Sendakala yang seharusnya indah dan penuh pesona kini harus ternoda karena penghianatan Dewa untuk yang kedua kalinya.
“Kau juga harus memikirkan Ibu ku Nai. Dia akan terluka jika kita berpisah”
‘ck. Ibu ?. ibu Mana?’ batin naina.
Sungguh tenyata Dewa benar-benar tidak memiliki hati, apa yang dia dengar tidaklah salah, Dewa hanya menikahinya karena alasan ibunya, bukan karena cinta apa lagi sungguh-sungguh ingin hidup bersama.
Bagaimana Naina bisa memikirkan perasaan ibu dari suaminya, sementara perasaan dirinya sendiri tidak pernah Dewa pikirkan.
Ingin menangis rasanya, namun kenyataan di depan matanya sungguh membuatnya justru ingin pula tertawa, sudah seperti cerita di Televisi saja rupanya kisah hidup Naina.
“Jika Mas Dewa masih ingin Bersama, maka Naina minta Mas Dewa tinggalkan Dia !!”
Tunjuk Naina tepat di wajah wanita yang telah menggoda suaminya. Jelita baru saja keluar dan menampakkan batang hidungnya. Tidak lupa dengan handuk basah yang menggulung rambut nya.
'Tidak tahu malu sekali' Batin Naina, Kesal sekali rasanya melihat Jelita keluar dari kamarnya.
Untuk sesaat Naina hanya bisa mencoba bersabar dan tetap menguatkan hatinya.
Merasa tersudutkan oleh permintaan Naina, Jelita mencoba mendekat dan kembali menggoda Dewa.
“Mas… Mas Dewa Tega?”
Jelita begitu memohon, tidak lupa dia tampak kan raut wajah susahnya di depan Naina, Muak sekali rasanya melihat drama yang di buat-buat oleh kekasih suaminya ini ‘Batin Naina’.
Dewa menatap sekilas pada Naina, dan kemudian tatapan nya berganti pada Jelita. Naina jelas melihat kebimbangan di wajah Suaminya.
“Mas Dewa Cinta kan Sama Jelita ?”
Puppy eyes yang selalu di perlihatkan Jelita sejujurnya sangat membuat Naina jijik rasa nya, namun Naina memilih untuk diam saja, toh dia juga enggan bersaing dan berdebat dengan wanita penggoda macam Jelita.
“Mba Nai jangan mempersulit keadaan dong, dengan membuat Mas Dewa harus meninggalkan Jelita, Itu tidak adil Mba namanya”
Ck. Sungguh Naina tidak habis pikir Jelita sangat berani rupanya berbicara demikian pada Naina, Terlebih lawan bicaranya merupakan Istri Sah dari pria yang dia cinta. ‘Pelakor semakin didepan’ mungkin inilah gambaran nya 'batin Naina'
Naina masih diam saja, melihat bagaimana respon suaminya, terlebih dari permintaan yang dia ajukan pada sebelumnya.
Setelah semua penghianatan, Naina masih memberi kesempatan, berbesar hati dan legowo menerima kesalahan suami yang sengaja dia lakukan bahkan berulang kali.
“Gimana mas ?. Mas Dewa sanggup tinggalkan Dia?”
Lagi Naina menanyakan hal itu pada sang suami, namun tampaknya Dewa juga masih setia dengan diamnya.
Sementara Jelita terlihat semakin bersikap manja dan secara langsung menggoda Laki-laki yang telah lama dia pacari, meski Jelita merasa ketakutan jika Dewa nantinya akan tetap memilih Naina.
“Nai. Mengertilah Aku tidak bisa memilih antara kamu atau Jelita”
“Tidak bisakah kita hidup Bersama ?”
“Aku, Kamu , dan Jelita”
Dua bola mata Naina membulat sempurna menyadari sebuah kalimat yang baru saja keluar dari mulut suaminya.
Sungguh Naina merasakan betapa Dewa benar-benar tidak pernah memikirkan perasaan dan hatinya, di titik ini Naina merasa memang Dewa tidak pernah serius menjalin rumah tangga dengan dirinya.
“Mas !!"
"Aku mengatakan itu, karena Aku masih menghormati Mas Dewa sebagai suami”
“Hidup itu adalah pilihan, jika Mas Dewa tidak bisa menentukan, Maka Naina yang akan mengambil keputusan !”
Dewa tampak menautkan kedua alisnya menyadari Naina tidak main-main dengan ucapanya. Bahkan untuk diajak diskusi saja agaknya Naina sudah tidak mau lagi.
Namun Diskusi yang seperti apa lagi, jika di rasa-rasa wanita mana pun pasti akan terluka jika suaminya mendua, termasuk Naina.
“Mari kita bercerai Saja!”
