.
Balcon kamar tiba tiba retak, membuat Byana hilang keseimbangan setelah membantu menyelamatkan kedua sahabat Sandra pada petugas Damkar. Merasa dalam kondisi berbahaya atas runtuhan atap Balcon, Byana mencoba melompat dari lantai 2 menuju atap Garasi di bawahnya.
“ Apa yang akan dia, tunggu dulu. APA YANG KAU LAKUKAN?!” Bentak Daniel pada Byana yang terlihat mulai melompat.
“ Boss, kobaran api semakin melahap lebar.” Ucap salah satu anak buahnya dengan menunjuk pada atap Balcon yang mulai rubuh.
Petugas Damkar yang mencoba kembali menyelamatkan Byana tiba tiba terhenti saat atap Balcon runtuh dan Byana pun akhirnya melompat dengan mendarat sempurna pada atas atap Garasi dengan membalikkan tubuhnya agar Sandra tidak terluka.
Meski merasa sakit dan perih pada bagian tubuhnya, Byana mencoba menahannya hingga petugas Damkar lainnya datang menolong mereka semua dan Sandra pun langsung dalam penanganan medis.
“ SANDRA ... SANDRA ANAKKU ...” ucap Sarah istri Daniel yang akhirnya pulang ke rumah, memeluk Sandra dengan erat.
“ Kakinya terhempit lemari yang terjatuh dan sepertinya gara gara itu kepalanya pun tergores patahan kayu pintu lemari yang sempat terbuka,” balas Byana mencoba untuk menjelaskan dengan nafas tersenggah senggah mengatur nafasnya.
Berbeda dengan Sarah yang berkali kali mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya, tatapan Daniel terlihat berbeda saat menatap pada Byana.
Byana pun merasa terpojok, tidak mungkin semua mengetahui siapa identitas asliku dalam waktu sesingkat ini. Gumamnya dalam hati.
Berpura pura terkulai dengan sangat lemas, Daniel yang terkejut atas sandiwara Byana, terlihat begitu natural hingga Daniel sempat termakan di dalam opera malam yang di sajikan Byana secara langsung, terlebih Sarah sang istri yang terlihat panik.
“ Suamiku, Byana ...” Sarah sedikit meninggikan suaranya menunjuk ke arah Byana.
“ Kau tidak apa apa? MEDIS!. Barusan aku menghubungi Aldrik dan dalam perjalanan menuju kemari.” Daniel berlari ke arah Byana bersama petugas medis, melihat kondisinya yang terduduk lemas di atas tanah.
Merasa perlu di bawa ke Rumah sakit, berbeda dengan kondisi kedua sahabat Sandra yang hanya memerlukan bantuan medis seperlunya, Byana dan Sandra sendirilah yang sangat memerlukan pertolongan medis melihat luka di tubuh mereka berdua.
“ Aku akan mengantar mereka, uruslah masalah di sini lalu kau bisa menyusul ke Rumah sakit.” Ucap Daniel kepada istrinya, mengingat teman teman Sandra yang masih berada di kediamannya.
“ Baik, kabari aku ...” balas sang istri.
******
-Sesampainya di Rumah sakit-
Daniel terlihat sibuk berkonsultasi dengan beberapa Dokter sehingga meninggalkan Sandra yang masih menggunakan selang oksigen dan juga selang infus yang menempel pada bagian tubuh mungilnya.
“ Kau tidak apa apa? Sepertinya luka di pundak dan tanganmu lebih sakit darinya.” Ucap salah satu Perawat yang datang memeriksa kondisi Sandra dan Byana di ruangan UGD.
“ Aku tidak apa apa. Namun maaf, besok aku harus pergi bekerja dan sepertinya memerlukan istirahat setidaknya 1 hari. Apa bisa pihak Rumah sakit membantuku?” tanya Byana dengan tersenyum.
“ Tentu, kami sudah menyiapkan surat rujukan untuk kalian agar bisa beristirahat ... sebentar akan aku bawakan.” Balas Perawat itu dengan kembali menutup tirai.
Suasana ruang UGD yang tiba tiba semakin terlihat ramai dan sibuk dengan datangnya beberapa orang yang mengalami keracunan makanan, membuat Perawat yang memberikan Surat Rujukan menjadi tidak fokus dan hanya menyerahkan begitu saja kepada Byana.
