Abrizzam Renaga Adalah Anak dari teman lama Malik Ibrahim. Andrian Renaga. Teman lama yang selalu saling membantu disaat satu yang lainnya mengalami kesusahan. Disaat perusahaannya mengalami kebangkurutan , Andrian tidak pernah mau menerima bantuan dari Malik sepeserpun. Berdalih, tidak ingin selalu menyusahkan sahabatnya ini, akhirnya ia memutuskan untuk memulai semuanya dari Nol di Jerman. Sejak itulah Malik ibrahim tak pernah bertemu dengan Andrian.
Siapa sangka, dihadapannya kali ini adalah anak dari andrian renaga. Pemuda yang kerap disapa Azzam. Setelah sekian tahun lamanya, ternyata Azzam tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan berwibawa. Pelukan hangat Azzam dapatkan dari Sahabat Ayahnya, Malik ibrahim.
"Apa kabar , Om ?"
"Alhamdulillah... Seperti yg kamu lihat. Om masih kuat berjalan" Malik tertawa pelan memuji dirinya yang saat ini pun tidak terdengar lucu sama sekali.
"Bagaimana kabar orangtuamu, Zam ?"
"Alhamdulillah semuanya sehat, Om"
"Tante aja sampai pangling loh liat nak Azzam"
Kedatangan Syifa membuat Azzam menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali. Akibat pujian yang dilontarkan istri sahabat ayahnya itu.
"Minum dulu teh,nya. Biar badannya anget"
Syifa duduk di disamping suaminya, Malik.
"Waaah... Ternyata saling kenal ya Mah..Pah.." Lily yang sudah berganti pakaian ikut bergabung di ruang tamu
"Kamu ingat om Andrian ? Papa keduamu dulu. " Malik ibrahim mengingatkan Lily masa kecilnya yang selalu berada di rumah Andrian demi dimanja oleh keluarga Renaga.
"Hmm... Ingat"
"Dia Azzam. Yang sering kamu buat menangis dulu"
Mata Lily seketika menatap Azzam begitu teliti. Pantas saja rasanya pernah liat, ternyata dia rupanya. Waahhh giliran dah gede kok tampan ya. Batin Lily sedari tadi berbicara sendiri.
"Oohhh.. Kak Azzam yang waktu kecilnya cengeng, kan?!"
"Bukan cengeng. Kamunya aja yang bar bar " Azzam angkat bicara kala Lily menyebutnya cengeng.
"Cengeng ya cengeng aja." Balas Lily yang asyik dengan kuacinya
"Ternyata anak om Malik yang tomboy ini sudah bisa pakai hijab ya." 'Cantik' ledek azzam yang membuat lily sontak menatapnya dengan sedikit melotot.
"Jangan di puji . Nanti naksir"
Semua tertawa sumbang mendengar celotehan Lily dengan bibirnya yang mengerucut.
Sementara kedatangan Isyana membuat hati Azzam sedikit teriris. Gadis ceria yang dulu sangat ia kagumi, kini telah menjadi milik orang lain. Pandangannya tidak lepas dari perut isyana yang sudah membuncit dibalik gamis maron yang ia kenakan. Merasa diperhatikan, Isyana paham betul apa isi pikiran Azzam kala melihatnya dengan perut sebesar ini.
"Sudah 7 bulan"
Azzam sedikit kaget dengan pernyataan Isyana yang tiba tiba mengetahui rasa penasarannya. Oh Tuhan... Kenapa kau tampakkan disini bodoh. Apakah sejelas itu ? Azzam merutuki dirinya sendiri yang ternyata gelagatnya terbaca oleh Isyana
"Ah... Ooh... Emm" Jujur, rasanya Azzam ingin sekali berlari sekencang kencangnya dari hadapan keluarga Ibrahim saat ini juga. Kenapa tiba tiba lidahnya kelu untuk mengeluarkan suara. Oh Tuhan...
"Saya pamit,Om..tante. Sudah malam.. Lain waktu saya akan berkunjung kembali"
"Sampaikan salam kami pada orangtuamu , Nak"
"Baik,Om..."
Setelah undur diri, Azzam menaiki mobil hitam miliknya yang terparkir di depan gerbang mewah milik Ibrahim. Rasa penasaran Azzam kian menjadi saat melihat arloji ditangan kanannya menunjukkan angka jam 10 malam. Pertanyaan demi pertanyaan terlintas di benaknya. Siapa lelaki yang sudah memiliki Isyana ? Dimana dia ? Kenapa tadi aku tak melihatnya disana ? Ya, Azzam tak melihat sosok lelaki lain di dalam kediaman Ibrahim selain Om Malik dan anak bungsunya, Brian. Ahh, mungkin dia lembur jadi pulang terlambat. Sungguh dia yang menanyakannya namun dia pula yang memberikan jawaban asal atas pertanyaannnya sendiri.
.
.
Hari berganti hari. Setiap sepekan sekali Azzam mengunjungi kediaman Ibrahim agar mempererat hubungan mereka. Mengingat ia sangat mengenal sosok Malik dari umurnya yang masih terbilang balita. Kedekatan Azzam dan Malik semakin Isyana rasakan setiap harinya. Sesekali ia tersenyum ramah kala Azzam menyapanya hanya dengan senyuman saja. Rasa canggung mulai mereka rasakan di usia yang saat ini sudah dewasa. Percayalah, rasa keingintahu-an Azzam semakin kuat ketika ia menyadari sosok Isyana yang sekarang terlihat irit sekali dalam berbicara. Jawaban seadanya yang selalu membuat suana menjadi kikuk. Suami Isyana pun tak pernah ia jumpai sekalipun jika berkunjung di kediaman Ibrahim. Malik pun tak pernah menceritakan kisah Isyana kepada Azzam sedikit pun. Karena baginya, cukup keluarganya saja yang mengetahui kisah putri sulungnya itu.
