...Langitmu Bisa Jadi Langit Yang Di Impikan Orang Lain....
...☘️...
Setelah fokus berkendara, tidak butuh waktu lama, bahkan 10 menit saja tidak ada, Naina telah sampai di rumah orang tuanya.
Melihat raut wajah tua orang tua nya, Naina kembali tidak bisa menahan tangisnya, Entah karena sebab apa, namun Naina selalu tidak bisa menahan segala rasa jika bersama Bapaknnya.
“Nduk Kamu kenapa ?”
Jujur Naina tidak pernah memiliki rencana untuk segera bercerita, namun agaknya orang tuanya justru telah mengetahui dari gelagatnya yang selalu tidak bisa menyimpan air mata nya.
Pak Barja yang melihat Naina tengah menyeka air matanya, lantas bertanya pada putrinya. Karena tentu hal ini tidak biasa terjadi pada Naina.
“Apa Dewa menyakiti mu Nduk?”
Deg.
Tepat sekali tebakan pak Barja ‘batin Naina’.
“Tidak pak. Nai hanya kangen Bapak saja”
Kalimat yang pada akhirnya keluar dari mulut seorang Naina Indurasmi.
Meski tidak begitu puas degan jawaban putrinya, Pak Barja memilih untuk tidak semakin menambah beban pikiran Naina dengan selalu menanyakan masalahnya.
“Kamu sudah sarapan ?”
Hingga pak Barja Memilih untuk mengalihkan pada pertanyaan lainya agar tidak tercipta canggung diantara mereka. Dan benar saja sudut bibir naina terangkat keatas, dengan di iringi gelengan kepala dari putrinya.
“Ya sudah duduklah, bapak akan siapkan makanan untuk kita sarapan”
Pak Barja yang awalnya terlihat bersiap pergi ke ladang, pada akhirnya mengurungkan niatnya, dan memilih menemani Naina.
Menyiapkan sarapan bukan merupakan hal sulit bagi pak Barja , sudah sejak lama pak Barja terampil dan piawai jika hanya untuk membuat masakan sederhana.
Tidak butuh waktu lama, Nasi goreng Pucat dengan Telur ceplok siap di sajikan untuk sang putri tercinta.
Tidak adanya kecap yang tersisa, membuat tampilan Nasi goreng buatan pak Barja pucat kelihatanya, namun soal rasa sudah jangan di tanya, karena itu merupakan nasi goreng kegemaran putrinya.
“Nduk. Makan dulu” ucap pak Barja dengan menyodorkan seporsi besar nasi goreng.
“Lah. Bapak Mana?”
Naina hanya mendapati satu piring nasi Saja, sontak hal itu mengundang tanya di pikirannya.
“Bapak sudah sarapan tadi nduk”
Mendengar jawaban bapaknya, agaknya Naina sedikit tidak percaya, Naina lantas menghela nafas dan segera bangkit dari duduknya.
Tidak berselang lama Naina kembal muncul dengan piring dan sendok kosong di tangannya. Naina berencana membagi nasi goreng buatan bapaknya agar bisa dinikmati bersama.
Naina sadar jika Bapaknya hanya berbohong saja, dengan mengatakan dia telah sarapan sebelumnya, sementara di dapur rumahnya tidak terlihat ada piring kotor disana.
“Pak. Kita Makan sama-sama ya”
Naina menyodorkan Nasi dan separuh telur ceplok pada Pak Barja .
Suasana mendadak menjadi haru, tidak ada kata, hanya Bahasa kalbu yang mewakili rasa diantara mereka.
Sudut mata Pria paruh baya di hadapan Naina itu pun melelehkan cairan bening disana, sadar jika Naina kecilnya tidak sedikitpun berubah sifatnya.
Naina memang telah mekah dengan anak juragan kaya di desanya, namun Naina seolah masih sama, dia tetap sederhana, pengertian, dan apa adanya.
Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan nasi goreng yang memang hanya separuh saja, meski hanya separuh tetap terasa nikmatnya.
“Bapak tadi mau ke sawah kan?”
Senyuman di bibir pak Barja menjadi jawaban atas pertanyaan Naina.
“Bapak ke sawah saja, Naina masih mau disini, Nanti Naina bereskan rumahnya”
Naina seolah tengah mengaburkan perasaan nya, meski mungkin saja bapaknya tahu apa yang dia rasakan, namun Naina memilih untuk tetap bungkam, demi untuk membuat keadaan tetap baik-baik saja. Biarlah dia terluka asalkan tidak dengan kedua orang tuanya.
Hingga Pak Barja beranjak dari rumahnya, Naina terlihat mulai melepaskan kembali air mata yang sudah dia tahan sejak dari tadi.
**
Senja menyapa, merah jingga mulai menampakkan pesonanya. Sudah cukup rasnya Naina menghibur dirinya, Naina memilih untuk segera bersiap pulang kerumah nya.
