Rasa

"Menggemaskan sekali" Gumamnya yang sesekali menatap manik indah milik wanita yang ia kagumi. Entah mengapa Hati Isyana menginginkan Azzam lebih dari sekedar tamu, melihat keteduhan di wajahnya yang menimang Baby Boy yang tertidur pulas dalam dekapannya. Ada apa dengan hatiku ? Batin Isyana semakin salah tingkah saat manik indahnya bertemu dengan manik coklat milik Abrizzam. Ya, Abrizzam yang sedari tadi menyadari wanita manis itu mencuri pandang kearahnya, tak ingin membuang kesempatan. Dengan cepat ia juga menatap manik indah yang ia rindukan sejak dulu.

"Ehemmm.... Uhuk uhuk" Batuk lebay Brian membuyarkan pandangan keduanya. Brian yang sejak tadi memantau curi pandang mereka hanya bisa tersenyum malu melihatnya. "Andaikan mata bisa berbicara.. Vuwuuu..wuuu...." Siulan Brian yang membuat Papa Malik keheranan.

"Mana ada mata berbicara.... Dasar lebay" Sungguh jika tak ada Papanya, rasanya Lily ingin sekali memukul kepala anak tengil itu.

"Ada. Kak Lily mana paham malasah Syair. Sampai sekarang aja masih Jomblo"

Aah... Ingin ku gigit rasanya hidungmu anak nakal. Batin Lily kian memanas dengan ledekan Brian. Lily memutar bola matanya malas. Enggan untuk berdebat dalam situasi seperti ini.

.

.

.

Kediaman Ibrahim semakin Ramai dengan kehadiran Baby Boy. Tangis bayi yang selalu menggema di istana megah Ibrahim membuat hari semakin berwarna. Malik yang begitu menyayangi Cucu pertamanya, membuat hari harinya semakin cerah saja. Hanya ada tawa dan tangisan Baby boy setiap harinya.

Isyana menatap sendu balitanya. Tak terasa Bayi mungil yang Tuhan titipkan lewat rahimnya setahun yang lalu, kini telah beranjak memasuki usia 2 tahun. Yang ia perjuangkan disaat dirinya saja tak mampu untuk bertahan dan menjalani hidupnya. Jika tak ada dukungan dari sang Mama, entah akan jadi apa dirinya saat ini.

Namun, Tuhan hadirkan malaikat kecil yang membuat Isyana berhasil melupakan masa lalunya yang pahit. Dengan kehadiran AlVian membuatnya bangkit memulai hidup yang baru. Keceriaan Isyana yang sempat hilang beberapa waktu silam, kini terlihat kembali dalam diri ibu anak satu itu.

"Undaa...au cucu" suara emas Vian memecahkan lamunan Isyana. Ya, Vian termasuk salah satu anak yang mampu mengeluarkan 3 sampai 4 kata per harinya. Bagaimana tidak, Eyang Malik hampir selalu menghabiskan waktunya bersama Vian. Sosok Papa yang terlihat Tegas dan irit sekali dalam berbicara, tiba tiba menjadi sosok yang cerewet jika berhadapan dengan sang cucu.

"Aah... Mau susu ya, Sayang. Sebentar ya Bunda buatkan" Isyana menggendong anak semata wayangnya menuju dapur untuk menyeduhkan susu formula.

Celotehan Vian yang meminta turun dari gendongan sang Ibu, membuat Isyana akhirnya melepaskan gendongannya.

"Tetap disini ya, Sayang. Jangan jauh jauh" Titah Isyana agar Vian tak berlari keluar rumah. Mengingat, dirumah saat ini hanya mereka bertiga saja dengan Bi Ratni.

"Vian.... Sayang...." Panggil Isyana mencari sang buah hati.

Malaikat kecil yang Isyana cari ternyata sedang asyik bermain dengan aneka macam makanan yang ada didalam kulkas. Bagaimana bisa dia membukanya. batin Isyana diluar nalar. Padahal memang dirinya saja yang tidak menutup rapat kembali saat mengambil susu Alvian. Berjalan mendekati Cintanya dengan Botol Dot berisi susu ditangan kirinya, sedangkan sepiring Roti bakar ditangan kanannya.

Praaanngggg.....

Mendengar sesuatu yang keras dari dalam, Abrizzam berlari masuk tanpa berpikir panjang lagi. Karena sedari tadi ia memencet BEL di teras depan, tak satu kepala pun yang keluar melihatnya.

Disusul bi Ratni yang berlari masuk dari halaman belakang. Kagetnya luar biasa melihat nyonya mudanya yang terjatuh di lantai. Alvian yang memainkan botol berisi air yang tidak tertutup rapat itu membuat airnya tercecer hingga membuat sang Bunda terpeleset.

