Keputusan Adyaksa dan Rania pindah ke Kabupaten Bogor, sepertinya merupakan keputusan yang tepat. Beberapa bulan setelah mereka pindah, Rania kembali dinyatakan hamil.
Dan rasa senang itu semakin membuncah kala dokter menyatakan jika Rania mengandung janin yang berjenis kelamin perempuan.
“Tuhan mengirimkan bayi perempuan ini, sebagai pengganti Qila,” ujar Rania dengan air mata yang tak bisa ditahannya. Adyaksa pun mendekap erat sang istri. Mereka begitu bahagia karena kembali dianugerahi seorang anak perempuan.
Tentu saja bukan hanya Rania dan sang suami yang merasa bahagia saat mendengar jenis kelamin dari janin yang dikandungnya. Maharani dan Kevin pun juga merasa begitu bahagia.
Maharani bahkan langsung meminta sang suami mengagendakan perjalanan ke kediaman Rania— sahabatnya, saat itu juga.
“Akhirnya, cita-cita kita menjadi besan, bisa kembali terwujud ya bestie!” ucap Maharani girang. Rania meresponnya dengan menganggukkan kepala sembari tertawa geli.
“Pokoknya kita harus mengatur perjodohan ini begitu bayi ini lahir!” lanjut Maharani.
“Tapi, kita tidak bisa menyekolahkan mereka di sekolah yang sama. Kalian kan tinggal di Jakarta,” ucap Rania. Binar wajah Maharani perlahan meredup mendengar ucapan sang sahabat.
Bagaimana caranya agar mereka bisa membuat kisah cinta anak-anak mereka seperti kisah cinta yang tertulis di novel-novel bergenre romantis, jika Leon dan calon istrinya tidak bersekolah di sekolah yang sama?
Maharani menghela napas berat. Gadis itu lalu menoleh ke arah sahabatnya.
“Apa kalian tidak punya rencana untuk kembali tinggal di Jakarta?”
Rania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Mas Aksa baru saja membuka usahanya, walaupun hanya bengkel kecil. Lagian, aku sudah merasa nyaman di sini. Suasana di sini membuatku tenang dan bisa mengikhlaskan kepergian Qila.”
Maharani tak bisa lagi membujuk sang sahabat. Dia tau betul, jika kepergian Shaquilla, membuat Rania dan Adiyaksa sangat terpukul. Maharani kembali menghela napas panjang dan berat. Gadis itu pun memeluk sang sahabat.
“Jadinya, kisah percintaan anak kita tidak seperti di novel-novel, dong,” lirih Maharani.
“Yang penting kan perjodohannya. Bagaimanapun kisah cinta mereka berproses, yang paling utama adalah pernikahan mereka harus terjadi!” jawab Rania.
Maharani kembali berbinar. Tentu saja dia setuju dengan ucapan sang sahabat. Anak-anak mereka harus berjodoh agar dirinya dan Rania bisa menjadi besan seperti yang mereka cita-citakan sejak dulu.
...----------------...
Rania pun menjalani kehamilannya dengan hati yang begitu bahagia karena Maharani sering mengunjunginya.
“Ini ada vitamin yang bagus untuk kandungan. Aku juga membawa yogurt, oatmeal dan beberapa buah-buahan agar kamu bisa membuat smoothies," ujar Maharani. “Susu kamu sudah mau habis kan? Aku juga sudah membelinya,” lanjut wanita itu sambil terus menyusun seluruh makanan yang dibawanya ke dalam kulkas.
“Kamu tidak perlu repot-repot begini, Ni. Besok-besok aku tidak akan membukakan pintu kalau kamu terus saja membawa makanan banyak begini. Apalagi buah. Aku tinggal di Bogor, Ni. Buah-buahan di sini lebih fresh dibandingkan buah-buahan yang kamu beli di supermarket Ibukota!” celetuk Rania.
Maharani menghentikan aktivitasnya. Gadis itu melirik tajam pada sang sahabat. Maharani pun kini melangkahkan kakinya perlahan hingga kini berdiri tepat di hadapan Rania yang tengah duduk.
