BAB 3: Oleh-oleh

Aku menuruni anak tangga menuju kamar 'Beby' yang adalah ayah Anita, kekasihku. Aku sampai di depan pintu kamarnya, lalu ku ketuk 3 kali.

"Om, ini Lia. Anita bilang, ada oleh-oleh buat Lia." Suaraku bergetar karena grogi, padahal ini kan hal biasa.

"Masuk aja Lia, om ambilkan oleh-olehnya." Terdengar suara dari dalam kamar menyahut.

Aku membuka pintu kamar dengan hati-hati, aku menoleh kebelakang melihat sekitar lalu masuk. Tiba-tiba 'Beby' menarik lenganku lalu menutup pintu rapat. Ia menyandarkan tubuhku ke dinding di samping pintu, ia melingkarkan lengannya ke pinggangku lalu menciumku.

Ia benar-benar mencium bibirku, ia ********** dengan penuh gairah, aku pun tak hanya diam dan langsung membalasnya tak kalah seru. Aku betul-betul tidak lagi membayangkan Anita atau ibu, yang aku pikirkan saat ini hanya bagaimana aku harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik dan menikmati semua yang terjadi kali ini.

Ia sempat menghentikan ciuman panas itu lalu menatapku, aku tak punya kesempatan untuk hanya bertatapan saja, aku langsung menyambar bibirnya lagi. Aku tidak mau kehilangan kesempatan baik ini dan menyia- nyiakan waktu yang sangat sedikit ini.

Aku memeluknya sangat erat sambil terus membalas ciumannya, nafas kami begitu cepat, bahkan aku dapat merasakan jantungnya berdegup kencang seperti jantungku.

Tapi, ia lalu menghentikan ciuman itu lagi, dan disaat aku akan menyambar bibirnya lagi, ia mendorongku dan membungkam mulutku dengan tangannya.

"Lia, kamu harus ambil oleh-olehnya, Anita pasti tunggu kamu di kamarnya. Nanti kita ketemu di depan toserba seperti yang aku bilang di chat, ada yang mau aku bicarain sama kamu."

Aku tidak menjawab apa pun, aku hanya mengangguk dan tersenyum setelah ia merapikan rambutku, melihat wajah dan penampilanku untuk memastikan tidak ada hal mencurigakan yang tertinggal.

"Ini oleh-olehnya, Anita yang pilih, mudah-mudahan kamu suka ya." Lalu 'Beby' memberikan aku sebuah kantong tas besar.

Aku melihat ke dalam isi kantong tas besar yang diberikannya padaku, ada sebuah dus disana dan saat aku buka, ada sebuah tas mungil yang sangat cantik di dalamnya.

"Coba lihat ke dalam isi tasnya." Ia memerintahku untuk melihat isi di dalam tas mungil itu.

"Apa ini? Cincin?! Ini cincin untukku?!" Aku sangat terkejut melihat sebuah kotak perhiasan yang setelah dibuka terdapat cincin permata biru yang indah di dalamnya. Aku langsung memakainya, sangat cantik di jari tengah tangan kananku.

"Sebaiknya kotaknya dibuang aja ya, takut Anita lihat." Ia pun mengambil kotak cincin berwarna hitam itu dari tanganku lalu membuangnya. Sebenarnya aku ngga rela, karena kotaknya juga bagus dan ingin aku simpan saja sebagai kenangan.

"Terima kasih ya, aku suka cincinnya, warna biru nya cantik dan pas banget di jariku."

"Aku pilih warna biru karena tahu kalau kamu suka warna itu."

"Sebenarnya aku suka warna biru karena kamu suka warna ini. Dari dulu aku selalu perhatikan semua kemeja, kaos bahkan sepatu sampai tas kamu warnanya banyak yang biru."

"Ohya?! Segitunya kamu perhatiin aku?" Jawabnya menggodaku.

"Ngga juga sih, kebetulan aja sering lihat kamu lagi pakai warna biru."

"Selain yang disebut tadi, ada lagi ngga barang-barang warna biru yang suka aku pakai?" Tanyanya lagi menggodaku.

"Ada. Tuh yang didalem situ." Jawabku sambil nyengir dan menunjuk ke arah celananya.

"Apa?! Waah...kamu sampai lihat ke dalam celanaku juga? Kacau anak jaman sekarang."

"Eh emangnya apa?! Maksud aku tuh uang. Barang warna biru yang sering kamu pakai. Pikirannya kotor nih."

Kami pun tertawa bersama, seandainya saja bisa tertawa sebebas ini dimana saja kita mau.