Kembali Naina emastikan setiap sudut rumah bapaknya telah bersih dan rapi, Naina baru bisa tenang untuk pergi, Tidak lupa sebelum Naina meninggalkan rumah bapaknya, dia telah lebih dulu menyiapkan beberapa makanan untuk sang bapak yang saat ini masih berada di sawah.
Naina sejujurnya tidak tega meninggalkan bapaknya seorang diri, namun apalah daya, Dewa langsung memboyongnya setelah pernikahan.
Kembali menyusuri jalanan setapak di desanya, Naina sekilas melihat sosok yang bertabrakan dengan nya pagi tadi tengah berada di rumah Pak Burhan, yang merupakan kepala Desa di Girimulya.
Namun Naina memilih abai saja, dan kembali melanjutkan perjalanan nya. Tidak butuh waktu lama Naina telah sampai tepat di depan pintu rumahnya.
Terlihat sepi bahkan lampu-lampu di rumahnya juga belum ada yang menyala, mungkin saja Dewa sedang keluar bersama kekasihnya ‘batin Naina’. Namun Naina memilih mas bodoh dengan mereka, Hatinya masih cukup sakit mengingat semua yang baru saja menimpa kehidupan rumah tangganya.
Suasana rumah tampak sepi, Namun agaknya Dewa lupa mengunci pintunya, Hingga Naina bisa masuk begitu saja.
‘Gelap dan Sunyi’ kesan pertama ketika Naina memasukinya.
Belum juga Naina menyalakan lampu rumahnya, Naina harus kembali di kejutkan dengan suara-suara dari dalam kamarnya.
‘Dunia seakan milik berdua. Yang lain Ngontrak Saja’ . Peribahasa yang tepat menggambarkan kondisi rumah tangga Naina.
Perih rasanya telinga Naina kembali mendengar suara kenikmatan dua anak manusia yang tengah memadu cinta.
Mereka semakin berani dan Naina tidak bisa terus mendiamkannya begitu saja.
“Mas !”
Kembali Naina masuk tanpa aba-aba, Memaksa kedua nya untuk menghentikan aktifitasnya.
Dan untuk yang kedua kalinya pula Dewa kaget pada keberadaan Naina yang muncul tiba-tiba.
“Nai..”
Gelagapan wajah Dewa bagai maling yang ketahuan mencuri.
Sudut mata Naina meremang seketika, semakin dia berlama-lama semakin sakit rasanya. Wanita mana yang akan bisa menahan Sakitnya penghianatan bahkan dilakukan secara terang-terangan.
Meski begitu sakit rasanya, Namun Naina tidak ingin lagi menitihkan air mata nya.
“Mari kita bercerai saja !!”
Brakkk…
Dewa kembali menghempaskan tubuh Jelita, Sungguh Dewa kaget dan tidak percaya jika Naina benar-benar mengatakan nya.
“Nai…”
Dewa mengejar Naina dengan tubuh polosnya, mencekal tangan Naina yang beranjak keluar meninggalkan rumahnya.
“Nai… Kita bisa bicarakan semua. Jangan bersikap kekanak-kanakan”
Sungguh mendengar ucapan Dewa, Ingin rasanya Naina menertawakan ucapan Suaminya, bisa-bisanya Dewa menganggap Naina kekanak-kanakan, lalu bagaimana dengan dirinya sendiri 'batin Naina'.
“Apa yang ingin mas dewa bicarakan?”
Naina seolah sudah jengah dengan semua, Naina pikir kepergian nya tadi bisa menyadarkan Dewa dari kesalahan nya, nyatanya tidak, justru Dewa kembali berulah dan mengulangi aksinya, bahkan masih di tempat yang sama.
“Jika Posisi mas Dewa saat ini adalah Naina. Lalu bagaiman perasaan Mas Dewa?”
Lantang Naina bertanya pada suaminya. Suami yang ternyata tidak punya hati. Cukup lama Naina mengenal Dewa, Namun ternyata masih ada sifat suaminya yang luput dari penglihatan nya, termasuk ini salah satunya.
“Nai… Kita tidak bisa bercerai begitu saja !, dan aku tidak akan pernah menceraikan mu sampai kapan pun ?”
Sungguh Naina ingin sekali tertawa, namun dia urung untuk melakukanya, karena ternyata sedikitpun bahkan Dewa tidak memahami hati nya.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🌼Prýsķàà🌼💗
hempaskan saja laki begini mah
2023-08-07
1
Sadiah
Ihh... parah sie ini laki²... bukan nya sadar terus tobat dn menjadi²... jangan jd perempuan bodoh nai udh ga da bener nya perbuatan mereka.. 😡😡
2023-07-29
2
melia
ihhhh greget banget 😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠😠menjijikan,pengen tek tonjok kmu dewa👊👊👊👊
2023-07-27
1