“Hei, Bumil, dengar ya. Aku tidak melakukan ini untukmu. Yang sekarang aku lakukan adalah sebuah investasi. Kamu sedang mengandung calon menantuku. Tentu saja aku harus memastikan kesehatan dan kecerdasannya sejak dalam kandungan!”
Rania tersenyum geli mendengar celotehan sang sahabat. Maharani memang tak bisa dibantah.
“Jadi, jangan pernah larang aku untuk berinvestasi!” pekiknya lagi.
Rania tergelak, “Iya, iya. Silakan lakukan sesukamu. Kalau begini kan aku jadi enak,” ucap Rania terkekeh.
Maharani tersenyum sumringah dan kembali menyusun barang bawaannya ke dalam kulkas hingga lemari pendingin itu penuh sesak.
Tak lupa, Maharani juga selalu meminta Leon untuk berbicara dengan calon istrinya yang berada di dalam perut Rania.
“Dedek bayi, cepat keluaw ya. Nanti kita main bewsama. Bang Leon akan selalu menjaga dedek bayi.”
Begitulah celoteh Leon yang sebentar lagi berusia 4 tahun.
Rania selalu diliputi rasa bahagia selama kehamilannya. Gadis itu bahkan tak mengalami mual sejak awal kehamilan. Tampaknya dia mengandung seorang bayi yang pengertian.
Namun, kebahagiaan Rania harus terusik oleh sebuah tragedi.
Saat kandungannya baru memasuki usia 34 Minggu, Rania mengalami kecelakaan. Gadis itu tergelincir ketika turun dari tangga yang terdapat di depan rumahnya. Walau tangga di teras rumah itu hanya ada tiga tingkat, tapi tangga itu menjadi cukup licin jika turun hujan lebat seperti saat ini.
Adiyaksa melajukan sepeda motornya begitu mendapatkan kabar jika Rania mengalami kecelakaan. Bahkan, bayi yang dikandung oleh wanita itu, terpaksa harus dikeluarkan di usia delapan bulan karena Rania mengalami pendarahan hebat.
Untungnya, Rania dan bayi perempuan itu dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat tanpa kurang satu apapun. Bayi cantik itu pun diberi nama Valerie Elmira.
Sementara itu, walau pada awalnya merasa sangat panik dan bersedih dengan kondisi yang dialami oleh Rania, Maharani dapat tersenyum sumringah ketika melihat bayi kecil bernama Valerie.
“Ah ... Calon mantu mama. Kamu lucu sekali,” ujar Maharani begitu Valerie berada dalam dekapannya. “Sayang sekali Leon tidak boleh masuk ke ruangan rawat inap! Jadinya, Leon tidak bisa deh, melihat calon istrinya. Padahal Mama yakin, Bang Leon pasti senang melihat calon istrinya yang begitu imut dan cantik ini,” lanjut wanita itu.
Rania dan Adiyaksa tersenyum geli mendengar ucapan sang Maharani.
Maharani terus membawa Valerie dalam dekapannya. Wanita itu bahkan tak mengingat anak dan suaminya yang tengah menunggunya di mini playground area yang ada di rumah sakit itu.
Jika Kevin tak terus menerus menghubunginya, Maharani pasti tetap berada di sana dan terus menatap Valerie dengan wajah sumringah.
“Perasaanku mengatakan kalau Leon dan Valerie akan berjodoh,” ujar Maharani. Rania dan Adiyaksa hanya tersenyum dan mengamini pernyataan sahabat mereka.
Dan untuk mewujudkan keyakinannya itu, Maharani selalu mengajak Leon untuk mengunjungi Valerie setiap bulan. Wanita itu benar-benar berusaha membuat Leon dan Valerie saling terikat sejak mereka kecil.
Dan, benar apa yang dikatakan oleh Maharani sewaktu Valerie baru dilahirkan. Leon begitu senang setiap bertemu Valerie. Leon sangat menyayangi Valerie.