Bulan pun berganti. Sosok Azzam yang selama ini Isyana kagumi dalam diam, mendatangi rumah megah Ibrahim untuk yang terakhir kalinya karena ia akan kembali ke tempat orangtuanya, Jerman. Tatapan mereka bertemu sesekali tanpa sengaja. Begitupun dengan Abrizzam. Bohong jika ia mengatakan tidak menyukai Wanita kuat seperti Isyana. Ingin rasanya ia mengungkapkan isi hatinya saat mengetahui yang ia temui beberapa bulan lalu di Cafe adalah Isyana Ibrahim. Namun niatnya harus ia tepis kala menyadari Isyana tengah berbadan dua.
"Aku akan datang dihari dia lahir" Sontak Isyana menatap lekat manik coklat milik lelaki yang selalu hadir beberapa bulan ini di kediamannya .
"Aku tak meminta itu" Ucap Isyana dengan menundukkan kepalanya. Apakah ia mengatakannya karena kasihan padaku ? Apakah aku terlihat menyedihkan, sayang ? Entah apa yang ada dipikiran Isyana saat ini. Ia mengelus perutnya yang sudah memasuki bulan persalinannya.
.
.
.
"Aww... " Pekik Isyana sambil memegang perutnya saat menuruni anak tangga. Isyana merasakan basah di area Paha hingga kaki. Berusaha untuk menuruni anak tangga hingga bawah tapi apalah daya, kesakitan yang ia rasakan semakin menjadi hingga memberatkan langkah kakinya. Syifa yang melihat putri sulungnya menahan sakit yang terpancar dari raut wajahnya segera memanggil Malik yang hari ini tidak berniat pergi ke kantor.
"Siapkan Mobil,Jo" Titah Malik yang juga bergegas membantu Syifa memapah Putri sulungnya menuju mobil.
Jono, supir pribadi Malik Ibrahim melajukan mobilnya menuju Rumah sakit di pusat Kota. Mendapat kabar dari sang mama, Lily segera menyambar tas kecilnya berlalu meninggalkan butik.
Kecemasan Malik ternyata melebihi sang istri. Ia sibuk mondar mandir bak setrika berjalan didepan Syifa. "Duduk, Mas... Aku pusing melihatmu kaya setrikaan begitu" Keluh Syifa yang melihat tingkah suaminya. Malik yang selalu menuruti setiap saran dari sang istri akhirnya memilih duduk di samping Syifa. "Selamatkan mereka, Tuhan..." Do'a Malik yang tak henti hentinya ia panjatkan.
Ceklek
Mendengar suara pintu terbuka , Syifa dengan cepat mendekati dokter yang menangani persalinan Isyana. "Bagaimana, Dok ?"
"Alhamdulillah. Ibu dan Bayinya selamat.. Bayinya sehat, Laki-laki" Jawaban Dokter kandungan itu membuat hati keluarga Ibrahim akhirnya lega .
"Apa kami boleh masuk, Dok ?!" Tanya Syifa yang sudah tak sabar melihat keadaan putri sulungnya di dalam sana.
"Boleh, Silahkan...."
Senyum manis Syifa mengembang memasuki ruangan dimana Isyana berjuang antara hidup dan mati demi sang buah Hati. Mata Syifa mulai mengembun mendekati putri sulungnya yang memandangnya dengan senyum hangat. "Putri Mama hebat sekali" Puji Syifa dalam pelukan Isyana. Cup.
Papa Malik yang sedari tadi memandangi cucu pertamanya, hanya bisa tersenyum melihat cucu mungilnya yang begitu menggemaskan.
"Sudah di Adzanin, Om ?!" Suara Azzam sontak membuat seisi ruangan melihat kearahnya.
"Ah.aa.... Belum" Ucap Malik tersenyum simpul. Bagaimana bisa ia melupakan hal yang sangat penting itu.
"Astaghfirullah, Papa... Ckckckckck" Ledek Brian seperti sedang berbicara dengan teman sebayanya saja.
"Biar aku saja, Om !" Dengan Sigap Azzam menggendong bayi mungil itu dengan mulutnya yang ia dekatkan ke telinga Baby Boy. Dia yang sudah berjanji seminggu yang lalu akan datang ketika Isyana melahirkan pun ia tepati. Sungguh, Isyana tak menyangka ia berkata serius. Isyana pikir, ia hanya bercanda saat itu. Bibir Azzam semakin ter-tarik yang sejak tadi memandangi bayi mungil yang ada didekapannya. "Menggemaskan sekali" Gumamnya yang sesekali menatap manik indah milik wanita yang ia kagumi.
...*To be Continued*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nendah Wenda
bagus Thor menarik
2023-09-29
0
Goresan Pena 🖊
Hai hai hai...
karyaku masih terbilang pemula..
semoga suka ya kak.
bantu vote doong.
komen jika ada kritik dan saran.
terimakasih sudah membaca karyaku☺🙏
2023-07-25
0