Puluhan pasang kaki keluar dari sebuah ruko yang di sulap menjadi tempat belajar.
Di antara keriuhan terdengar Deta sudah mendengus beberapa kali karena bosan dengan ocehan Syafitri.
"Ta, kamu serius sampai sekarang belum bertemu dengan putra Sanjaya itu?" Syafitri terengah-engah berusaha menyamai langkah Deta yang berjalan terburu-buru karena malas mendengar ocehan Syafitri yang Deta anggap tidak penting.
"Belum."
"Kenapa?"
"Ya ...," Deta sedikit berfikir. "Mungkin belum jodohnya." sambung Deta di akhiri dengan tawa ringan. Syafitri hanya berdecak mendengar jawaban Deta.
"Aku dengar dia itu sangat tampan," ucap Syafitri antusias.
"Mungkin,"
"Katanya, orangnya juga baik dan sopan."
"Sepertinya begitu."
"Kamu tahu???"
Deta menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menghadap Syafitri.
"Seluruh keluarganya baik, Syafitri. Jadi, dia juga pasti orang yang baik." Deta menepuk bahu Syafitri dan mengangguk sekali.
Berharap diskusi tentang Ricky Sanjaya selesai sampai di situ.
"Tapi, aku dengar kalau dia juga sedikit tertutup dan misterius ...," Syafitri menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas dan ke bawah seperti membuat tanda petik. "Berbeda sekali dengan kakak perempuannya." sambungnya.
Musnah sudah harapan Deta untuk mengakhiri diskusi ini.
'Tapi memang benar bahwa kak Fita sangat baik.' Pikiran Deta membayangkan kebaikan putri sulung Sanjaya itu.
"Aku tidak tahu, Syafitri. Aku ada di rumah itu untuk bekerja bukan untuk mengamati kehidupan pribadi mereka!" Deta menekankan kalimat terakhirnya.
Dengan kesal Deta berlalu meninggalkan Syafitri, tanpa menunggunya bertanya lagi.
***
Deru mobil terdengar dari dalam rumah, Deta terburu-buru untuk membuka pintu .
Seorang wanita keluar dari dalam mobil. Penampilannya sederhana dan tidak berlebihan namun tetap terlihat elegan. Terlihat jelas bahwa ia wanita dari kalangan atas.
Wanita itu berjalan menuju pintu tempat Deta masih berdiri dengan memegang handle pintu. Ia mengerutkan dahinya, namun tetap tersenyum ramah saat bertatapan dengan Deta.
Deta hanya tertunduk malu saat tatapannya bertemu langsung dengan wanita itu.
'Itu pasti Refita Sanjaya. Wajah aslinya lebih cantik daripada di dalam foto.' pikir Deta.
Saat Deta berbalik dan akan memasuki rumah, kembali terdengar seseorang memanggilnya. Ternyata seorang pria keluar dari mobil yang sama dengan Fita.
"Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Ini, tolong di bawa masuk ya!" Pria itu menyodorkan beberapa tas belanja kepada Deta. Sedangkan pria itu mengambil beberapa tas belanja lagi di dalam mobil.
Deta menerima tas-tas tersebut dan menyusunnya di kedua tangannya.
"Terima kasih." ucap pria itu di barengi dengan siku tangannya yang berusaha menutup pintu mobil.
"Itu apa, Fita? Ya ampuuuun, kamu belanja lagi, Sayang?"
Bu Rika menutup mulutnya dengan tangan kirinya karena terkejut melihat banyaknya tas belanja yang di bawa oleh Deta dan pria yang di mobil tadi yang ternyata adalah Yoga Adhiyasa. Menantu keluarga Sanjaya.
"Tadi mampir sebentar di mall, Ma, terus belanja sedikit." jawab Fita cuek tak menghiraukan gelengan kepala ibunya.
'Ini sedikit? Banyaknya seperti apa? Apa satu mall**?' Deta membatin dalam hatinya.
Ternyata seperti ini cara orang kaya menghabiskan uang mereka.
Deta memandangi tangannya yang di penuhi tas belanja milik Fita.
"Maaf, Bu, ini mau di letakkan dimana?"
"Di situ saja!" Fita menunjuk sofa panjang yang ada di ruang keluarga.
Sementara Yoga berjalan menuju kamar Fita tanpa menunggu perintah.
"Oh, iya, Ma. Gadis manis ini siapa?" tanya Fita tanpa menoleh kepada ibunya dan terus memperhatikan Deta.
Bu Rika menatap Deta kemudian beralih menatap Fita. "Itu Deta. Mulai sekarang Deta yang akan membantu Mama di rumah dan juga di sekolah."
Fita mengangguk sambil menggerak-gerakkan bibirnya.
Fita menghampiri Deta lalu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Salam kenal ya, aku Fita."
Karena terkejut, Deta ragu untuk membalas uluran tangan putri majikannya itu. Tapi Fita tanpa ragu-ragu menarik tangan Deta dan menggenggamnya seperti orang yang bersalaman. Walaupun terkejut tapi Deta tidak menolak ataupun mencoba melepaskan tangannya.
"Umur kamu berapa? Sepertinya kamu masih sangat muda."