Melihat Isyana yang duduk terdiam kesakitan didekat kulkas, membuat Abrizzam refleks mengangkat badan Isyana menuju kursi yang berada didekatnya. Mata Isyana tak beralih sedikitpun memandangi sosok lelaki yang ada dihadapannya saat ini. Jantungnya berdegup kencang saat beradu pandang dengan manik coklat yang sudah lama tak ia jumpai.

"Kamu nggak papa ? Apa ada yang luka ? Hm?!" Tanya Azzam yang terlihat panik.

"Nggak papa, Mas" Jawab Isyana sambil tertunduk malu.

Apa ? Mas ? Apa telingaku tidak salah dengar ?. Percayalah, bahagianya luar biasa Hati Azzam mendengar kata itu dari Isyana. Baru kali ini Isyana berani memanggilnya dengan sebutan Mas. Entah mimpi apa dia semalam. Tak sia sia aku datang hari ini. Senyuman Azzam sangat tipis nyaris tak terlihat.

"Unda.... Ucunya mpah" celoteh Vian yang mengambil botol susunya yang sudah pecah.

"Maafkan Bunda ya, Sayang.. Nanti bunda buatkan lagi" Isyana mengusap kepala vian diatas pangkuannya.

"Tunggu diluar saja. Biar bi Ratni saja yang buatkan" Titah Azzam yang mengambil alih Vian dari pangkuan Isyana.

Kedatangan Azzam yang secara tiba tiba masih membuat Isyana terdiam membisu. Ingin bertanya namun enggan. Entah karena gengsi atau karena takut jika beradu pandang dengannya.

"Mas... Kapan datangnya?" Tanya Isyana akhirnya memberanikan diri . Pelan, Namun masih terdengar jelas.

"Tadi malam"... Jawab Azzam singkat.

" Apa masih ada yang sakit ?" Ucap Azzam yang melihat gamis Isyana bagian samping basah.

"Em... Tidak ada" Isyana menggelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

"Kalau bicara itu dilihat orangnya, Na... Bukan nunduk gitu" Ucap Azzam penuh penekanan.

"Begini, ya...." Kepala Isyana terangkat dan menatap lawan bicaranya. Melihat itu bukannya Azzam menjawab, malah justru tersenyum lebar yang membuat Isyana semakin malu dan mengalihkan pandangannya.

"Kenapa nunduk lagi... Nggak capek, Na ? Apa takut ku pandang ? Hm?!

Isyana hanya bisa meremas tangannya yang tampak dingin. Entah rasa apa ini sebenarnya. Isyana pun bingung.

Akhirnya, Isyana mengangkat kepalanya dan menatap manik Azzam dengan sedikit berkedip. Ia hanya ingin memastikan apakah Hatinya menyukai sosok Lelaki dihadapannya ? Atau hanya karena kecanggungan saja ?

"Untuk seterusnya usahakan seperti itu, Na. Karna kita akan sering bertemu" Balas Azzam tersenyum tipis .

Akan sering bertemu ? Apa artinya Mas Azzam akan menetap di Bandung ? Bukankah semua aset Om Andrian adanya di Jerman seluruhnya.?

Lamunan Isyana buyar ketika Mama Syifa dan Papa Malik sudah kembali dari Check up. Ya, belakangan ini kesehatan Papa Malik semakin menurun . Mungkin karna usianya yang sudah tidak terbilang muda lagi.

Dimata putra putrinya ia tak pernah terlihat sakit. Dia hanya mengeluhkan rasa sakitnya ketika bersama sang istri.

"Eeh.. Nak Azzam" Sambut Syifa yang membawa keranjang buah ditangannya.

"Kapan datangnya?!"

"Tadi malam, tante" Balas Azzam yang sibuk menimang Alvian. Sejak awal kedatangannya, Malaikat kecil Isyana tak mau lepas dari pangkuan Abrizzam. Melihat kenyamanan sang buah hati membuat Isyana tak bergeming. Ia membiarkan Alvian berada dalam pangkuan Abrizzam. Ia paham betul, putranya itu merindukan sosok Ayah. Walaupun dikediamannya selalu ditemani oleh Papa Malik dan Brian namun tetap saja yang ia rasakan sangat berbeda.

.

.

.

Mama Syifa menatap Putri sulungnya yang kini telah menyandang status sebagai Ibu dengan tatapan Sendu. Tatapan yang membuat Isyana merasa terintimidasi. Merasa sang Mama meminta jawaban atas dirinya , ia pun menghela nafas panjang.

"Isyana ragu, Mah...."

...*To Be Continued*...

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

jodoh kali isyana

2023-09-29

0

Yoh Asakura

Yoh Asakura

😍😍😍😍😍

2023-07-25

1

Viva/Vivian

Viva/Vivian

Terkesan!

2023-07-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!