"Maaf...." Satu kata yang lolos dari bibir ranum Isyana tanpa melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini. Isyana hanya menatap sepatu hitam yg cukup menyilaukan matanya dibawah sana.
"Nona tidak apa apa ?" sapa pemilik sepatu hitam tadi dengan sedikit bergeser memberikan ruang untuk wanita yang ia temui.
"Assalamu'alaikum, Mah... " Isyana berlalu meninggalkan pemilik sepatu hitam itu tanpa melihatnya sedetikpun karena harus menjawab call sang mama. "iya... Bentar lagi balik mah. Nanti barengan sama Lily" Tegas Isyana agar Syifa tidak mengkhawatirkannya. Isyana mengakhiri telefon setelah meyakinkan mamanya, Syifa.
"Siapa, kak ? Mama, yah..."
"Iya. Nanyain kapan pulang" Isyana dan Lily melangkahkan kakinya meninggalkan cafe. Dibelakang mereka terdengar suara langkah kaki yang sedikit di percepat dengan memanggil mereka dengan sebutan nona. Namun, Isyana dan Lily merasa tidak ada yang mengenali mereka disekitaran sini jadi tidak menoleh sedikitpun. Hingga panggilan itu membuat Isyana menghentikan langkah kakinya.
Hai... Nona... Tolong berhenti...
Nooonaa.... Nona,Green....!
Suaranya semakin terdengar jelas ditelinga Isyana yang merasa terpanggil karena ia sendiri tengah memakai hijab berwarna hijau sage.
"Maaf.... Anda memanggil saya ?" Tanya Isyana kepada lelaki yang tengah berjalan menuju kearahnya
"Maaf... Dompet Nona terjatuh di dekat pintu toilet" Lelaki pemilik sepatu hitam itu menyerahkan dompet berwarna Krem yang ia yakini adalah milik wanita hamil yang tadi menabraknya di dekat pintu keluar toilet.
"mirip sih..." gumam Isyana yang memeriksa tas kecilnya.
"Eh...iya. Terimakasih Tuan" Sedikit membungkukkan badan menerima dompetnya kemudian melanjutkan langkahnya bersama Lily menuju butik.
Pemilik sepatu hitam hanya menatap punggung Isyana yang lama kelamaan hilang ketika sudah masuk kedalam butik yang ada di seberang jalan.
"Mirip seseorang yang ku kenal" gumamnya sambil mengelus dagunya sendiri. "Ahh mungkin hanya mirip saja". .
*
*
*
" Mau balik sekarang, Kak ? "
" Terserah kamu aja, Ly."
"Takutnya mama tambah khawatir nantinya." Lily menyambar tas kecil miliknya di atas meja kerjanya. Tak lupa ia berpesan pada karyawannya untuk memadamkan lampu dan mengunci pintu butik setelah jam 20.00.
Lily melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang mengingat sang kakak, Isyana yang sedang Hamil besar.
"Yang tadi tampan juga loh, kak" Ledek Lily yang memang memperhatikan lelaki yang mengembalikan dompet Isyana tadi. "Kaya pernah lihat, tapi dimana ya?" Lily yang mencoba mengingat sosok lelaki tadi.
"Untuk Kamu aja Ly. Kalau dilihat lihat dari fisiknya sih kayanya seumuran kamu. Cocok tuh kalau kamu tertarik"
"Di tawarin malah balik nawarin" Entah mengapa Lily enggan sekali sebenarnya bercanda masalah seperti ini. Tapi ia lakukan agar suasana di dalam mobil tidak seperti berada di kuburan. Sungguh, ia melihat perubahan yang sangat drastis dari seorang Isyana. Yang awalnya seorang gadis ceria, yang kini menjadi sosok yang bicara seadanya saja.
"Looh... Kok nggak mau nyala sih .." Sedari tadi Lily berusaha menghidupkan mobilnya kembali yang tiba tiba berhenti. namun hasilnya nihil.
"Kenapa , Ly ? Habis bensin ya ?" Tanya Isyana khawatir
"Penuh kok... Tadi pagi kan habis ngisi, Kak" Lily turun untuk mengecek keadaan mobilnya. Di ikuti Isyana yang juga penasaran.