"Ngomong-ngomong dari semua oleh-olehnya, yang mana yang paling kamu suka?" Ia menggodaku lagi dengan pertanyaan itu, sambil berjalan mendekat ke arahku dan merengkuh pinggangku.

"Hm... Emang oleh-olehnya apa aja sih?" Jawabku balik menggodanya dan mendekatkan bibirku ke telinganya.

"Aku tahu yang mana yang paling kamu suka. Pasti oleh-oleh yang aku kasih di dapur dan di kamar ini kan?" Katanya sambil mendekatkan bibirnya ke bibirku lagi seolah olah akan menciumku lagi. Tapi, kemudian ia mundur dan melepaskan aku.

"Yasudah, Anita pasti sudah lama nunggu kamu, sebaiknya kamu ke kamarnya lagi. Bye." Ia lalu mengecup keningku, membalikkan tubuhku ke arah pintu, lalu membuka pintu kamarnya. Aku pun langsung keluar kamarnya kemudian berakting lagi.

"Terima kasih ya om." Aku berbalik sebentar melambaikan tangan padanya.

Aku kembali ke kamar Anita, dia pun segera menyambutku dan menanyakan padaku apa aku suka pada tas pilihannya.

"Bagus banget, aku suka tasnya. Selera kamu emang selalu bagus, Nit."

"Eh ngomong-ngomong aku kok baru lihat ya cincinnya."

Deg! Jantungku berdegup sangat kencang, aku memutar otak mencari alasan.

"Ah masa sih?! Aku pake kok dari tadi."

"Siapa yang beliin? Ibu?" Tanyanya sambil melihat cincin di jariku.

"Mh... Iya, ibu yang beliin. Katanya supaya ada pemanis gitu..." Jawabku seadanya.

"Enak yah punya ibu yang perhatian... Mamahku mah boro-boro perhatian, nanya kabar aku aja jarang."

"Tapi kamu kan punya ayah, aku udah ngga punya."

"Eh, kamu kok gitu sih ngomongnya, aku jadi ngga enak nih. Yaudah, lanjut dulu yuk filmnya. Habis itu makan dulu, baru kamu boleh pulang."

Aku sedikit lega karena akhirnya obrolan kami tidak lagi membahas cincin pemberian 'Beby'. Aku pun melanjutkan film yang sebenarnya sejak awal tidak fokus aku tonton, tapi kurang lebih aku tahu ceritanya karena sepanjang film Anita selalu membahas kembali karakter setiap pemainnya.

Aku sempatkan untuk menemani Anita makan sebelum akhirnya pamit pulang karena sudah ada janji dengan 'Beby'ku. Dia sudah pergi keluar rumah 15 menit sebelum aku menyelesaikan makananku. Dia pamit dan beralasan pada Anita kalau dia mau keluar menemui temannya.

Sebelum keluar 'Beby' sempat melirik ke arahku dan melihat cincin di jariku, yang memang dengan sengaja aku tunjukkan dengan mengangkat tanganku dan menyentuh rambutku saat dia sedang melirik ke arahku.

Dari semua oleh-oleh yang pernah dia kasih, sepertinya kali inilah yang paling berkesan, terutama oleh-oleh waktu di dapur dan di kamarnya, tepat seperti katanya.

Terpopuler

Comments

#Dian#

#Dian#

Semangat terus thor, aku yakin ceritamu akan menjadi luar biasa!

2023-07-27

0

Xavia

Xavia

cerita ini seperti madu yang manis di mulutku, menantikan kelanjutan thor!

2023-07-27

0

Mắm tôm

Mắm tôm

Gak sabar nunggu lanjutannya thor!