Pria kecil itu kerap memeluk dan mencium gemas Valerie. Tentu saja momen itu selalu diabadikan oleh Maharani.
Melihat Leon dan Valerie yang begitu saling menyayangi, sebuah ide pun muncul di benak Maharani.
“Kawin gantung?!” pekik Rania, Adiyaksa dan Kevin.
Maharani menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan.
Walau awalnya tak yakin, tapi, di sinilah mereka berada sekarang. Di acara pernikahan dua orang anak kecil yang sama sekali tak mengerti kondisi apa yang tengah mereka hadapi.
Leon dan Valerie baru saja selesai menggunakan pakaian pengantin mereka yang berwarna serba putih.
“Waaah ... Adik Erie seperti princess,” ucap Leon saat menyaksikan Valerie berbalut gaun putih. Valerie yang sangat senang dengan karakter princess langsung berputar memamerkan keindahan gaun yang dikenakannya.
“Bang Leon juga sepelti pangelan,” ucap Valerie, kemudian.
Leon tersenyum dan mencubit gemas pipi Valerie yang gembul. Tentu saja adegan menggemaskan dari kedua anak kecil itu, tak luput dari bidikan Maharani dan Rania. Kedua sahabat itu berusaha menahan teriakan mereka saat melihat adegan romantis dan menggemaskan dari kedua anak itu.
“Persis seperti di novel-novel romansa,” bisik Rania. Maharani pun menganggukkan kepalanya dengan begitu antusias.
“Ayo, Leon, Erie, duduk di sini,” ucap Kevin.
Kedua anak kecil itu pun berjalan sembari berpegangan tangan menuju ke tempat duduk yang ditunjuk oleh Kevin.
Duduk berdampingan di depan meja, Leon diminta menjabat tangan seorang pria paruh baya bernama Adiyaksa, yang tak lain adalah ayah kandung Valerie Elmira.
“Leon, kalau kata-kata yang kemarin lupa, Leon bisa baca tulisan ini.”
Leon menganggukkan kepalanya, “Iya Ma. Leon sudah hapal kok,” jawabnya.
Janji suci pernikahan yang sudah dihapalkan oleh Leon selama tiga hari itu, kini dirapalkan dengan sangat lugas dan jelas oleh anak laki-laki berusia 7 tahun itu.
Sah!!!
Maharani dan Rania berpelukan erat. Akhirnya kedua sahabat itu resmi menjadi besan.
“Cita-cita kita akhirnya kesampaian!” ucap Maharani. Rania pun mengangguk sambil tersenyum sumringah.
“Dari Bestie menjadi besan,” ucap Rania.
Leon dan Valerie kini dianggap sah sebagai pasangan suami istri. Leon yang kini berusia 7 tahun itu, kini telah menjadi seorang suami dari seorang gadis kecil berusia 3 tahun yang bernama Valerie.
Namun, karena usia yang masih teramat muda, mengharuskan sepasang pengantin cilik itu untuk hidup terpisah. Mereka masih tidak diperbolehkan menjalani kehidupan suami istri yang sesungguhnya.
Kawin gantung.
Pernikahan seperti itulah yang dijalani oleh sepasang pengantin cilik itu.
...--------------------------------...
Catatan 🐾
Dalam tradisi nusantara, kawin gantung adalah kondisi dimana pernikahan dilangsungkan saat pasangan masih sangat muda untuk tujuan tertentu seperti menjamin ikatan perjodohan atau menghindarkan perzinahan. "Tidak ada batasan menikah dalam Al Quran," kata Wakil Ketua Dewan Suro NU Jawa Tengah KH Aniq Muhammadun.27 Mar 2010
sumber: https://www.bbc.com › 2010/03 › 1..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rita Riau
nunggu waktu lama tuch baru bisa unboxing 🤔🤭😁🥰
2024-02-02
0
Epsilon
tradisi daerah mana sih
2024-01-19
1
Fendi
cita2 jadi besan sahabat
2024-01-07
3