"Hanya dua tahun lebih muda daripada Ricky, Fit." Bu Rika menimpali.
"Itu artinya kamu panggil aku kak Fita saja. Jangan panggil ibu ya! Karena kamu lebih muda dari Ricky jadi kamu seperti adik kecilku. Iya 'kan, Ma?"
Bu Rika hanya tersenyum menyetujui ucapan Fita.
***
Malam semakin larut, beberapa orang mungkin sudah berkumpul dengan keluarga mereka di rumah. Dan beberapa mungkin sudah terlelap di peraduannya.
Tidak seperti Ricky yang masih harus berkutat dengan setumpuk pekerjaan di mejanya.
BRAAAKKK !!!
Suara gebrakan meja mengganggu konsentrasi Ricky. Segera Ricky mendongakkan kepalanya untuk melihat sang pelaku .
"Kamu masih di sini, Jer? Aku kira hantu tadi." ejek Ricky sebagai ungkapan kekesalannya kepada Jerry. Teman kantornya.
"Mana ada hantu setampan aku, Ky." sanggah Jerry dengan percaya diri.
Ricky yang mendengarnya hanya menghela nafas dan melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Ky, kamu itu hampir setiap hari lembur. Memang anak siapa yang mau kamu lamar?"
Pertanyaan Jerry seketika menghentikan aktivitas Ricky dengan komputernya. Ricky memutar kursinya ke samping yang mana Jerry sudah berdiri di sana sejak tadi.
"Jer, memangnya kita rajin itu hanya karena mau melamar anak gadis orang saja?"
Jerry menggelengkan kepalanya.
"Aku itu bekerja untuk diriku sendiri. Aku ingin memiliki segalanya sebelum aku berkeluarga. Jadi saat aku sudah berkeluarga aku tidak perlu bekerja terlalu keras. Aku bisa memiliki banyak waktu dengan keluargaku. Menghabiskan waktu dengan istriku dan melihat tumbuh kembang anak-anakku nanti."
Penjelasan Ricky membuat Jerry terhenyak.
"Minggir!!!" Ricky berdiri dari kursinya dan merapihkan beberapa berkas di mejanya.
"Tapi, Ky. Itu artinya kamu memang berniat melamar anak orang, kan?" Jerry yang baru selesai mencerna ucapan Ricky kembali mengganggunya.
Ricky menghembuskan nafas kasar.
"Iya itu pasti, Jer. Tapi bukan sekarang."
Ricky meraih tasnya yang ia sangkutkan di kursi kemudian berjalan menjauhi Jerry sang pengganggu.
"Ky, tunggu!!!" Jerry setengah berlari menyamai langkah kaki panjang Ricky.
"Kenapa lagi, Jer? Kamu mau tahu siapa yang mau aku lamar?"
Seketika mata Jerry berbinar, ada rasa penasaran yang membuncah di matanya. Ricky yang melihatnya hanya tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa malah ketawa? Siapa orangnya? Jangan buat aku penasaran!"
"Memangnya siapa yang buat kamu penasaran? Pemikiran itu 'kan datangnya dari kamu, Jer. Aku hanya mengikuti arah pembicaraan kamu saja."
Senyum Ricky semakin mengembang merasa puas sudah membalas temannya karena mengganggunya tadi.
Jerry hanya mendengus kesal mendengar jawaban Ricky. Dia memang selalu kalah jika berdebat dengan Ricky selama ini.
"Ky, bareng ya?"
"Kemana?"
"Pulang lah! Kemana lagi sudah malam begini."
"Kamu mau pulang bareng aku naik kereta?"
"Iya ... apaaa? Naik kereta?" Jerry menghentikan langkahnya namun tidak dengan Ricky.
"Ky... Ricky tunggu sebentar!" Ricky hanya menoleh kemudian menggerakkan kepalanya ke arah depan meminta Jerry untuk menyusulnya.
"Kamu naik kereta? Mobil kamu yang kemarin kamu pakai di acara ulang tahun kantor mana? Kamu jual ya???"
Serentetan pertanyaan Jerry hanya di jawab dengan senyuman oleh Ricky.
"Itu bukan mobil aku, Jer. Itu mobil papaku!" Dengan santai Ricky menanggapi tuduhan Jerry.
"Sama saja lah, Ky. Apapun milik orang tua pasti jadi milik anaknya."
"Tapi aku lebih suka memakai barang hasil keringatku sendiri daripada pemberian orang tuaku. "
Hallo semua mohon dukungannya 😍
Semoga kalian suka ceritanya 🥰
Jangan lupa tinggalkan jejak 👣 kalian berupa like👍 , comment, rate dan vote 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
langsung aku msukin favorit ne cerita🤭🤭🤭🤭...gak tau napa...certanya menarik...gak bosenin..
karakter anaknya si fita ama RikCy...si menurut aku sopan😃😃😃😃
bisanya kan..kalo ank Orka kan Sombong....
2021-04-19
2
Rohma
sejauh ini ceritanya menarik 😊😊
2021-02-24
1
Nunung
mamapir sejauh ini suka ceritay
2021-01-13
0