"Kamu yakin kalau kamu sanggup kerja di dua tempat seperti itu?" Wajah ibu Deta sudah di selimuti kekhawatiran yang melebihi awan mendung yang menutupi matahari.
Tapi yang di khawatirkan justru tersenyum dengan manisnya hingga bisa membuat kadar gula darah meningkat.
Deta menghampiri ibunya yang sedang memasak kemudian memeluk ibunya. Banyak yang ingin Deta katakan tapi entah mengapa bibirnya terkunci rapat. Sehingga ia hanya memeluk ibunya dalam diam. Tanpa mengatakan apapun.
Setelah itu Deta meminta ibunya untuk duduk di kursi meja makan yang usianya hampir sama dengan Deta .
Deta lantas menarik sebuah kursi untuk duduk di sebelah ibunya. Sekali lagi Deta tersenyum dengan sangat manis. Berharap dengan melakukan hal itu akan mengurangi kekhawatiran ibunya.
Di raihnya tangan lembut ibunya, Deta menarik nafas dalam namun berusaha menghembuskannya perlahan agar tidak terdengar ibunya. Dan masih tetap berusaha mempertahankan senyum termanisnya. Walaupun dalam hatinya sudah banjir air mata. Tapi sorot mata Deta tetap berusaha memancarkan kebahagiaan.
'Betul - betul hebat kamu, Deta. Semangat, Deta**!!!'
Deta mengangguk sekali. Tanda ia sudah mantap dengan keputusannya. Melihat perilaku aneh putrinya membuat ibu Deta semakin khawatir dan merasa bersalah.
'Semakin pandai saja kamu bersandiwara, Deta.'
Kegetiran menghinggapi perasaan Deta yang bercampur aduk. Tapi semua itu lenyap saat Deta membayangkan uang yang bisa ia hasilkan.
"Ma ...," Tatapan mata ibunya membuat Deta ragu.
Namun semangatnya untuk mengembalikan keadaan keluarganya serta kebahagiaan orang-orang yang ia sayangi tak akan pernah surut.
Sebuah tepukan lembut di tangan Deta menyadarkan nya.
"Deta sudah besar, Ma. Keluarga kita sedang dalam masa terburuk sekarang. Deta itu anak tertua, Ma. Jadi biarkan Deta membantu Mama dan Papa." Senyum yang di paksakan menyungging di sudut bibir Deta .
"Semampu Deta, Ma." Lirih terdengar kalimat terakhir Deta.
Rasanya pelupuk mata Deta sudah terasa berat menahan air mata yang sudah memaksa untuk terjun bebas dari matanya .
Tubuh Deta di tarik ke pelukan ibunya. Terdengar isak tangis dari wanita yang sudah memberikan Deta kesempatan untuk melihat dunia itu.
Di situlah pertama kalinya Deta merasakan ketidakberdayaan kedua orang tuanya. Tapi di saat yang bersamaan Deta berjanji akan mengembalikan keadaan keluarganya seperti dulu lagi.
'Berjuanglah, Deta*!!!'
**
Sebuah bangunan yang cukup besar sudah berdiri kokoh di hadapan Deta sejak tadi. Seperti menantang keberanian Deta. Maju mundur langkah kaki Deta. Membuat hatinya ikut merasa ragu. Atau mungkin takut sepertinya.
"Rumah ini besar sekali. Bagaimana aku akan membersihkannya?" gumam Deta seraya terus memijat tangannya yang bahkan sudah terasa pegal sebelum mulai bekerja.
Saat Deta terus menimbang-nimbang keputusannya. Sebuah klakson mobil mengejutkannya. Karena terkejut Deta berbalik dan bergerak mundur hingga menabrak pagar rumah tersebut.
Tanpa di sadari, Deta meringis kesakitan. Membuat seseorang yang berada dalam mobil tersebut merasa bersalah dan memutuskan untuk turun dari mobil.
Seorang pria keluar dari mobilnya untuk menghampiri Deta. Saat pria itu mengulurkan tangannya, Deta bergerak mundur menjauhi pria itu. Bahkan tanpa melihat wajahnya. Hanya melihat sepatu pria itu yang berada tepat di bawah pandangannya.
'Sepatunya besar sekali!!!'
Terdengar pria itu mendengus kesal. Kemudian berbalik untuk membuka pagar rumahnya. Tak lama terdengar suara pintu mobil di banting dengan keras.
'Sepertinya orang itu kesal ya? Apa kesal padaku?'
Batin Deta yang baper mulai lagi.
"Deta!" Suara yang sama lembutnya saat Deta mengantar Dania.
Deta tersenyum dan meraih tangan bu Rika. Di lihatnya kembali rumah bu Rika yang sedari tadi ia pandangi. Kemudian kembali menatap bu Rika. Ragu ingin bertanya. Tapi bu Rika sangat mengerti tatapan mata Deta.
***
"Ma, di luar ada orang tuh. Aneh!!!" gerutu Ricky saat ia masuk.
Di lemparkannya kunci mobil di atas meja makan kemudian berbaring di sofa panjang ruang keluarga.
"Siapa?" tanya bu Rika kemudian bangkit dari meja makan dan mengambil kunci mobil yang di lemparkan Ricky tadi.
Di letakkannya kunci tersebut di sebuah gantungan yang menempel di dinding dapur dekat garasi. Bersama dengan beberapa kunci lainnya.
"Mana Ricky tahu, Ma." Kilatan amarah terlukis di matanya.
'Yang pasti gadis itu membuat aku kesal. Tapi kesal kenapa**?'
"Kamu biarkan orangnya di luar?" tanya bu Rika lagi.
"Hemm." Malas menjawab rupanya.
Segera bu Rika keluar rumahnya dan melihat Deta yang sedang mengusap bahunya.
Hallo semua🤗
Semoga kalian suka ceritanya🥰
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣 kalian berupa like👍 , comment, rate dan vote yaa 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
astri rory ashari
Rick...lu kesel tapi g tau kenapa..🤔 lu kena sawan kali..😂 moga Deta betah kerja disitu meski ada si Somplak Ricky😑
2021-04-18
1
Hannah
Like
2020-10-14
1
ayy
like3
2020-10-10
0