"Duduk, Ta." Bu Rika mempersilakan Deta duduk saat mereka memasuki ruang tamu rumah besar keluarga Sanjaya.
'Ini sofa atau tempat tidur? Besar sekali!
Tempat tidurku di rumah saja tidak sebesar ini.' Deta membatin saat memandang sofa yang bersandaran tinggi tersebut.
"Maaf , Bu, saya kesini 'kan untuk bekerja ...," Deta ragu untuk melanjutkan kalimatnya karena takut menyinggung bu Rika.
'Kalau bu Rika sampai tersinggung bisa-bisa aku di pecat bahkan sebelum aku mulai bekerja. Hahaha ....'
Bu Rika tersenyum kemudian duduk di sofa yang sebelumnya ia minta Deta untuk mendudukinya.
"Memangnya kalau orang mau bekerja tidak boleh duduk?" Pertanyaan bu Rika tidak bisa di jawab oleh Deta. Dan tanpa di minta Deta pun duduk di sebelah bu Rika.
Deta tidak bisa duduk dengan tenang. Ia terus menggeser tubuhnya, berganti-ganti posisi duduk. Matanya juga terus memandang berkeliling. Sebuah almari besar yang terbuat dari kaca menarik perhatian Deta. Ada banyak koleksi yang terbuat dari keramik dan porselen di dalamnya.
'Kalau aku memecahkan satu barang saja. Bisa jadi aku kerja rodi selama satu tahun di sini.' Kengerian memenuhi pikiran Deta.
"Itu tidak perlu di bersihkan, Ta. Nanti ada orang lain yang mengurusnya." Bu Rika seperti bisa membaca pikiran Deta.
Deta tersenyum dan bernafas lega. 'Gajiku aman.'
"Nanti tugas kamu bersih-bersih saja, seperti menyapu dan mengepel lantai. Kalau kebetulan ada piring kotor tolong di bersihkan, ya. Kamu bisa, kan?" Pertanyaan bu Rika menghentikan aktivitas Deta mengamati ruang tamu rumah besar Sanjaya.
"Eh, iya maaf, Bu. Saya bisa, Bu." Senyuman hambar dan sebuah anggukkan sopan memantapkan kesiapan Deta.
"Itu anak sama menantu saya." Bu Rika menunjuk sebuah bingkai berukuran besar yang terpasang di ruangan itu .
Di bingkai itu terdapat sebuah foto pernikahan dengan sepasang pengantin dan kedua orang tuanya. Di sebelah pengantin wanita ada sosok bu Rika dan di sebelah pengantin pria ada seorang pria paruh baya . Masih terlihat gagah walaupun rambutnya sudah mulai memutih. Ya, itulah suami bu Rika. Tuan besar Sanjaya. Pak Firman Sanjaya.
"Maaf, Bu, anak ibu yang laki - laki?" tanya Deta setelah mengamati potret yang di maksud bu Rika. Bu Rika tersenyum kemudian menggeleng.
"Itu Yoga, menantu saya. Anak saya yang perempuan namanya Refita." jelas bu Rika kembali menatap potret putrinya.
Seperti ada sebuah kesedihan. Tapi Deta tak punya keberanian untuk bertanya.
***
'Perempuan tadi itu siapa sih? Kenapa aku kesal sekali saat dia menolakku?'
'Sial!!!' umpat Ricky.
Ricky menutup laptopnya, kesal dia tidak dapat berkonsentrasi karena gadis yang menolak bantuannya tadi.
Sejak tadi Ricky terus berfikir siapa gadis itu. Tingkahnya aneh sekali dan lebih aneh lagi kenapa Ricky merasa aneh dengan perasaannya sendiri .
Ricky membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Mencoba memejamkan matanya. Tapi tak bisa.
'Huh!!! Perutku lapar sekali!!!'
gerutu Ricky .
Dengan malas ia menurunkan kakinya dari tempat tidur. Tapi saat akan membuka pintu ia mendengar ibunya berjalan melewati kamarnya bersama seseorang.
'Jangan - jangan perempuan tadi**!'
Ricky terus memegangi handle pintu kamarnya, hatinya ingin mengajaknya keluar dan memastikan siapa gadis yang ia temui tadi. Tapi logikanya menolak.
'Sial!!! Sial!!! Sial!!!