Melihat dan membaca isi dari Surat Rujukan, Byana yang hanya di berikan 3 hari untuk beristirahat, sedangkan Sandra memerlukan 2 bulan karena luka di kakinya yang memerlukan Terapi rawat jalan yang intens, terlintas beberapa pikiran dalam diri Byana saat ini.
Jika ingin rencanaku berjalan lancar lebih cepat, sepertinya aku harus menggunakan cara ini. Gumam Byana dalam hati sembari menukar isi Surat Rujukan dan mengambil beberapa foto rekam medis Sandra sebagai alasan belaka melakukan Terapi untuk dirinya.
Tak lama setelah berhasil melancarkan rencananya, Tirai terbuka dengan datangnya Aldrik yang terlihat begitu khawatir pada Byana. Menggapai wajah Byana lembut dengan kedua tangannya seperti benar benar seorang kekasih, Byana pun sempat tertegun melihat wajah Aldrik yang menatapnya.
“ Apa yang ada di pikiranmu?” Aldrik berkata dengan nada rendahnya dan wajah sedikit pucat.
“ Kau datang. Aldrik, maafkan aku. Semua terjadi karena kebakaran yang tiba tiba terjadi di rumahku dan kekasihmu ini menyelamatkan nyawa anakku...” Daniel tiba tiba datang menghampiri dan berdiri di samping ranjang Sandra.
“ Bagaimana bisa?” Aldrik menatap Daniel sedikit kesal.
Mengingat lokasi perumahan mereka yang berada di kalangan elit dan mewah di pusat kota, bahan bangunan yang terbaik, fondasi, dan keselamatan lainnya harus menjadi unsur syarat utama dalam membangung rumah di kalangan perumahan itu sehingga menjadi cibiran hal memalukan jika sampai terjadi hal seperti ini.
Daniel yang hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Aldrik dengan aura yang mendominan darinya, merasa malu dan tertekanan hanya dapat menundukkan kepalanya sembari menahan kekesalan di hatinya akan harga diri seorang lelaki yang tinggi.
“ Aku tidak apa apa, kita pulang saja ...” balas Byana lembut.
“ Kau terluka seperti ini masih mengatakan tidak apa apa? Ada apa denganmu Byana?!”
Daniel menengahi mereka berdua terlihat sedikit mengerti akan sifat Aldrik yang keras dan tegas sebagai salah satu rekan bisnisnya. Byana yang masih belum mengetahui akan sifat Aldrik hanya terdiam dan menundukkan kepalanya tidak ingin mencari masalah lainnya.
Aldrik langsung mengurus semua administrasi yang di perlukan lalu membawa Byana pulang dengan terlihat begitu marah membuat Daniel terdiam meski dirinya terkenal sebagai Boss Mafia yang menyeramkan dan berhati dingin.
Selama di perjalanan pulang, Aldrik sama sekali tidak berkata hanya melaju dengan kecepatan tinggi dengan mobil sport yang semakin mendukung aksinya. Seolah tidak melihat Byana yang merasa ketakutan, Aldrik terlihat begitu egois mengendarai kendaraannya.
“ Terima kasih sudah menjemput, lalu berapa biaya pengobatan tadi?, akan aku transfer padamu.” Ucap Byana sembari menutup pintu mobil begiitu sampai di rumah Aldrik.
“ Apa kau tipe wanita seperti ini?.”
Terdiam mendengar pertanyaan Aldrik padanya, Byana belum mengerti akan maksud dan tujuan Aldrik menanyakan pertanyaan yang seolah menyinggung perasaan hati. Sedikit merasa kesal, Byana meninggalkan Aldrik begitu saja dan dengan cepat berlari menuju kamarnya.
( BHAAKKK ) Aldrik menghadang pintu kamar Byana untuk tertutup dengan tangannya.
“ Apa yang kau lakukan?” tanya Byana kebingungan.
Tak membalas perkataan Byana, Aldrik masuk tanpa ijin ke dalam kamar Byana dan menutup rapat pintu kamar. Byana mulai berjalan mundur mencoba menjaga jarak dari Aldrik yang masih terlihat begitu kesal padanya berjalan mendekatinya.