2023-07-27

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Aku Dan Hidupku
2 BAB 2: Beby
3 BAB 3: Oleh-oleh
4 BAB 4: Apa Yang Salah?
5 BAB 5: Wejangan Ibu
6 BAB 6: Mahkota
7 BAB 7: Rendy
8 BAB 8: Taxi Online
9 BAB 9: Kacau
10 BAB 10: Ketahuan
11 BAB 11: Pertandingan
12 BAB 12: Terenyuh
13 BAB 13: Rencana Anita
14 BAB 14: Malam Yang Dinantikan
15 BAB 15: Dinner
16 BAB 16: Santapan Makan Malam
17 BAB 17: Aku dan Rendy
18 BAB 18: Bingung
19 BAB 19: Sakit
20 BAB 20: Aku Diantara Mereka
21 BAB 21: Anniversary
22 BAB 22: Situasi Berganti
23 BAB 23: Awal Takdir Buruk
24 BAB 24: Terjadi Lagi
25 BAB 25: Alasan Untuk Anita
26 BAB 26: Kecemasanku
27 BAB 27: Mimpi Buruk
28 BAB 28: Undangan Perjodohan
29 BAB 29: Rencanaku
30 BAB 30: Persiapan Perang
31 BAB 31: Jujur Pada Ibu
32 BAB 32: Rendy dan Cintanya
33 BAB 33: Perubahan Rencana
34 BAB 34: Plot Twist
35 BAB 35: Benjamin dan Anita
36 BAB 36: Rahasia Anita
37 BAB 37: Harus Menikah
38 BAB 38: Menanti Kepastian
39 BAB 39: Pembicaraan Serius
40 BAB 40: Akhirnya, Terjadi...
41 BAB 41: Menjauh
42 BAB 42: Terbongkarnya Rahasia Anita
43 BAB 43: Masa Lalu
44 BAB 44: Menyerah?
45 BAB 45: Tanpa Kepastian
46 BAB 46: Ibu Bahagia, Aku Pun Bahagia
47 BAB 47: Hari Pertama
48 BAB 48: Menepis Ego
49 BAB 49: Perdebatan Lagi
50 BAB 50: Desakan Ibu
51 BAB 51: Kehadiran Rendy dan Kolega
52 BAB 52: Malam Bersama Rendy
53 BAB 53: Pagi Yang Mendebarkan
54 BAB 54: Surat Dari Ibu
55 BAB 55: Keputusan Berat
56 BAB 56: Dilamar
57 BAB 57: Ancaman dan Teguran
58 BAB 58: Kepedihan
59 BAB 59: Kesempatan
60 BAB 60: Rendy oh Rendy
61 Bab 61: Gemuruh
62 We Are Back
Episodes

Updated 62 Episodes

1
BAB 1 : Aku Dan Hidupku
2
BAB 2: Beby
3
BAB 3: Oleh-oleh
4
BAB 4: Apa Yang Salah?
5
BAB 5: Wejangan Ibu
6
BAB 6: Mahkota
7
BAB 7: Rendy
8
BAB 8: Taxi Online
9
BAB 9: Kacau
10
BAB 10: Ketahuan
11
BAB 11: Pertandingan
12
BAB 12: Terenyuh
13
BAB 13: Rencana Anita
14
BAB 14: Malam Yang Dinantikan
15
BAB 15: Dinner
16
BAB 16: Santapan Makan Malam
17
BAB 17: Aku dan Rendy
18
BAB 18: Bingung
19
BAB 19: Sakit
20
BAB 20: Aku Diantara Mereka
21
BAB 21: Anniversary
22
BAB 22: Situasi Berganti
23
BAB 23: Awal Takdir Buruk
24
BAB 24: Terjadi Lagi
25
BAB 25: Alasan Untuk Anita
26
BAB 26: Kecemasanku
27
BAB 27: Mimpi Buruk
28
BAB 28: Undangan Perjodohan
29
BAB 29: Rencanaku
30
BAB 30: Persiapan Perang
31
BAB 31: Jujur Pada Ibu
32
BAB 32: Rendy dan Cintanya
33
BAB 33: Perubahan Rencana
34
BAB 34: Plot Twist
35
BAB 35: Benjamin dan Anita
36
BAB 36: Rahasia Anita
37
BAB 37: Harus Menikah
38
BAB 38: Menanti Kepastian
39
BAB 39: Pembicaraan Serius
40
BAB 40: Akhirnya, Terjadi...
41
BAB 41: Menjauh
42
BAB 42: Terbongkarnya Rahasia Anita
43
BAB 43: Masa Lalu
44
BAB 44: Menyerah?
45
BAB 45: Tanpa Kepastian
46
BAB 46: Ibu Bahagia, Aku Pun Bahagia
47
BAB 47: Hari Pertama
48
BAB 48: Menepis Ego
49
BAB 49: Perdebatan Lagi
50
BAB 50: Desakan Ibu
51
BAB 51: Kehadiran Rendy dan Kolega
52
BAB 52: Malam Bersama Rendy
53
BAB 53: Pagi Yang Mendebarkan
54
BAB 54: Surat Dari Ibu
55
BAB 55: Keputusan Berat
56
BAB 56: Dilamar
57
BAB 57: Ancaman dan Teguran
58
BAB 58: Kepedihan
59
BAB 59: Kesempatan
60
BAB 60: Rendy oh Rendy
61
Bab 61: Gemuruh
62
We Are Back

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!