Tegas Naina dengan ucapanya. Jika di tanya jujur saja Naina masih cinta dengan suaminya, namun Naina tidak munafik, tidak mungkin dia ikhlas hidup bersama madunya. Tidak pernah muncul dalam benak Naina dalam rumah tangganya ada wanita lain yang akan menjadi istri kedua suami nya. 'Lebih baik cerai saja' pikir Naina
Berpisah mungkin pilihan yang paling tepat, Dari pada terluka dan terus kecewa, apa gunanya hidup bersama jika kenyataanya hanya tersiksa. Naina merasa lebih baik mengakhiri nya.
Mundur bukan berarti kalah, jika terus maju akan semakin terluka, maka Naina akan dengan bangga mengundurkan dirinya.
“Nai --!”
Belum juga Dewa selesai dengan ucapanya, Naina lebih dulu membuang muka, dan memilih untuk meninggalkan Dewa dan kekasihnya.
Sesak sekali rasanya dada Naina, melihat sang suami bahkan tidak mengejar dia ketika Naina pergi, keputusan berpisah sudah tepat rasanya. Meski Naina sadar setelah ini entah harus bagaimana cara dia menjelaskan pada bapaknya mengenai rencana perpisahannya dengan Dewa.
Naina kembali memutar gas motornya, menyeka sisa air mata yang masih membasahi pipinya, Benar saja Dewa nyatanya tetap diam meski Naina telah keluar dari rumah nya.
Waktu menunjukan pukul 18.30
Naina kembali menumpahkan air matanya menyadari betapa dia begitu sakit dan kecewa pada semua perbuatan Dewa yang nyata dilakukan nya di depan Naina.
“Sabar Nai”
Sudah hampir isyak dan Naina masih betah berada di rumah Ningsih. Ningsih merupakan Sahabat sekaligus teman masa kecil Naina, Teman sekolah, teman mencari ikan, dan teman dalam suka duka Naina.
Ningsih memiliki profil yang tidak jauh berbeda dari Naina, keduanya sama-sama dibesarkan dalam lingkup keluarga yang tidak berada, selain itu jenjang Pendidikan keduanya juga sama, sama-sama hanya tamatan SMP saja.
Setelah lulus sekolah Naina dan Ningsih sama-sama bekerja di perkebunan teh di desanya, kenapa tidak merantau ke kota ?. tentu hal itu banyak di pertanyakan.
Naina dan Ningsih sepakat untuk tetap tinggal di desa karena Naina yang harus mengurus bapaknya, sementara Ningsih juga harus mengurus Neneknya.
Persamaan Lainya adalah Naina yang tidak memiliki orng tua karena entah diman keberadaanya, dan Ningsih yang juga telah ditinggalkan kedua orang tuanya karena wafat.
Meski ada beberapa persamaan diantara mereka, namun juga ada perbedaan diantara mereka, salah satunya yaitu dimana Ningsih telah menyandang gelar Janda lebih dulu daripada Naina.
Nasib keduanya memang tidak jauh beda, Naina yang di selingkuhi, dan Ningsih yang di tinggal pergi. Suami yang awalnya hanya pamit pergi bekerja ke Korea, namun kenyataanya bertahun-tahun lamanya, Ningsih tidak lagi mendengar kabarnya.
“Wis Nai.. Ndak usah di tangisi, aku yakin suatu hari nanti Dewa akan menyesali perbuatanya”
Ningsih mencoba memberi semangat pada Naina. Dia tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya. Karena dia juga pernah merasakannya.
“Aku dah gak perduli lagi Ning sama Mas Dewa, aku Cuma mikir bagaimana Bapak aja”
Sesenggukan Naina mengatakan kenyataan jika dia tidak bisa, jika harus melihat bapaknya kecewa.
Terlebih pernikahan nya dengan Dewa ini merupakan suatu kebanggaan bagi keluarga , karena Naina telah mengangkat derajat bapaknya, menikah dengan anak orang kaya di desanya.
“Nanti kamu bicara baik-baik Nai, bapak pasti juga ngerti”
Ningsih paham jika tidak mudah bagi Naina, Ningsih tahu Naina merupakan wanita yang tegar dan kuat, namun tidak dengan ketika Naina berhadapan dengan bapaknya.
Hingga Ningsih hanya bisa ikut bingung memikirkannya.
“Ning. Aku nginep di sini ya malam ini”
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sadiah
Naina sabar banget sie sama laki kaya gitu... udh jelas laki tak cinta sma kamu masih aja di pertahan..
2023-07-29
1
bunda
semangat nai jgn mau d sakiti, cari kebahagiaanmu sendiri jgn pedulikan org lain
2023-07-26
1
Benazier Jasmine
sdh mantapkan hatimu naina, dewa bukan laki2 yg baik jgn bertahan, berpisah & hidup bahagia tnp dewa itu lbh baik
2023-07-25
1