"Apanya yang salah ya kira kira ?" Setelah membuka bagian depan mobilnya untuk diperiksa, Lily mencoba mencari hal hal yang mungkin ia ketahui yang menyebabkan mobilnya mogok. Sekuat apapun Lily berusaha, percayalah... Ia memang tidak paham jika harus berurusan dengan masalah otomotif. Apakah harus kursus lagi? Batin Lily yang akhirnya ia pun menyerah dengan mesin yang ada dihadapannya kali ini.
"Mana mogoknya dijalanan sepi lagi "
"Pesen Ojol aja kali yah" usul Lily kemudian diikuti sang Kakak yang juga tengah kebingungan. Di Cuaca yang mendung pertanda akan hujan membuatnya kembali teringat akan ke khawatiran sang mama nantinya jika terlambat sampai dirumah.
Sebuah Mobil Hitam berhenti di belakang mobilnya membuat Isyana mendekati Lily dan mengenggam pergelangan Lily begitu erat. Ketakutan terlihat jelas dari raut wajah Isyana yang membuat ia merasakan perutnya ikut menegang. Hingga sosok lelaki berpakaian santai keluar dari mobilnya berjalan menuju mereka.
"Assalamu'alaikum"..
" Wa, wa'alaikumussalam" kegugupan Isyana semakin mencengkram tangan sang adik.
"Wa'alaikumussalam" Balas Lily dengan santainya.
"Apa ada masalah dengan mobilnya ?" Tanya Azzam berusaha mencairkan suasana.
"Tiba tiba mogok" timpal Lily yang masih menenangkan Isyana dengan usapan tangannya di sampingnya. Sedari tadi Isyana hanya bersembunyi dibalik badan Lily. Entah mengapa pikirannya justru mengatakan si lelaki yang menolongnya hanya terlihat baik sesaat saja. Modus di jalanan sepi tepatnya. Padahal melihat wajahnya pun ia tidak mau. Namun, pikirannya justru melambung jauh dari prasangka baik.
Setelah sekian lama mengecek kondisi mesin dari mobil Lily, Azzam akhirnya menemukan letak permasalahannya. "Akinya rusak".
" Apa ada bengkel didepan sana ?"
"Ada. Sekitar 7 kilometer dari sini" Jawaban Lily hampir membuat Azzam tertawa. Bagaimana itu dikatakan dekat. Batinnya.
"Nona, mau kemana ? Biar saya antar" Tawar azzam di tengah rintik hujan yang mulai menetes satu persatu.
"Nggak usah Ly, Bisik Isyana sekecil mungkin"
"Kebetulan saya sedang ada urusan juga ke komplek sana" Azzam meyakinkan mereka bahwa dirinya benar benar ingin membantu. Tidak ada niat untuk menyakiti sedikitpun.
"Nantin hujannya semakin deras, kak. Kita ikut aja yah... Beliau kayanya orang baik. Dia yang balikin dompet Kak Ana tadi di cafe." Mendengar itu Isyana langsung menatap manik coklat Azzam yang sedari tadi memang ia sadari pernah mendengar suaranya.
Setelah meyakinkan diri, akhirnya Isyana dan Lily memasuki mobil hitam milik Azzam. Seketika hening tanpa ada yang berbicara saling menyapa. Hanya kesunyian dan derasnya hujan yang menghiasi perjalanan mereka. Sampai di perumahan mewah Azzam menghentikan mobilnya . Isyana dan Lily sangat berterimakasih kepada Azzam. Jika tak ada dirinya, mungkin mereka masih terjebak hujan di jalanan sana. Lily mempersilahkan Azzam untuk ikut masuk terlebih dahulu sampai hujannya reda.
"Assalamu'alaikum" kedatangan Isyana disambut dengan pelukan kekhawatiran dari Syifa.
"Siapa dia, Ly ? Kala Syifa menyadari ada seorang lelaki yang ikut masuk dan memberikan salam.
" Orang baik, mah. Dia yang memberikan kami tumpangan"
"Kenapa lambat sampai rumah, sayang ? " Kedatangan Malik membuat Azzam sontak kaget . Karena sosok yang ia cari keberadaannya seminggu ini kini hadir tepat di hadapannya.
"Om, Malik ? "
"Nak, Azzam ?"
...*To be Continued*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Nendah Wenda
keren Thor gak sabar up lagi
2023-09-29
0
Asnisa Amallia
Aduh thor, saya udah kecanduan dengan ceritanya, makin cepat update-nya ya!
2023-07-24
1
Olivier Mira Armstrong
Ga sabar nunggu kelanjutannya, thriller terbaik yang pernah gue baca!
2023-07-24
1