“ Apa, kau marah gara gara harus menjemputku di tengah tengah kesibukanmu?” tanya Byana dengan masih berjalan mundur.
“ Ya, aku sedang Meeting.” Balas Aldrik tegas dengan melangkah maju.
“ Maaf, aku tidak tahu Daniel menghubungimu dan me ....”
( BRREEETTT ) Baju Byana yang terobek panjang oleh Aldrik yang merobek paksa.
“ APA YANG KAU LAKUKAN?!. KAU GILA!.” Teriak Byana dengan menarik kain bajunya.
Aldrik kembali hanya terdiam dengan tatapan dingin yang begitu menusuk menatap pada Byana. Entah apa yang ada di pikiran pria yang baru Byana kenal itu hingga berani melakukan hal seperti ini pada Byana yang hanya dapat menahan emosi hati tanpa memukul atau menamparnya.
“ Apa kau sadar statusmu sebagai Nona muda Mahendra?.”
Byana terdiam membatu dan pikirannya pun melayang mencoba untuk mencermati apa maksud dari perkataan Aldrik yang lagi lagi bersifat menyudutkan. Tak kuasa beragumen dengannya, Byana memalingkan pandangannya agar tidak menatap Aldrik yang terlihat semakin serius.
“ Kau tidak lihat luka di tubuhmu? Atau harus aku buka semua?.”
“ Apa urusanmu jika aku terluka?. Aku sudah sering terluka seperti ini. Kenapa kau me ....”
“ Karena kau kekasihku saat ini. Entah apa itu hubungan kontrak atau bukan, tapi aku ingin kau membatasi pergerakanmu.” Balas Aldrik dengan melepas salah satu kancing Jasnya.
“ Kau jelas tahu tujuan dan maksud dari aku yang setuju bekerja sama hingga terikat kontrak denganmu!. Alasan apa lagi yang harus aku berikan pa ....”
“ KAU, KEKASIHKU. SAAT INI STATUSMU SEBAGAI NONA MUDA KELUARGA MAHENDRA. Byana, kau juga jangan melupakan hal ini dalam kontrak ingatan persetujuan denganku.”
“ Aku tahu dan aku ingat! Memang dimana salahku?!” Byana berucap kesal.
“ Aku berkata akan membiarkan dan menerimamu menjadi diri sendiri, hanya saat kau sedang berdua denganku. Tapi saat di depan umum, aku meminta kau untuk menyesuaikan sifat, penampilan, bahkan ubah cara berpikirmu itu!.”
Kembali terdiam mendengar perkataan Aldrik, Byana yang menahan jeritan hati dan tangisannya dengan memutuskan untuk berbalik dan membelakangi Aldrik untuk menghindari percakapan lebih panjang dengannya.
Aldrik yang mencoba menahan emosi, melonggarkan dasi yang dikenakannya dan melepas kancing yang mengikat pada leher seraya untuk mengehembuskan nafas panjang pengendalian diri.
“ Penampilanku harus sempurna dan tidak boleh ada celah tipis kejelekan yang dapat membuatmu malu.”
“ Byana, maksudku adalah ....”
“ Aku tahu dan akan mengingat itu mulai dari sekarang. Karena itu pergilah, dan biarkan aku membersihkan diri.”
“ Byana, sebelum kau menyetujui kontrak ini denganku, kau tahu bukan apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajibanmu?” tanya Aldrik dengan mengankat kedua alisnya.
Byana membalikkan tubuhnya dan menatap Aldrik dengan tatapan memohon untuk menghentikan percakapan. Aldrik melihat pada tubuh Byana yang terlihat bergetar, menundukkan kepalanya, lalu membiarkan Byana dengan berlalu pergi meninggalkannya.
“ Maaf aku merobek bajumu.”
Pintu tertutup dengan tangisan tak bersuara. Rintihan hati yang hanya dapat di dengar oleh diri sendiri, setidaknya cukup untuk membuktikan bahwa kemandirian dan kesanggupan di setujui meski tubuh bergetar melakukan perlawanan. Apa aku sanggup menjadi kekasih kontraknya?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments