KG03

Sebenarnya, bukan Valerie yang akan dijodohkan dengan Leon. Shaquilla— kakak kandung Valerie— dialah yang harusnya dijodohkan dengan Leon. Hanya saja, Shaquilla telah berpulang sewaktu gadis kecil itu berusia tiga tahun.

Hingga takdirlah yang menjodohkan Leon dengan Valerie. Satu tahun setelah Shaquilla berpulang, Valerie hadir ke dunia. Menggantikan peran Shaquilla sebagai calon istri Leon Orlando.

Kedua orang tua mereka, mengatur jadwal bertemu antara Leon dan Valerie, sekali dalam satu bulan.

Karena sering bertemu semenjak kecil itulah, membuat rasa sayang tumbuh di hati Leon dan Valerie.

Leon kecil selalu menjaga Valerie saat mereka bermain bersama di taman kota, taman bermain, ataupun di taman air. Di mana pun kedua ibu mereka membuat janji temu, di situlah Leon akan selalu ada untuk bermain dan menjaga Valerie.

Leon bahkan senang sekali, saat dirinya dan Valerie yang saat itu berusia tiga tahun, duduk di atas pelaminan dan menjadi pengantin cilik. Pria kecil berdarah Belanda itu, bahkan mengucapkan janji akan menjaga Valerie seumur hidupnya.

Namun, sikap Leon seketika berubah sejak pria itu duduk di bangku SMA. Leon tak mau lagi menemani sang ibu untuk bertemu dengan Valerie dan keluarganya.

Sejak saat itu, Valerie pun tak pernah lagi bertemu dengan Leon.

“Ma, kenapa sih Bang Leon tidak pernah datang lagi? Padahal Erie rindu dengan Bang Leon,” keluh Valerie.

“Bang Leon sudah SMA, jadi sudah banyak kesibukan,” jawab Maharani. Wajah Valerie seketika sendu mendengar jawaban dari ibu kandung Leon. Padahal dia sudah begitu rindu dengan sang idola.

“Tapi, Erie tenang saja. Dua bulan lagi, Erie pasti bertemu dengan Bang Leon.”

Valerie yang tadi sendu, seketika berbinar mendengar ucapan Maharani.

“Yang benar, Ma?!”

Maharani mengangguk antusias, “Tentu saja! Dua bulan lagi acara ulang tahun pernikahan mama dan papa yang ke-17. Rencananya akan ada perayaan cukup besar. Karena ini perayaan ulang tahun pernikahan papa dan mama, sekaligus merayakan pembukaan cabang perusahaan papa Kevin yang baru.”

Senyum Valerie semakin terkembang.

Akan bertemu dengan Leon yang sudah dikaguminya sejak kecil, tentu saja membuat Valerie merasa senang.

Dan, saat pertemuan itu terjadi, gadis yang selalu ceria itu, terus menempel pada Leon. Valerie mengekori Leon ke mana pun. Hal itu tentu saja membuat Leon menjadi risih.

Pasalnya, sejak Valerie tau jika dirinya dan Leon sudah melakukan prosesi kawin gantung, gadis yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama itu, kerap minta dinikahi oleh Leon secara resmi. Dan Valerie terus menerus melakukan hal itu setiap dirinya bertemu Leon.

“Bang ... Bang Leon, Abang kapan nikahin aku secara resmi? Apa Abang tau, sewaktu kecil kita kan sudah dinikahkan. Kita hanya tinggal meresmikan hubungan ini saja ke pengadilan agama. Bagaimana kalau kita resmikan sekarang juga?!”

Ajakan nikah dari seorang gadis yang berusia empat tahun lebih muda darinya, membuat Leon kesal setengah mati. Pria itu bersumpah, dirinya tidak akan mau jika dinikahkan dengan gadis berisik itu!

Leon terus berusaha menghindar dari Valerie. Sementara gadis yang kini duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) itu terus mengikuti ke manapun kaki Leon melangkah.

“Lo bisa gak sih, gak ngikutin gue terus! Jadi cewek kok gak ada harga dirinya sama sekali!”

Valerie selalu saja mengabaikan ucapan Leon. Gadis itu tak peduli dengan ucapan Leon yang terus saja mengusirnya.

Leon adalah pria yang dikaguminya sejak kecil. Pria tampan berdarah campuran itu adalah calon suaminya. Bukankah sudah seharusnya dia terus berada di sisi pria itu dan memberikan senyum termanisnya saat Leon menatap dirinya?

Walau Leon kerap menyatakan ketidaksukaannya, walau Leon terus mengusirnya, Valerie tetap berada di samping pria itu dan tersenyum dengan manis.

Gadis remaja itu begitu bangga dan bahagia karena berada di sisi Leon.

Namun, tak begitu dengan Leon. Karena terus diteror oleh Valerie dua tahun belakangan, Leon memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Agar pria itu punya alasan untuk tak bertemu Valerie.

Pria itu tak mau lagi bertemu Valerie. Dengan tinggal di luar negeri, dia tak perlu lagi mencari-cari alasan untuk menolak ajakan sang ibunda buat bertemu gadis berisik itu.

Kepergian Leon tentu saja membuat Valerie bersedih.

Bahkan, saat mengantarkan kepergian Leon di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Valerie terus bergelayut di lengan pria itu sembari merengek.

“Erie pasti sangat merindukan Bang Leon. Kapan Bang Leon pulang ke Indonesia lagi?”

Leon menatap malas kepada gadis kecil menyebalkan yang bergelayut pada lengannya itu. Bisa-bisanya gadis berisik itu menanyakan kepulangannya ke Indonesia padahal dia pun belum berangkat meninggalkan negara ini.

Rania menarik lengan sang anak yang seolah tak mau melepaskan Leon dari dekapannya. “Sini kamu. Bang Leon baru saja mau pergi sudah ditanya kapan pulang?!”

Valerie tak mau menuruti ucapan sang ibunda. Gadis itu melepaskan jemari sang ibunda yang tadi mencengkeram lengannya dan kembali bergelayut manja di lengan Leon.

Sementara Leon, walau dirinya merasa risih dan kesal, dia tak berani menolak Valerie karena merasa sungkan dengan kehadiran kedua orang tua gadis itu. Terpaksa dia membiarkan Valerie terus menempel padanya. Padahal, jika mereka hanya berdua saja di sana, Leon pasti menempeleng kepala gadis itu dan gegas menjauh.

“Bang Leon jangan kepincut sama bule, loh, di sana! Awas saja! Ingat ya, ada istri yang menanti di Indonesia! Kita ini sudah menjadi suami istri sejak dulu, loh! Bang Leon jangan lupakan itu!” tegas Valerie saat Leon hendak masuk ke gate untuk melakukan check-in.

Leon tertegun. Rasanya dia ingin sekali mencekik leher gadis kecil itu.

Istri, katanya? Dasar bocil gila! Bisa-bisanya dia berkata seperti itu padahal dia masih SMP. Untung saja aku bisa lolos di universitas bergengsi di Australia. Jika tidak, Mama pasti benar-benar akan menikahkan aku dengan bocil stres itu!

Leon bergidik, “amit-amit!” gumamnya.

Tanpa berbasa-basi ataupun melambaikan tangan, Leon berbalik arah dan terus berjalan menjauh dari Valerie.

Sementara gadis kecil itu, hanya bisa menatap punggung Leon dan kedua orang tua pria itu yang perlahan menghilang.

“Erie sudah merindukan Bang Leon, Ma,” lirihnya.

Rania hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang begitu bucin pada Leon.

...----------------...

Bulan demi bulan berganti. Leon tak pernah mau jika diminta orang tuanya untuk kembali ke Indonesia setiap kali perkuliahan libur. Bahkan, ketika orang tuanya sengaja tak memberikannya uang saku selama masa liburan, Leon tak gentar. Pria itu lebih memilih untuk bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya selama libur kuliah.

Maharani begitu geram dengan tingkah Leon. Dia sudah tak tega melihat Valerie terus merengek karena merindukan anak lelakinya itu. Sudah tahun kedua dan Leon belum juga kembali ke Indonesia.

“Bagaimana kalau Erie saja yang ke Sydney? Kamu mau ke Sydney bareng Mama?” tanya Maharani. Valerie tentu saja mau. Dia sangat ingin berwisata ke luar negeri. Lebih dari itu, dia sangat ingin bertemu dengan Leon!

Mereka pun sudah mengatur jadwal untuk pergi ke benua yang terkenal sebagai negeri wol itu. Maharani, Rania dan Valerie akan mengunjungi Leon ketika liburan kenaikan kelas.

Maharani sengaja tak memberitahukan kabar itu kepada anaknya. Dia tak mau Leon mencari alasan untuk menghindari Valerie.

“Besok, kita bikin paspor lalu mengurus Visa!” ujar Maharani antusias.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

sekarang Leon nolak tapi nanti Leon posesif,,, biasa lah di awal cerita 👍🏻🥰🥰

2024-02-02

0

Epsilon

Epsilon

mudah2an aja beneran jodoh

2024-01-19

1

Sri

Sri

Leon lupa kali ya kalo dulu dia gemes2an sama eriee

2024-01-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!