Kenapa aku sangat penasaran?'
Tak lama terdengar tawa bu Rika di tengah kebimbangan Ricky di dalam kamarnya .
***
"Jangan bersihkan kamar ini kalau ada penghuninya**!"
Peringatan dan tawa bu Rika terus terngiang di telinga Deta saat mereka berjalan melalui sebuah pintu kamar tidur. Kamar Ricky.
Sebuah ruangan yang menghadap langsung ke ruang keluarga dengan pintu yang berukuran besar dan tinggi. Di antara semua ruangan di rumah ini hanya pintu kamar tidur Ricky yang tertutup rapat.
"Yang ini kamarnya Fita, tapi dia jarang datang. Jadi, tidak perlu terlalu sering di bersihkan." Sebuah pintu yang berukuran sama besar di setiap kamar, terbuka.
Terlihat sebuah ruangan yang cukup besar dengan furniture yang serba besar. Beberapa koleksi tas dan sepatu tersusun rapih di salah satu sudut ruangan. Terlihat jelas kamar tidur milik seorang wanita.
Bu Rika tersenyum melihat ketakjuban Deta. 'Anak ini polos sekali.'
'Di rumah ini semua serba besar. Apa itu yang di almari? Apa putrinya bu Rika membuka butik???' Lagi - lagi jiwa kemiskinan Deta bergetar.
"Kita mengobrol di taman belakang saja, yuk!" Tersentak Deta saat bu Rika meraih tangannya.
Deta mengikuti bu Rika berjalan. Sekali lagi memasuki bagian tengah rumah untuk menuju tempat yang di maksud bu Rika.
***
Suara gemericik air terasa sangat sejuk di telinga. Terdapat sebuah kolam kecil di pojok taman yang terlihat sangat indah dan bersih.
Ada beberapa ikan yang berenang kesana-kemari di dalam kolam. Di seberang kolam juga terdapat sebuah pondok untuk bersantai. Pepohonan rindang yang di pangkas rapih juga menambah keteduhan suasana di taman belakang rumah Sanjaya ini.
"Maaf, Bu, ada berapa pelayan di rumah ini?" Deta sangat penasaran karena sejak awal ia memasuki rumah ini semua ruangan terlihat bersih dan rapih.
"Tidak ada pelayan di sini."
Deta terkejut mendengar jawaban bu Rika. 'Lalu, siapa yang membersihkan rumah ini**?'
"Di rumah ini hanya ada saya dan suami saya. Kami jarang sekali berada di rumah, lebih banyak waktu di luar rumah. Untuk membersihkan rumah saya menyewa jasa cleaning service. Dan kedua anak saya, mereka sibuk bekerja jadi mereka jarang sekali pulang ke rumah." Bu Rika tersenyum kemudian melanjutkan ucapannya. "Ah, saya melupakan sesuatu. Ricky pulang setiap hari tapi itupun saat hari sudah larut dan akan pergi bekerja pagi-pagi sekali." Bu Rika menatap Deta yang terlihat masih kebingungan.
"Ricky itu anak bungsu saya." jelas Bu Rika tepat saat Deta akan membuka mulut untuk bertanya.
Deta hanya tersenyum dan mengangguk sopan. Tapi ada satu hal yang terus mengusiknya sejak ia memasuki rumah ini.
"Maaf, Bu, tapi saya hanya melihat foto-foto anak perempuan ibu dengan suaminya. Saya tidak melihat satu pun foto anak laki-laki ibu." Rasa penasaran berhasil mengusir rasa takut Deta untuk bertanya.
"Ricky tidak suka di foto, Ta. Dan dia juga tidak suka jadi tontonan orang."
Bu Rika terlihat menahan tawa ketika melihat ekspresi terkejut Deta.
'Ada ya manusia yang berfikiran seperti itu???'
Hallo semuanya 😊
Semoga kalian suka ceritanya ya 🥰
Maaf kalau masih banyak typo dan kesalahan dalam ceritanya 😁
Mohon dukungannya yaaaa 😍
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣 kalian berupa like 👍 , comment, rate dan vote 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
ayy
like4
2020-10-10
1
Reni sofa Ok😉
like
2020-10-09
1
𝗩⃝🌟ᴰˢFiona𝐃𝐬⃝🍓
lanjutt
2020-10-08
0